Jumat, 07 Februari 2014

'NGANGGUR' adalah Hadiah berbentuk 'WAKTU'


*


Jadi pengangguran emang menyenangkan, cuma selama ATM masih buncit. Ya, ATM pun enggak selamanya buncit, secara perlahan, ia akan mengalami turun berat badan yang super drastis.

“Jangan pernah menyia-nyiakan waktu, walaupun kita sedang tidak bekerja.” Pesan pak Ari winanto, mantan Dirut perwakilan Indonesia, PT Sanyo Elektronic Indonesia dalam acara ‘Musniklub PUK SPEE FSPMI PT Sanyo Elektronic Indonesia’ di RM W2O (Cibitung), rabu kemarin.

**


Ya. Waktu tidak patut untuk di sia-siakan begitu saja. Ia akan tetap berjalan sekalipun kita berhenti untuk sekian lama. Waktu tidak akan pernah menunggu, kita yang harus mampu mengiringi setiap geraknya.


Waktu luang. Bahasa jeleknya, nganggur. Enam hari gue udah lewatkan menjadi pengangguran. Dan hari ini, barusan banget, gue bongkar-bongkar isi lemari buku bekas kebanjiran kemaren. Ya maklum, baru ada waktu, biar keliatan sibuk. Hahahhaa.

Gue nemu beberapa surat cinta. Aseeeeeh .. (asih mana asih ? Di cariin si Mbok ..)
Ini asli lho. Gue kan pernah ada di generasi 90an, dimana hape adalah barang langka, dan jejaring sosial belum menjadi kebutuhan seperti saat ini.

Gue buka satu per satu surat tersebut. Surat yang di tulis tangan menggunakan pulpen di atas buku tulis ‘sidu’. Iya, lemari buku gue pun terabaikan. Emang sering gitu ya, biasanya, ketika kita sedang membereskan sesuatu, terus tiba-tiba menemukan ‘benda’ yang ada kenangannya, seketika semua masa lalu berputar. Beuuuuh .. dramatis.

Ada beberapa surat atas nama orang yang sama, mantan pertama gue. Ehem .. Dan sekarang doi udah nikah, punya satu orang anak. Enggak. Gue enggak kanapa-napa. Toh itu zaman SMP, cinta ala monyet gitu-lah. Enggak. Gue enggak apa-apa. *diem diem ngelap air mata*

Mendadak, gue kepikiran, untuk apa ya gue simpen surat-surat ini ? Semua udah enggak penting, kan ?

Nah. Persis. Surat itu sama dengan masa lalu. Masa lalu, terkadang ada gunanya untuk di ingat, sekedar untuk di jadikan pelajaran. Dalam urusan cinta, gue emang enggak selalu beruntung. Sebenarnya banyak yang ngejar-ngejar gue dari SD, ya .. tukang somay, tukang gorengan, tukang ucus-ucusan, semua tukang dagang yang ngerasa dagangannya gue makanin tanpa dibayar. Ini gossip.

Lupakan surat cinta itu. Itu cuma ketidak sengajaan gue untuk mengisi waktu luang yang sedang berteman dengan kehidupan gue. Waktu luang = nganggur.


Lo, apa aja sih yang lo lakuin selama lo enggak kerja ?”
“Ya, jalan yuk. Gue bĂȘte nih di rumah, setiap hari begini.”
Dua sms tersebut masuk kedalam inbox gue belum lama ini. Gue malah bingung mau balas apa, tapi kalau urusan jalan, gue enggak nolak selama itu bukan jalan yang sesat.

Gue jadi kepikiran, apa yang lo lakuin kalo lo enggak kerja ??

