Selasa, 29 Desember 2015

Bagaimana mungkin?

“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal isteriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?” (QS. Maryam-8)

“Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” (QS. Maryam-20)

“Maka Kami tutup telinga mereka di dalam goa itu─Allah menidurkan mereka selama 309 tahun qamariah─, selama beberapa tahun, kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah diantara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam goa itu).” (QS. Al-Kahf 11-12)

“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ─di dalam perut ikan, di dalam laut, dan pada malam hari─ ‘Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim’.” (QS. Al-Anbiya’-87)

“Lalu Kami wahyukan kepada Musa “Pukullah laut itu dengan tongkatmu!” Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar.” (QS. Asy-Syu’ara-63)

Masih mau bilang ‘Bagaimana mungkin?’

Minggu, 06 Desember 2015

Cinta buta? Baru sadar? Enggak apa-apa daripada enggak pernah sadar.

gambar dari sini
Jika bisa, saya sungguh ingin bertemu dengan Fatimah az Zahra, anak baginda Rasulullah SAW lalu bertanya ‘bagimana caranya menyembunyikan cinta dengan ukuran yang besar dalam kurun waktu yang lama, cinta yang bahkan setan pun tidak mengetahuinya. Bagaimana bisa?’

Sewaktu SMA, lebih dari sekali saya berpacaran, lebih dari sekali pula saya menangis tersedu-sedu atau bahagia sebahagia-bahagianya. Lalu semua seolah tak ada artinya ketika masanya telah habis. Ya, benar apa yang dibilang Radityadika, bahwa cinta bisa kedaluarsa. Saya mengalaminya. Jatuh cinta, patah hati, jatuh cinta lagi dan patah hati lagi. Sampai pada satu titik, saya merasa berada di sebuah ujung, ujung untuk berani memutuskan, memutuskan untuk berhenti jatuh cinta.

Selasa, 01 Desember 2015

Yang saya tahu, patah hati ataupun jatuh cinta, tidak pernah sesakit ini

“Maafkan aku, sebelum aku menikah denganmu, aku pernah mencintai seseorang” Ucap Fatimah di malam pertama pernikahannya. Mendengar kejujuran dari isterinya, Ali sedikit kecewa.
“Kau tahu siapa orangnya?” Ali menggeleng.
“Seseorang itu adalah engkau, wahai suamiku”

Sabtu, 28 November 2015

Kenapa menulis?

2005. Saya ingat, untuk pertama kalinya saya mulai memproklamirkan diri bahwa cita-cita saya ingin menjadi ‘penulis’.

Cita-cita yang tercetus dari mulut seorang anak berusia tiga belas tahun pada saat itu. Menulis adalah hal mendasar untuk setiap manusia, sejak kecil, saya meyakini, semua manusia diajarkan untuk menulis. Menginjak remaja, ketika satu hari saya di pinjami sebuah buku yang disebut teman saya novel, saya tidak suka membaca apalagi menulis, tapi, teman saya terus saja menyodori novel ‘tebal’ itu kepada saya.

‘Oke. Oke. Gue pinjam!’ kata saya akhirnya, novel itu saya bawa pulang, enggak untuk dibaca, tapi saya biarkan di dalam tas sekolah. Satu malam, hati kecil saya memerintah untuk membuka novel tersebut, dan saat itu pula, ketika saya membaca halaman pertama dan seterusnya, saya seperti tersedot ke dalamnya. Saya masuk ke dunia yang berbeda, dunia seorang penulis. Setelah rampung membaca novel itu, selanjutnya, membaca menjadi kegemaran saya. Seperti yang sering dikatakan kebanyakan orang, biasanya orang yang gemar membaca, senang juga untuk menulis. Pelan-pelan, saya mencoba menulis, menulis yang enggak biasanya saya tulis. Menulis sebuah cerita, cerita panjang dengan tokoh-tokoh yang saya ciptakan sendiri. Sampai detik ini, menulis, menjadi bagian tak terpisahkan dari diri saya.

Rabu, 25 November 2015

Ceritanya surprise ‘kado yang enggak spesial’

19 November 2015, sekitar pukul 9 malam saya sudah terlelap.

Lalu bangun-bangun udah jadi 25 tahun.

Pukul tiga dini hari, saya membaca beberapa pesan yang masuk, pesan berisi ucapan dan doa di tanggal kelahiran saya. Saya begitu menyukai hari jadi saya, bukan apa-apa, saya menyukai satu hari itu, karena di hari itu banyak doa yang khusus untuk saya.

