Rabu, 26 Februari 2014

Tak ingin sekedar menjadi ‘seonggok daging yang punya nama’

“BERMIMPILAH SETINGGI LANGIT .. JIKA ENGKAU JATUH. ENGKAU AKAN JATUH DIANTARA BINTANG-BINTANG.”

Kutipan itu sengaja ku pasang di sebelah cermin berukuran sedang yang ku tempelkan di tembok ruangan tempat tinggalku. Kontrakkan sepetak.

Kau tahu kenapa ? Agar setiap detik aku dapat melihatnya. Ya, aku senang sekali bercermin. Menurut beberapa wanita, aku adalah laki-laki yang tampan. Itu bukan karanganku, beberapa wanita pernah mengatakan hal itu secara langsung kepadaku.

Minggu, 23 Februari 2014

Rendezvous kedua

Banyak yang bilang kalau pertemuan pertama berkesan. Bahkan semua hal yang di labeli dengan kata ‘pertama’ pastilah berkesan. Aku membenarkan pernyataan itu.

Beberapa bulan berlalu setelah pertemuanku denganmu. Pertemuan yang sama sekali tak ku inginkan. Pertemuan tanpa rencana di luar kendaliku.

Jikalah ada kata ‘pertama’ secara tak langsung aku berharap akan ada ‘kedua’, ‘ketiga’ dan seterusnya.

Rendezvous pertama

Kebetulan. Awalnya aku berpikir hanya kebetulan. Namun bukankah sebelumnya aku mengatakan tak pernah ada yang benar-benar kebetulan di dunia ini. Semua telah terencana, begitu pula pertemuan kita. Kau dan aku.

Sabtu, 22 Februari 2014

bicara soal 'rasa'

Kau hadir tanpa pernah ku harapkan. Kau tahu ? Sejujurnya, aku telah mengenalmu lebih dulu. Pertama kali ku dengar namamu di sebut, entah mengapa aku merasa kita jodoh. Konyol, mungkin kau akan menganggapku konyol. Bahkan dunia pun akan beranggapan serupa. Tapi memang itu yang kurasakan ketika pertama kali mendengar namamu dari seorang teman.

Kau percaya jodoh, bukan ?

Kamis, 20 Februari 2014

Indah. Namanya Indah.

“Ini nasi, anggep aja mantannya, terus dimakan deh kayak gini.”
Ucapnya sambil memasukkan sesuap nasi dan mengunyahnya keras-keras. Kata-kata itu mengalir, ketika saya sedang tidak nafsu makan karena habis di selingkuhi oleh ‘pacar’ yang telah berganti ‘mantan’.

Indah, namanya Indah.

Rabu, 19 Februari 2014

Lo kapan ? .. .. #kondangan



 

Udah 2014 nih, masih aja jomblo ..
Ini lagi, 2014 meeeeen .. masih aja kepoin mantan (tiga tanda seru) #mendadaktandaserudikeyboardilang
Nah, itu ngapain buka-buka foto masa lalu ? Belum bisa move on ? Hemmm ..

“Aya, eh lo kapan nyusul ?”

Saya yang lagi jilatin tulang ayam mendadak berhenti melakukan aktifitas tersebut. Beberapa detik, telapak tangan yang sedang menggenggam tulang ayam dan berada di depan mulut, kedua mata yang ‘eyeliner’ nya udah luntur, dan bibir yang basah karena minyak dari kerupuk udang. Beberapa detik saya terdiam, mencerna baik-baik pertanyaan tersebut.

“Lo kapan ?”

PELOPOR TIGA 2003



Yts,                                                                                                                 
Pelopor, tiga 2003

Jangan pada ketawa lo, enggak tau kenapa, gue ngebiarin jari-jari gue ngetik tulisan ini buat kalian. Mungkin, efek lagi nganggur kali ya, jadi apa aja melintas. Dan, gue lagi kangen sama kebiasaan kita. Hah’ bukan sama elo, elo pada. Tapi sama kebiasaan yang pernah kita lewatin. Beuuuh, jadi dramatis.

Inget gak, waktu pertama kali kita merapat, menggabungkan pengurus dua kelas yang terpisah. Siapa aja ya, yang nampakin mukanya waktu itu ? Iya, di rumah Ima, basecamp kita dulu. Yang gue inget sih, Kolay masih pake motor bebek item ceper, yang kalo ada polisi ngorok, harus di angkat. Dan, Ipul, masih doyan jalan kaki. Panjul juga ada, gak berubah. Ada Ade hilman juga. Aang, sama Rukin. Ah, gue enggak begitu inget. Tapi gue inget, kalo gue sama Ratna hadir disana. Tentu juga Ima. Kita masih malu-malu, belum malu-maluin kayak sekarang. Ngomong juga masih di atur, takut nyinggung. Enggak kayak sekarang.

Minggu, 16 Februari 2014

Hanya sedang merindukan masa masa itu ..

“Kak, masa katanya kalo gue PKL, di bayarnya paling tiga ratus ribu sebulan. Kecil banget yaaa ..”

Tiga ratus ribu per bulan selama PKL ? ah, ngedenger keluhan adek gue itu, kembali mengingatkan gue akan masa-masa itu.

Dahulu kala, sekitar tahun 2008, sebelum facebook terkenal seperti saat ini, sebelum gadget menjadi kebutuhan primer, sebelum kamera SLR suka di kalungin ke mall, sebelum terciptanya tongsis, sebelum adanya tim sukses di balik cewek-cewek cantik dan cowok-cowok ganteng (baca:Camera360), sebelum munculnya predikat cabe-cabean dan terong-terongan, sebelum semua orang bebas berkicau, dan sebelum malaikat Rokib punya asisten.

Jumat, 14 Februari 2014

Nyasar is unforgettable moment ..


‘nyasar adalah kesampaian yang tertunda’

Atau kalo kata mba W, yang di kutip Amrazing dalam the Journeys 3
‘enggak ada yang namanya nyasar, adanya, elo pergi ke tempat yang belum pernah lo kunjungi. Elo bukan nyasar, tapi elo mengambil jalan yang berbeda untuk mencapai tujuan elo’

Gue enggak inget kapan pastinya pertama kali gue berkenalan dengan teman setia bernama ‘nyasar’. Gue enggak inget kapan dia menjabat tangan gue, mengajak berkenalan dan meminta gue untuk menjadikannya teman. Gue enggak inget.

Selasa, 11 Februari 2014

Gue lupa rasanya lapar ..


Dilema pas di mall tadi sore ~

Otak jahat “ayo makan, ke solaria kalo enggak gokana”
Otak baik “Bakso aja Aya, ingat lo harus ngirit. Lagi nganggur.”
Otak jahat “Ya ampuuun, buat makan sendiri aja sayang.”
Otak baik “Kemaren kan abis ngebolang, terus makan mahal juga. Hari ini makan nyaris gocap lagi satu kali makan ? pikirin baik-baik”
Otak jahat “Rezeki mah enggak kemana kelesss. Ayo makan, makan .. nasi goreng seafood solaria, beef ebimaki gokana, mie ramen ..”
Otak baik “Makan bakso aja di pinggir jalan. Paling sepuluh ribu.”

Jumat, 07 Februari 2014

'NGANGGUR' adalah Hadiah berbentuk 'WAKTU'


*


Jadi pengangguran emang menyenangkan, cuma selama ATM masih buncit. Ya, ATM pun enggak selamanya buncit, secara perlahan, ia akan mengalami turun berat badan yang super drastis.

“Jangan pernah menyia-nyiakan waktu, walaupun kita sedang tidak bekerja.” Pesan pak Ari winanto, mantan Dirut perwakilan Indonesia, PT Sanyo Elektronic Indonesia dalam acara ‘Musniklub PUK SPEE FSPMI PT Sanyo Elektronic Indonesia’ di RM W2O (Cibitung), rabu kemarin.

**


Ya. Waktu tidak patut untuk di sia-siakan begitu saja. Ia akan tetap berjalan sekalipun kita berhenti untuk sekian lama. Waktu tidak akan pernah menunggu, kita yang harus mampu mengiringi setiap geraknya.

Minggu, 02 Februari 2014

KEMBALI



“Jadi, kau memutuskan untuk kembali menari, melatih menari ?” Rana masih diam di posisinya, bersandar pada kaca besar yang menjadi penutup sisi gedung berlantai tiga itu. Tak ada tanggapan apapun yang diberikannya sebagai jawaban. Raut wajahnya datar. Pertanyaan itu melesat begitu saja tanpa ingin ia jawab. Sudahlah, orang yang bertanya pun sepertinya sudah mengerti apa jawaban yang akan keluar dari mulutnya.

“Baiklah. Kembalilah melatih mulai besok sore, murid-muridmu tentu akan dengan senang hati menerimamu kembali.” Wanita yang mengenakan jaket tebal untuk menutupi lekuk tubuhnya yang hanya terbalut tangtop ketat itu mulai mengemas beberapa barang yang berserakan di meja, di dalam ruangan itu.

“Aku harap, Rana benar-benar telah kembali.” Ucapnya sambil berlalu meninggalkan gadis yang masih diam sejak satu jam lalu. Sejak kakinya kembali melangkah masuk ke dalam ruangan itu.