Gue. Hal pertama yang gue lakuin ketika gue lagi enggak kerja pastinya bangun siang. Ya, kapan lagi coba lo bisa bangun siang ? Kecuali lo lagi nganggur, lo wirausahawan, lo kerja outdoor/indoor  yang pake totalitas bukan rutinitas, atau lo orang kaya yang punya harta tujuh turunan enggak abis-abis. Ya, gue rasa, ketika gue nganggur, ini adalah sebuah hadiah untuk menikmati kebiasaan terindah di pagi hari. Tapi enggak kecanduan juga keles, gue membatasi diri gue untuk tidak membiasakan hal tersebut. Sekali, dua kali-lah.

Selain bangun siang. Hal paling menyenangkan ketika gue lagi nganggur adalah merencanakan sebuah perjalanan panjang. Well, ini cuma berlaku selama ATM gue masih buncit. Gue bisa pergi kemana pun yang gue mau tanpa melihat jadwal kerja ataupun menunggu weekend. Enggak, enggak perlu ke tempat-tempat yang jauh atau tempat sejenis ‘hidden paradise’ ,toh itu bukan arti perjalanan yang sesungguhnya. Gue cukup keliling kota, misal. Naik kereta commuter line dari Bekasi, sampe kota, enggak usah turun, sampe Bekasi lagi, enggak usah turun lagi, ikut ke kota lagi. Begitu selama seminggu. Lho, bukan hal yang dilarang, kan ?

Bangun siang udah, perjalanan panjang akan dimulai, hmm .. ada ruang buat impian. Nulis. Sebenarnya untuk hal satu ini enggak gue lakuin ketika gue ‘nganggur’ aja. Selama gue kerja pun, gue tetap nulis. Seenggaknya, waktu gue jauuuuuh lebih banyak untuk gue habiskan dengan mencet-mencet keyboard sampe tepos. Beda, selama gue kerja, jam menulis gue terbatas. Lagi asik-asiknya ide ngalir, lima menit lagi gue harus berangkat kerja. Itu kan nyiksa. Gimana enggak, ide yang lagi ngalir deres, tiba-tiba harus gue tahan, gue simpen selama delapan sampai dua belas jam, ya, kerja delapan jam, perjalanannya kan dua-jam kurang lebih. Ketika gue sampai di rumah lagi, ide yang gue tahan di dalam otak udah buyar karena kelamaan di pendem. Lumutan. Karatan. Tapi bejatnya gue, gue enggak pernah bisa meninggalkan sebuah note atau buku kosong lengkap dengan pulpen kemana pun gue pergi. Ya, gue sering membawa selembar kertas, atau pake kertas recycle (bekas), buat ngeluapin ide lancang gue yang menggebu-gebu di tempat kerja. Atau dimana pun gue berada. Sepulang kerja, baru gue kembangkan tulisan-tulisan itu kedalam bentuk yang lebih baik. Itu salah satu hal yang membahagiakan ketika gue ingat.


Membaca. Gue suka baca, membaca merupakan amunisi gue dalam menulis. Selama gue kerja, gue cuma punya waktu baca di dalam jemputan. Tiga puluh menit kalau enggak macet, satu jam sampe seharian kalau macet tingkat banjir. Itu bukan hal yang sia-sia buat gue. Semakin lo doyan baca, pengetahuan lo akan lebih jauh dibanding orang cerdas yang enggak suka baca. Apapun. Buku yaasin .. buku saku pramuka, kalo kata bang Allit. Ya, sedikitlah beri ruang, jangan melulu baca-baca status mantan di pesbuk, yang pas ngebaca status doi lagi bahagia, bikin lo stroke. Atau keseringan nyecroll time line gebetan yang ujung-ujungnya jadian sama orang lain. Itu kan kasihan hati lo .. mending nyecroll tasbih sambil dzikir.

Silaturahmi. Yang ini belum sih, ya, secepatnya akan gue lakukan, insyaAllah. Ngumpul bareng teman-teman yang udah lama enggak jumpa. Enggak, gue enggak menghindar karena gerah dengan pertanyaan ‘kapan nikah ?’ enggak, gue enggak gituh. Lanjuuut ..