Selasa, 17 November 2015

BELUM ADA JUDUL

picture by M. Aan Mansyur
@aanmansyur on instagram
Kemarin malam, saya cukup lama memandang sebuah foto yang di crop dan di kirimkan kepada saya oleh seorang teman. Foto yang di dalamnya tersenyum dua wajah, saya berkali-kali menggeleng ketika membaca caption dari foto itu ‘cocok, oops’ tulisnya.

Sabtu, 14 November 2015

PERCAYA

picture by Fathurrohman arif
@tjiptotjupu on instagram
Dua hari kemarin, berturut-turut saya bertemu dengan orang-orang asing yang memberikan kepercayaan kepada saya. Bukan. Mereka bukan orang-orang ‘besar’ atau siapapun.

Kamis, 22 Oktober 2015

BATAS LANGKAH

savana pinggir jalan, Lombok
pict by Jono

“Nanti, kalau kamu udah nikah. Terus kamu punya anak perempuan, anak kamu suka traveling juga, pergi berhari-hari. Kamu akan ngerti gimana rasanya jadi mama, gimana perasaan mama”

Deg.

Jumat, 02 Oktober 2015

Bakso malang di Yogyakarta #tanpa itinerary 3

“Darimana dan mau kemana, mbak ?”

Saya senyum sebentar lalu berdehem sebelum menjawab pertanyaan yang di lontarkan seorang pemuda yang saya temui di kapal fery Gilimanuk-Ketapang.

“Mmmm .. darimana ya ?” saya melempar pandangan ke lautan luas, dan kembali berkata “Dari Bali sih”

“Ooh, Bali, sekarang mau kemana ?”

Saya menganggukkan kepala “Mau ke Banyuwangi” singkat saya.

“Kerja ?” Tanyanya lagi. Bagaimana ini ? Tadinya saya hanya mau menjawab sekenanya, tapi sepertinya saya tidak bisa seperti itu, selain saya suka berbagi cerita, saya pun bahagia berbincang dengan orang asing.

“Mmmm, jadi, saya tuh dari Lombok, lanjut kemaren ke Bali, nah, sekarang mau ke Banyuwangi”

Pemuda itu, mereka bertiga mengangguk “Mau ngapain, mbak ?”

Ini pertanyaan mematikan bagi saya. Saya kembali melempar senyum “Jalan-jalan aja” ketiganya menatap saya heran, salah seorang mengeluarkan ‘hah ?’. Saya tertawa “kurang kerjaan, ya ?” ungkap saya masih menyisakan tawa.

Ketiganya ikut tertawa bersama saya, petang itu angin laut terasa bersahabat. Pun dengan saya bersama tiga orang asing yang tertawa tanpa jeda, entah, menertawakan apa.
*

Rabu, 23 September 2015

YOURSELF

(*) Ku takkan mampu berdiri
Tuk raih semua mimpi
Tanpa cahya cinta sejati
Ku takkan jelang hari
Tuk gapai semua hati
Tanpa cahya cinta sejati

Di satu siang, gue kehilangan minat untuk melanjutkan naskah yang lagi gue kerjakan. Gue duduk menghadap layar yang jumlah halamannya masih sama seperti awal gue buka. Gue enggak mendapati satu kata pun bertambah di halaman putih itu.

Tentang mencinta


Satu hari, aku pernah menghabiskan waktu di dalam kereta. Aku sedang tidak bertujuan, pun, tidak sedang diburu ketergesaan. Dari pemberhentian ke pemberhentian aku menaiki gerbong kereta secara asal. Aku hanya sedang ingin melakukan hal yang tidak kebanyakan orang lakukan.  Dalam ramainya pagi, hampanya siang sampai riuhnya petang aku masih tetap berada di tengah-tengah. Pulang belum memanggil.

Entah di kereta yang melaju kemana, di dalam gerbong yang ke berapa, aku menonton sebuah ingatan. Ingatan tentang seorang wanita yang mencinta.

Kamis, 17 September 2015

(belajar) Tidak mengabaikan

Beri saya satu kata, satu makna, satu pengertian .. apa itu ‘kepedulian’ ?

