Jumat, 08 Agustus 2014

pengingat

kadang, macet tanpa permisi mengundang kenangan. diam di dalam mobil yang ada di tengah-tengah jalan tol dengan pikiran melayang. perlahan, mantan pun terbayang.

itulah pengingat, kapan aja, dimana aja, dan dari siapa aja.

jadi, hampir dua bulan ini, gue sama sekali enggak bermesraan dengan keyboard. iya, keyboard komputer, ya masa piano. gue bukan temen duetnya bang roma. yang isi liriknya sahut-sahutan. 'pak guru, not ini apa namanya ?' | 'yang mana ?' | 'yang ini .. tenonenononeno' | 'mi so to mi so to mi' … … iya, gue laper tengah malem.

jadi, jadi penulis itu enggak gampang men. mungkin banyak yang kepengin jadi penulis macam JK Rawling, tapi sedikit yang konsisten buat bertahan sama impiannya itu. dan semoga, gue termasuk di yang sedikit itu. aminkan kalimat itu, jika tidak anda aminkan, maka kejombloan tak akan ikhlas meninggalkan anda. eerrrrr. nah, belakangan gue mulai selingkuh dari kekonsistenan gue itu. gue seolah menjauh dari impian yang selama ini gue kejar, impian yang selama ini ngebuat hari-hari gue beda dari yang lainnya. alasan gue cuma satu. gue cakep, eh salah, gue capek. bukan ! bukan capek buat lari mengejar mimpi. capek disini, gue capek nguli. saban hari, gue berangkat nguli sebelum matahari nongol, berdiri selama sepuluh jam, pulang pas bulan mulai tutup selimut. jangankan olah raga jari di keyboard untuk merangkai kata, buat cebok aja gue enggak sangup. asli. gue lelah ~T_T~

Tapi kemudian, ibu peri pun datang dengan jelmaan manusia-manusia di sekitar cinderaya. sebut saja hardi (nama asli), seorang teman yang dengan khilaf melabeli dirinya sebagai fans gue. pembaca setia gue (semoga aja enggak boong. aamiin). ibu peri kedua hadir atas nama marwah, seorang teman perjuangan dalam mengejar mimpi, gadis berhidung lancip itu tanpa dosa meminta petuah dari gue, petuah untuk menghilangkan kegalauannya dalam menulis. bahkan, di akhir percakapan, marwah bilang 'makasih ya ay, aku jadi tambah semangat abis bbm-an sama kamu'. gue ? melambai-lambai tertiup angin. ibu peri ketiga datang atas nama linda (nama orok), dia teman gue nguli di tiga tempat, iya, selama gue kerja, dia selalu ada di tempat yang sama. entahlah, ini takdir, atau hanya perkara kebetulan. pagi itu, setelah gue wayang golek yang anggluk-angglukkan (baca : tidur pules sampe kepalanya sempoyongan) di jemputan, gue papasan sama linda di kantin tempat gue kerja. 'lin ..' sapa gue dengan mata merem melik, linda senyum balas menyapa, terus tiba-tiba dia melahirkan kata-kata 'mba, aku tuh suka ngakak kalau baca tulisanmu'. gue diem. enggak. gue enggak cepirit. gue seolah kembali di ingatkan soal tulisan. soal impian yang enggak pernah gue tinggalin, cuma belakangan gue lupain.

gue enggak mau terlalu lama membiarkan rasa malas itu mengendap. karena seperti yang pernah gue bilang, rasa malas itu penawarnya cuma ada di diri sendiri. kalau mau terus menikmati, ya silakan. tapi beruntungnya, gue mau sembuh dari penyakit yang sering menghinggapi manusia-manusia tanpa pandang bulu. terus, capek ? ya, kalau enggak mau capek, enggak usah punya mimpi ! gue punya waktu sama, sama kayak orang-orang. dua puluh empat jam, gue kerja dan terkurung di pabrik dari jam setengah enam pagi sampe jam delapan malam. apa iya, gue masih pantas mengeluarkan kalimat 'enggak ada waktu', sedangkan dari jam delapan malam sampai ketemu pagi, itu juga waktu yang gue punya. gue paham, waktu luang itu ada karena di ciptain, bukan di tunggu. selamanya, gue enggak akan punya waktu luang kalau gue harus menunggunya. perkara capek, kalau emang apa yang gue kerjain itu membuat gue puas, gue percaya, enggak pernah akan ada kata dan rasa capek dalam hidup gue. karena capek hanya satu dari tumpukkan alasan si penyakit 'malas'. seseorang pernah menuliskan, keraslah pada dirimu, maka hidup akan lembut kepadamu. tapi jika kau lembut pada dirimu, maka hidup akan keras kepadamu.

pengingat itu, datangnya dari mana aja. permasalahannya, sedikit yang mau mendengarkan dan merenungi, juga menyadari bahwa si pengingat itu ada.

contoh kecil, lo punya pacar. terus, teman baik lo bilang kalau pacar lo enggak baik, pacar lo suka makan pasir-lah, kencing di atas makam-lah, sampe makan pake hidung. nah, berhubung lo terlalu asik mencintai, lo abaikan kata-kata teman lo, yang secara enggak langsung datang sebagai pengingat. dan saat lo tau kenyataan yang sebenarnya, udah ketebak, endingnya lo nyesal.

ya, kadang, kita hanya perlu mendengarkan, lalu memahami tanpa banyak bertanya, apa dan kenapa ? emang enggak salah, kalau 'kata hati' adalah yang paling benar. namun, kadang Tuhan menyampaikan teguran-Nya melalui perantara, dan saat itulah, lo harus peka dengan perihal si pengingat. baik benda maupun manusia. karena di detik itu, lo cuma butuh telinga untuk mendengar, dan hati untuk memahami. bukan mulut dengan luncuran alasan.

untuk kalian, para pengingat, terimakasih :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar