Selasa, 24 September 2013.
“Gue bahagia hidup di dunia ini.”
Kalimat pembuka yang sangat
manis. Ya, begitulah cara gue berterima kasih kepada Tuhan, menikmati
kesempatan yang diberikan-Nya, hidup di dunia ini.
Malam ini, enggak tau kenapa, gue
ngerasain aliran rasa bangga sama diri gue sendiri. Enggak berlebihan, mungkin
hal itu terjadi karena gue bisa tersenyum ditengah amarah yang sedang menggebu
saat ini. Ya, suatu rasa yang benar jika dikatakan ‘perasaan paling enggak enak sedunia’, SESAL.
Winna Efendi menuliskan perasaan
menyakitkan itu dalam bukunya yang berjudul Melbourne,
baru tadi sore gue baca di perjalanan sepulang kerja.
Buat gue, perasaan enggak enak sedunia adalah sesal. Apapun yang lo
lakukan, lo enggak akan bisa menekan tombol rewind untuk kembali ke momen saat segalanya berubah. Lo enggak akan bisa naik
mesin waktu atau memutarbalikkan jarum jam untuk kembali ke masa itu, untuk
memperbaiki kesalahan yang lo perbuat, atau mengembalikan keadaan seperti
sebelumnya.
Dengan menerima kenyataan, kita akan lebih mudah bergerak maju,
mengecilkan ruang untuk rasa sesal.