Tempo lalu, ketika saya harus berpisah dengan beberapa teman, mereka memberikan dua buah boneka, boneka berbentuk kepala berwarna cokelat dan kuning. Ketika itu, saya mengutuk diri saya sendiri, bagaimana tidak merasa bersalah. Batin saya, ketika menunggu teman-teman saya itu masuk ke sebuah toko yang menjual berbagai macam apa entah, ‘ini ngapain sih lama-lama banget, ampuuun, apa-apaan coba, pada beli boneka. Emang enggak bisa lain waktu apa ? hah !’ umpatan yang kemudian membuat dada saya seperti terhujam duri-duri besi ketika kemudian di dalam sebuah tempat makan, mereka menyodorkan boneka-boneka itu kepada saya sambil berkata “Mba Aya, ini buat mba Aya dari kita. Kenang-kenangan” dan kalimat lain “Ini buat lo, mbak”. Pertama saya diam, tidak bisa berkata-kata, bukan karena pemberiannya, melainkan karena pemikiran saya sebelumnya “Ini ..” saya menjeda, sungguh-sungguh merasa bersalah “Kalian apaan sih ? Ini buat apaan coba ?” kata saya kemudian sambil memperhatikan dua kepala boneka itu. Jujur, saya terenyuh. Namun kadang, saya sulit memperlihatkannya.

Jumat, 04 September 2015

imam SPBU

Nedha

Apa kau tahu rasanya jatuh hati pada seorang yang hanya sekali kau lihat ? Tidak. Tidak. Tidak benar-benar kau lihat. Sungguh, rasanya seperti obat puyer yang ketika kau minum, wajahmu akan meringis menahan pahit.

Kamis, 03 September 2015

Dunia

Di ujung dermaga aku tak pernah lelah menunggu ayah. Kata ibu, ayah seorang pelaut. Lebih tepatnya ayah bekerja di kapal-kapal besar yang berlayar kemana entah. Ibu tidak menyimpan apapun yang dapat membuatku membayangkan sosok ayah. Dan otakku yang dangkal ini tak pandai, bahkan untuk sekadar berimajinasi akan wajah ayah. Ayah seorang laki-laki, hanya itu yang kuyakini.

Rabu, 02 September 2015

bukan palsu

Sore, kalian ..

Aku tak ingin bertanya kabar, karena minggu lalu kita baru bertemu. Kalian sedang apa ? Kalau boleh aku tebak, beberapa dari kalian mungkin masih tertelap dalam tidur yang melelahkan. Sebagian lagi mungkin juga lagi .. ah, enggak mungkin, kalian semua pasti masih malas-malasan bangkit dari tidur sepanjang hari. Minggu ini, kalian masuk malam, bukan ?

Kamis, 27 Agustus 2015

Kenapa menikah ?

take picture by aan
Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia ciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Ar-Rum : 21

*tarik napas panjang*

Membahas soal pernikahan memang selalu menarik. Entah kenapa saya juga sering kali mendapati tontonan televisi (tausyiah islami) yang selalu mengangkat tema ‘pernikahan’. Mungkin kebetulan. Sarana pengingat yang secara tidak langsung membuat saya terdiam sebentar, berpikir lama, lalu tersenyum sendiri.

Menikah.

Rabu, 26 Agustus 2015

KITA BEREMPAT #TANPA ITINERARY 2

Mungkin semua orang punya uang. Mungkin semua orang punya teman. Dan mungkin semua orang punya waktu. Mungkin juga semua orang punya kesempatan. Namun, uang, teman, waktu ataupun kesempatan jarang menghampiri. Kitalah yang sering kali diminta mencari uang, menghubungi teman, menciptakan waktu dan mencuri kesempatan. Ya, kita.

Saya pusing memikirkan bagaimana caranya meminta izin selama tiga hari untuk tidak masuk kerja. Saya tidak punya cuti, cuti kerja saya baru saya dapatkan sebulan kedepan. Sempat memutar otak untuk membuat surat dokter, meminta keterangan sakit. Namun sakit apa ? sakit yang sekiranya perlu di opname. Sakit yang bahkan ketika saya mengajukan surat tersebut kepada atasan pun akan tetap di pertanyakan kebenarannya. Saya buruh, yang terikat kontrak kerja. Buruh yang ketika tidak masuk kerja akan di panggil dan menghadap atasan lalu mendengarkan celoteh yang panjang. Buruh yang akan selalu di sudutkan jika selalu diam. Kurang ajarnya, saya terlalu sering berontak. Berontak untuk melakukan hal-hal yang rasanya memang tak patas untuk dibatasi, beruntungnya saya sadar diri, saya butuh uang.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Air mata di pantai Kuta #tanpa itinerary 1

Bali. Katanya, bukan orang Indonesia namanya kalau belum menginjakkan kaki di Bali. Ada juga yang bilang, Indonesia identik dengan pulau dewata tersebut. Anything, semua orang bebas beropini.

