Kamis, 27 Agustus 2015

Kenapa menikah ?

take picture by aan
Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia ciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Ar-Rum : 21

*tarik napas panjang*

Membahas soal pernikahan memang selalu menarik. Entah kenapa saya juga sering kali mendapati tontonan televisi (tausyiah islami) yang selalu mengangkat tema ‘pernikahan’. Mungkin kebetulan. Sarana pengingat yang secara tidak langsung membuat saya terdiam sebentar, berpikir lama, lalu tersenyum sendiri.

Menikah.

Rabu, 26 Agustus 2015

KITA BEREMPAT #TANPA ITINERARY 2

Mungkin semua orang punya uang. Mungkin semua orang punya teman. Dan mungkin semua orang punya waktu. Mungkin juga semua orang punya kesempatan. Namun, uang, teman, waktu ataupun kesempatan jarang menghampiri. Kitalah yang sering kali diminta mencari uang, menghubungi teman, menciptakan waktu dan mencuri kesempatan. Ya, kita.

Saya pusing memikirkan bagaimana caranya meminta izin selama tiga hari untuk tidak masuk kerja. Saya tidak punya cuti, cuti kerja saya baru saya dapatkan sebulan kedepan. Sempat memutar otak untuk membuat surat dokter, meminta keterangan sakit. Namun sakit apa ? sakit yang sekiranya perlu di opname. Sakit yang bahkan ketika saya mengajukan surat tersebut kepada atasan pun akan tetap di pertanyakan kebenarannya. Saya buruh, yang terikat kontrak kerja. Buruh yang ketika tidak masuk kerja akan di panggil dan menghadap atasan lalu mendengarkan celoteh yang panjang. Buruh yang akan selalu di sudutkan jika selalu diam. Kurang ajarnya, saya terlalu sering berontak. Berontak untuk melakukan hal-hal yang rasanya memang tak patas untuk dibatasi, beruntungnya saya sadar diri, saya butuh uang.

Sabtu, 22 Agustus 2015

Air mata di pantai Kuta #tanpa itinerary 1

Bali. Katanya, bukan orang Indonesia namanya kalau belum menginjakkan kaki di Bali. Ada juga yang bilang, Indonesia identik dengan pulau dewata tersebut. Anything, semua orang bebas beropini.

Dalam list kota-kota yang ingin saya kunjungi, tidak ada BALI disana. Entah saya lupa, atau saya memang tidak berniat untuk mengunjunginya, saya tidak ingat. Tapi, langkah kaki membawa saya sampai di pulau yang penuh turis tersebut, dua hari saya menghirup udara pulau dewata.

Tengah malam, kapal perry yang membawa saya menyebrang dari pelabuhan Gilimanuk (Lombok) ke Padang bay (Denpasar) menepi dengan lembut, setelah kurang lebih lima jam saya menikmati perjalanan laut yang begitu luar biasa romantis, tidak, romantis tidak melulu harus bersama kekasih, bukan ? saya rasa tidak salah kalau saya menganggap perjalanan laut Gilimanuk-Padang bay itu romantis, bagaimana salah, saya terbaring di bangku kayu yang berada di tengah dek kapal, saya berada tepat di pertengahan, laut dan langit. Suara ombak dan deru angin yang begitu merdu terasa syahdu dengan pemandangan langit gelap yang tergelar apik di terangi cahaya bintang beserta bulan. Berkali, saya takjub dengan maha karya Tuhan yang tidak pernah biasa, sungguh, malam itu adalah perjalanan laut pertama saya yang tak akan pernah terlupakan. Jono tidak henti menyuruh saya untuk berpindah, masuk ke dalam kabin dan istirahat disana. Saya menolak, angin laut memang tidak begitu bersahabat, namun entah, saya merasa kalau malam itu tubuh saya justru ingin menyambut dinginnya hawa malam. Setelah membungkus tubuh saya dengan jaket tebal milik Jono, saya tetap ingin berada di dek kapal. Hardi sudah menghilang sejak beberapa jam, ia memilih kabin sebagai tempat peristiharatan. Jono masih kuat terbaring di bangku sebelah saya, ia sibuk menonton film. Tepat segaris lurus di depan saya, Ipul terlelap di atas bangku yang ukurannya sama, ia nyenyak dengan seluruh tubuh yang terbungkus.