Dalam list kota-kota yang ingin saya kunjungi, tidak ada BALI disana. Entah saya lupa, atau saya memang tidak berniat untuk mengunjunginya, saya tidak ingat. Tapi, langkah kaki membawa saya sampai di pulau yang penuh turis tersebut, dua hari saya menghirup udara pulau dewata.

Tengah malam, kapal perry yang membawa saya menyebrang dari pelabuhan Gilimanuk (Lombok) ke Padang bay (Denpasar) menepi dengan lembut, setelah kurang lebih lima jam saya menikmati perjalanan laut yang begitu luar biasa romantis, tidak, romantis tidak melulu harus bersama kekasih, bukan ? saya rasa tidak salah kalau saya menganggap perjalanan laut Gilimanuk-Padang bay itu romantis, bagaimana salah, saya terbaring di bangku kayu yang berada di tengah dek kapal, saya berada tepat di pertengahan, laut dan langit. Suara ombak dan deru angin yang begitu merdu terasa syahdu dengan pemandangan langit gelap yang tergelar apik di terangi cahaya bintang beserta bulan. Berkali, saya takjub dengan maha karya Tuhan yang tidak pernah biasa, sungguh, malam itu adalah perjalanan laut pertama saya yang tak akan pernah terlupakan. Jono tidak henti menyuruh saya untuk berpindah, masuk ke dalam kabin dan istirahat disana. Saya menolak, angin laut memang tidak begitu bersahabat, namun entah, saya merasa kalau malam itu tubuh saya justru ingin menyambut dinginnya hawa malam. Setelah membungkus tubuh saya dengan jaket tebal milik Jono, saya tetap ingin berada di dek kapal. Hardi sudah menghilang sejak beberapa jam, ia memilih kabin sebagai tempat peristiharatan. Jono masih kuat terbaring di bangku sebelah saya, ia sibuk menonton film. Tepat segaris lurus di depan saya, Ipul terlelap di atas bangku yang ukurannya sama, ia nyenyak dengan seluruh tubuh yang terbungkus.

Minggu, 09 Agustus 2015

Berdamai dengan patah hati


Jatuh cinta lagi adalah obat patah hati terbaik, katanya. Namun kadang, hati yang patah tak membutuhkan cinta yang baru, melainkan hanya perlu di lekatkan kembali, di kumpulkan puing-puing patahannya, kemudian kembali di rekatkan hingga menjadi utuh.

Sabtu, 08 Agustus 2015

Adek gue udah gede

“Jadi, kakak keabisan inspirasi ? aaah, gampang lo mah kak, lo cukup keluar, liat keramaian, nanti juga langsung dapat inspirasi. Biasanya gitu, kan ?”

Kalimat Ana –adik gue─ membuat gue terdiam. Ya, gue mencoba mengingat, kapan terakhir gue keluyuran tanpa tujuan seorang diri. Lama rasanya enggak begitu. Duduk berlama-lama di bangku stasiun, menghabiskan ber-jam-jam di sebuah tempat makan sambil memperhatikan sekitar, nonton film di bioskop, menghadiri acara-acara yang berujung ketersesatan, salah naik angkotan umun, menjadi pendengar dari orang-orang asing yang enggak sengaja gue temui, dan semuanya gue alami sendirian, seorang diri. Iya, gue merindu menjauh. Menjauh bersama diri gue sendiri, menyaksikan keramaian.

Tapi bukan tentang hal itu yang pengin gue tulis detik ini. Kalimat yang keluar dari balik bibir adek gue, membuat gue tersadar akan satu hal, ‘adek gue udah gede’.

Jumat, 07 Agustus 2015

Rasa yang menyisakan tanda tanya

Ranum kembali menyeruput cokelat panas yang tinggal setengah cangkir, gadis berhijab itu menarik napas panjang, matanya terpejam. Ada sayatan yang tak terlihat di bagian terdalam dirinya.

Aku mencintaimu. Sejak lama.

Kalimat itu menari di benaknya, kalimat sederhana. Sebuah pengakuannya kepada seorang pria, kalimat yang di kirimnya melalui pesan singkat. Memang bukan kalimat tanya, namun membutuhkan jawaban.

Minggu, 02 Agustus 2015

Menjemput Jodoh

picture from www.jampang.wordpress.com
Pernah enggak sih beli barang di olshop, terus COD-an, eh tanpa di percaya, kamu sama si yang punya olshop itu jodoh.

Atau mungkin daftar di sebuah open trip, seharian jalan bareng padahal belum saling kenal sebelumnya, langsung nyaman, kemudian ikut trip lagi, eh nikah sama si yang punya trip. #Lho. Maksudnya sama temen yang ikut tripnya.

Hmm .. mungkin juga, selama ini jalan bareng tanpa ada rasa, masing-masing punya pasangan, eh ujung-ujungnya nikahnya sama yang keseringan jalan bareng.

Whatever-lah, kata Rasulullah, jodoh itu hal yang ghaib.

***

satu malam di pulau Cipir

Biasanya sesuatu yang direncanakan kerap kali tak terlaksana. Biasanya perjalanan yang dengan matang di agendakan tak menghadirkan beragam kejutan kecil yang sulit terlupakan. Saya menyukai segala sesuatu yang tak terencana, juga perjalanan tak bertuju.

Minggu, setelah hari raya idul fitri lalu, saya bersama sebelas teman lainnya memutuskan untuk plesiran ke sebuah pulau. Pulau Cipir, salah satu pulau yang ada di kepulauan seribu. Memang bukan pulau yang kebanyakkan menjadi pilihan wisatawan untuk berkunjung, pun dengan saya. Sungguh, pulau tersebut tak masuk dalam option yang akan saya jadikan tempat bermalam mengisi sisa libur hari raya. Pulau Bira, pulau Semak daun, pulau Melinjo, pulau Perak, pulau Bulat atau pulau Harapan, pulau-pulau yang menjadi rekomendasi dari seorang teman.

Minggu, 21 Juni 2015

Lorong waktu

taken picture from www.lintasan.com
“Eh, Aziz, lo bukannya sholat malah jualan ! Gimana sih ?” teriak seorang bocah kepada temannya yang sedang berdagang makanan ringan di halaman masjid bagian pinggir. Saya geli, persoalannya, bocah cewek yang meneriakinya itu pun tidak sholat. Bocah berusia kisaran sembilan tahun itu menggunakan mukena, menggelar sajadah, lalu duduk sambil mengunyah berkantong-kantong lidi-lidian yang dibeli dari temannya itu. Lucu, bukan ?

Senin, 01 Juni 2015

‘RUMIT’

picture from www.pinterest.com

Satu malam, setelah mengantar peserta main-main ke pulau, saya bersama seorang teman lelaki tak langsung pulang. Ada beberapa hal yang harus dibicarakan kepada pemilik kapal yang biasa kapalnya kami sewa.

Sekitar pukul tujuh malam, kami meninggalkan dermaga lalu duduk di sebuah warung tenda pinggir jalan untuk mengisi perut.

Teman saya ini pernah bilang kalau dirinya lebih senang mendengarkan, tapi entah, malam itu ia seolah lupa dengan kalimatnya sendiri, saya memberinya telinga untuk menyimak semua cerita yang terlontar. Dia lelaki yang baik dalam penilaian saya. Seorang teman yang selalu membuat saya nyaman dalam setiap keadaan.

Jumat, 29 Mei 2015

SAAT SAAT REMAJA

picture from http://eigarebyu.blogspot.com/2013/12/catatan-akhir-sekolah-2005.html?m=1

*) Diatas bumi ini ku berpijak
Ada jiwa yang tenang di hariku
Tak pernah ada duka yang terlintas
Ku bahagia
Ingin ku lukis semua hidup ini
Dengan cinta dan cita yang terindah
Masa muda yang tak pernah kan mendung
Ku bahagia
Dalam hidup ini arungi semua cerita indahku
Saat-saat remaja yang terindah tak bisa terulang
Ku ingin nikmati segala jalan yang ada di hadapku
Kan kutanamkan cinta tuk kasihku agar ku bahagia

Rabu, 20 Mei 2015

puzzle 'tentang cinta'

“Adek, Bapak boleh minta tolong ?” saya menghentikan langkah pelan-pelan saya dalam gerbong kereta yang baru beberapa detik meninggalkan stasiun Banyuwangi Baru. Seorang laki-laki tua menghampiri saya dengan memperlihatkan dua lembar tiket kereta api di genggamannya. Saya memiringkan kepala, memperhatikan dua lembar tiket yang di perlihatkan kakek itu, “Ini tiket kereta Bapak sama Ibu, tapi gerbongnya beda. Bapak di gerbong 3, Ibu di gerbong 6. Adek bisa tolong kita, supaya Bapak sama Ibu satu gerbong ?”