Minggu, 09 Agustus 2015

Berdamai dengan patah hati


Jatuh cinta lagi adalah obat patah hati terbaik, katanya. Namun kadang, hati yang patah tak membutuhkan cinta yang baru, melainkan hanya perlu di lekatkan kembali, di kumpulkan puing-puing patahannya, kemudian kembali di rekatkan hingga menjadi utuh.

Sabtu, 08 Agustus 2015

Adek gue udah gede

“Jadi, kakak keabisan inspirasi ? aaah, gampang lo mah kak, lo cukup keluar, liat keramaian, nanti juga langsung dapat inspirasi. Biasanya gitu, kan ?”

Kalimat Ana –adik gue─ membuat gue terdiam. Ya, gue mencoba mengingat, kapan terakhir gue keluyuran tanpa tujuan seorang diri. Lama rasanya enggak begitu. Duduk berlama-lama di bangku stasiun, menghabiskan ber-jam-jam di sebuah tempat makan sambil memperhatikan sekitar, nonton film di bioskop, menghadiri acara-acara yang berujung ketersesatan, salah naik angkotan umun, menjadi pendengar dari orang-orang asing yang enggak sengaja gue temui, dan semuanya gue alami sendirian, seorang diri. Iya, gue merindu menjauh. Menjauh bersama diri gue sendiri, menyaksikan keramaian.

Tapi bukan tentang hal itu yang pengin gue tulis detik ini. Kalimat yang keluar dari balik bibir adek gue, membuat gue tersadar akan satu hal, ‘adek gue udah gede’.

Jumat, 07 Agustus 2015

Rasa yang menyisakan tanda tanya

Ranum kembali menyeruput cokelat panas yang tinggal setengah cangkir, gadis berhijab itu menarik napas panjang, matanya terpejam. Ada sayatan yang tak terlihat di bagian terdalam dirinya.

Aku mencintaimu. Sejak lama.

Kalimat itu menari di benaknya, kalimat sederhana. Sebuah pengakuannya kepada seorang pria, kalimat yang di kirimnya melalui pesan singkat. Memang bukan kalimat tanya, namun membutuhkan jawaban.

Minggu, 02 Agustus 2015

Menjemput Jodoh

picture from www.jampang.wordpress.com
Pernah enggak sih beli barang di olshop, terus COD-an, eh tanpa di percaya, kamu sama si yang punya olshop itu jodoh.

Atau mungkin daftar di sebuah open trip, seharian jalan bareng padahal belum saling kenal sebelumnya, langsung nyaman, kemudian ikut trip lagi, eh nikah sama si yang punya trip. #Lho. Maksudnya sama temen yang ikut tripnya.

Hmm .. mungkin juga, selama ini jalan bareng tanpa ada rasa, masing-masing punya pasangan, eh ujung-ujungnya nikahnya sama yang keseringan jalan bareng.

Whatever-lah, kata Rasulullah, jodoh itu hal yang ghaib.

***

satu malam di pulau Cipir

Biasanya sesuatu yang direncanakan kerap kali tak terlaksana. Biasanya perjalanan yang dengan matang di agendakan tak menghadirkan beragam kejutan kecil yang sulit terlupakan. Saya menyukai segala sesuatu yang tak terencana, juga perjalanan tak bertuju.

Minggu, setelah hari raya idul fitri lalu, saya bersama sebelas teman lainnya memutuskan untuk plesiran ke sebuah pulau. Pulau Cipir, salah satu pulau yang ada di kepulauan seribu. Memang bukan pulau yang kebanyakkan menjadi pilihan wisatawan untuk berkunjung, pun dengan saya. Sungguh, pulau tersebut tak masuk dalam option yang akan saya jadikan tempat bermalam mengisi sisa libur hari raya. Pulau Bira, pulau Semak daun, pulau Melinjo, pulau Perak, pulau Bulat atau pulau Harapan, pulau-pulau yang menjadi rekomendasi dari seorang teman.