Deg.

Saya menelan ludah, lantas mengamati dua lembar tiket kereta api itu lamat-lamat. Ya. Sepasang lansia yang memiliki dua tiket kereta api dengan gerbong terpisah.

Jumat, 08 Mei 2015

CHALLENGE ‘LANGKAH’

‘Seperti apa kau bermimpi, seperti itulah hidup memberimu ruang’
… … …
… … …
… … …

Tuuuuuuuuuuuuuuuuuut .. ..

Gue enggak tau mau nulis apa untuk pembuka postingan ini, gue punya buku ! GUE PUNYA BUKU ! BUKU KARYA GUE !

Oke. Oke. Itu lebay !

Jadi gini, sebagai sarana promo, kan, buku perdana gue ini ‘SELF PUBLISHING’, ya siapa lagi kalau bukan gue yang gencar buat promo ? Pembaca, kan, enggak selalu datang dengan sendirinya, sama kayak jodoh #eeh.

Dengan begitu, gue mau memberikan challenge buat yang mau ikutan aja sih, enggak maksa, serius :p

Jumat, 03 April 2015

TENTANG HATI YANG PATAH

take picture of www.vemale.com
“Setiap orang pasti akan mengalami patah hati yang mengubah cara pandangnya dia terhadap cinta seumur hidupnya ..”

Sebuah kutipan yang gue comot dari buku koala kumal, ada di halaman 207 itu ngebuat gue diam beberapa saat. Tanpa permisi sebuah ingatan yang menjalar pelan-pelan menyusup menjadi sebuah perasaan yang entah apa gambarannya, karena terlalu rumit jika di jelaskan.

Sabtu, 14 Maret 2015

Enggak lebih dari sekadar ‘MENYENANGKAN’

Aya, gue liat dari foto-foto lo, kok, lo suka ngetrip gitu sih ?

Saya mengerutkan kening sebentar ketika membaca pertanyaan yang mendarat di blackberrymessenger saya. Lalu mengetik kalimat jawabannya.

Karena itu menyenangkan.

Sebuah pesan kembali masuk,

Suka naik gunung, terus ke desa-desa mana gitu .. lo enggak dicariin sama nyokap emang ? pengin kayak lo, tapi gue enggak bisa.

Saya gemes untuk segera membalasnya.

Dicariin-lah, itu hal tersulit buat gue, minta izin emak. Tapi gimana, kalo enggak nekat, kita enggak kenal dunia luar, enggak tau betapa cantiknya Indonesia.

Pesan itu berakhir dengan penyataan teman saya,

Oh gituh ya, benar juga, kalo enggak nekat, kapan lagi.

Yang saya balas,

Ya, itu menyenangkan, bara.

Jumat, 13 Maret 2015

INSPIRATOR YANG TERINSPIRASI

picture by Dhenny

‘Apakah saya mengispirasi ?’

Tiga minggu saya di pusingkan dengan pertanyaan itu.

Jumat, 6 Februari lalu saya mendelik heran, sebuah email membuat saya mengerutkan kening, membaca isinya menghadirkan tumpukkan pertanyaan di benak. Email yang masuk sejak empat hari sebelumnya itu saya baca hati-hati, sebuah undangan kehormatan yang menyatakan kalau saya terpilih menjadi relawan mengajar. Mengajar di kelas inspirasi Bandung.

Mengajar ?
Inspirasi ?
Saya ?

Kamis, 05 Maret 2015

MENGERTI TIDAK TAHU

Seseorang memasukkan saya dalam kategori ‘wanita petualang’. Jika boleh saya garisbawahi, petualang yang mungkin ‘saya banget’ adalah tentang sok tahu.

Belum lama, Dhila salah satu teman saya dari SMA mengirimi saya pesan, dia bertanya bagaimana caranya agar ia bisa sampai di masjid kubah mas, Depok. Saya menjawab jujur ‘enggak tau, gue belum pernah’ dan dia kembali bertanya yang berujung membuat saya berpikir, kok, kenapa dia nanya ke gue, padahal jelas, gue adalah pejalan yang sering kali tidak sengaja menemukan jalan lain (baca:nyasar). Lalu hari ini, pagi tadi, seorang teman lagi-lagi bertanya sebuah alamat. Saya mengembuskan napas panjang, bertanya dalam benak, ‘apa yang menjadi pertimbangan mereka ketika memilih saya untuk dijadikan orang yang di perkirakan mampu memberikan jawaban akan pertanyaan mereka’

Minggu, 22 Februari 2015

ROMANTISME TAUHID

taken picture from https://atmakusumah.files.wordpress.com/2010/05/love-allah.jpg
Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Sabtu, 14 Februari 2015

CINTA SEPIHAK

“Jangan mbak Aya, mbak Aya enggak usah pacaran. Aku yakin tahun ini kalau mbak Aya enggak nikah, pasti mbak Aya udah tunangan. Percaya deh sama aku. Mbak Aya belum dua puluh lima tahun, kan ?” ucap seorang teman pada satu kesempatan, seorang teman yang usianya berjarak lebih muda empat  tahun dari gue. Gue menoleh kearahnya, menatapnya sebentar dengan kedua alis berkerut, lalu mengangguk, membenarkan kalau usia gue belum dua puluh lima tahun.

Sabtu, 31 Januari 2015

IMAJINASI TANPA BATAS

Februari telah menyapa, hujan mengiringi kedatangannya. Februari, ada orang-orang tertentu yang merindukan satu dari dua belas bulan itu. Ya, Februari. Rasakan saja, kedatangannya pun menghidupkan rindu yang untuk sebagian orang mungkin telah mati. Atau sengaja dimatikan. Bagaimana bisa kerinduan itu menyusup kembali ? jawabnya, karena tetesan air tanpa jeda yang jatuh dari langit itu membuat sebagian manusia-manusia malas beranjak dari kasur. Apalagi, ini hari libur. Memilih diam dalam berbagai bentuk ingatan, entah manis, pahit, indah ataupun menyakitkan. Bukankah seperti itu ? Ketika diam, tidak ada yang di perbuat, ingatanlah yang menguasai pikiran. Mungkin itu alasan sebagian orang menjadikan kesibukan sebagai wadah untuk melupakan.

Jumat, 23 Januari 2015

Jangan dengar kata orang ! ‘Ini tentang 4 hari 3 malam di gunung ceremei’

“Kamu yakin jadi nanjak gunung ceremei ?” gerakkan tangan saya terhenti, menyisakan sendok berisi kuah soto yang mengudara. Tidak lama, buru-buru saya melanjutkan gerakkan yang sempat terhenti, membiarkan ujung sendok itu sempurna mendarat di mulut saya. Saya menelan kuah yang masih hangat itu, kemudian melepaskan gagang sendok. Saya menatap wajah yang selalu menenangkan bila di lihat, bahkan di bayangkan saja, selalu menenangkan.
“Iya ma, yakin, insyaAllah enggak ada apa-apa” jawab saya pasti, mama mengembuskan napas pelan, hening mengisi celah diantara saya dan mama.

Kamis, 15 Januari 2015

JOMBLO SIBUK


Pernah enggak sih, nonton bioskop sendirian, film drama religi, duduk di tengah-tengah dua pasangan romantis ? kalau jawabannya pernah, kita sama.

#mojok bareng di bawah shower.

Kurang lebih seminggu dari tulisan ini di posting, gue merasa menjadi orang paling nelangsa di dalam theater. Hari itu hari selasa, iya ada paket ‘SELAMAT’ -> SeLasaheMAT di BliztMegaplek. Nah, berhubung tanggal gajian masih lama dan abis liburan panjang, lima ribu itu berharga banget. Gue hubungin hampir semua contact di BBM, dan nihil, enggak ada yang bisa. Kerja-lah. Udah nonton sampe 2x-lah. Enggak punya duit-lah. Sampe ada yang sempet modus ‘Ayo nonton, tapi kita berdua doang, kan ? nanti pulang nonton makan bareng ya’ #jleb. Biasanya, di saat sendiri kayak gitu, gue sadar, pentingnya seseorang yang selalu ada buat kita. Iya, gue ngerti. Apaan sih ? Stop ! Stop !