Ngobrol bareng ortu. Ini emang selalu gue lakuin, pun selama gue lagi kerja, syukurnya gue masih tinggal bersama mereka dan masih mempunyai orang tua yang lengkap. Yaa .. kan waktunya lebih banyak, pas nyokap lagi masak, lo bisa ikutan, ikutan makanin. Pas nyokap lagi nyetrika, lo bisa nemenin ngobrol, dengerin nyokap curhat. Pas nyokap lagi nyuci, lo bisa ngeliatin, kapan lagi coba. Apalagi yang jauh, waktu nganggur itu adalah hadiah, buat lo nemuin mereka. Lo merantau jauh dari desa, setiap bulannya dapat penghasilan, lo kirim rupiah-rupiah itu, tapi waktu lo, setahun kemudian pas lebaran baru mudik, itu pun enggak lama karena lo harus kembali kerja. Sebenarnya, kehadiran lo terlalu mahal dibanding rupiah-rupiah itu.

Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, kesempatan mewujudkan impian. Dengan berhentinya lo dari satu pekerjaan, itu bukanlah akhir segalanya. Mungkin, sebenarnya lo udah lama mau meninggalkan pekerjaan tersebut, tapi susah, susah untuk melakukannya. Lo terlalu takut dengan predikat mengerikan itu ‘pengangguran’ dan akhirnya lo bertahan hingga perusahaanlah yang memberhentikan lo. Dan mau enggak mau, lo harus keluar saat itu juga, karena enggak ada alasan lagi buat lo bertahan. Inilah saatnya, ketika lo merasa cukup beristirahat, semangat lo kembali menggebu, mulailah berusaha kembali. Wujudin impian lo kalo lo punya mimpi, mulai belajar menjadi seseorang yang memberikan gaji bukan lagi si penerima gaji kalo lo punya cukup modal dan pengalaman. Atau kembali membuat lamaran di tempat-tempat yang menjadi target lo. Itu simple, lo cukup melakukannya ,bukan sekedar merencanakannya atau membuat kalimat-kalimat dan di share di jejaring sosial, aamiinkan doa ini. Enggak, enggak gitu, lo lakuin sesuai kemampuan lo, berusaha, berdoa, percaya dan sabar. Maka Tuhan akan memeluk harapan-harapan tersebut. Harapan yang perlahan akan menjadi kenyataan.

Mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Ya mungkin udah ada yang siap untuk menemui-Nya. Aih, bukan, bukan menjurus ke soal itu. Maksud gue, selama gue kerja, waktu sholat itu berkisar sepuluh sampai lima belas menit. Itu belum di kurangi nyemil dulu, ke toilet dulu, atau harlemshake dulu. Ya, paling mentok sepuluh menit lah buat sholat. Pas, nganggur adalah hadiah waktu buat sang Pencipta. Lo, gue, kita, yang biasa ngerjain sholat lima menit enggak pake dzikir, tambahin durasinya. Lima menit jadi lima jam gitu. Ini khusus yang muslim. Ya susah juga, lima menit jadi lima jam. Ya minimal tujuh menit lah. Surat qul-qulannya (An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas) di ganti Al-baqarah, Yaasin, Ar-Rahman. Ya, satu-satu ayat aja. Enggak, Allah enggak nolak. Kan biasanya make up lebih lama durasinya dari sholat. #eeh


Oke. Finish, itu semua adalah hal yang gue akan, mungkin atau emang gue lakuin. Pada dasarnya semua tergantung dari sudut pandang kita sendiri. Berhenti mengeluh, sering-sering melihat ke bawah agar kita selalu pintar bersyukur (bukan siapa tahu nemu duit).

Juga pahami, ketika satu pintu tertutup, maka akan banyak pintu lain yang terbuka. Dan enggak melulu apa yang ada di hadapan kita itu jauh lebih baik dibanding diri kita. Who knows ?

Orang yang keliatan hidupnya sempurna malah jauh lebih menyedihkan dibanding kita. Atau mungkin, orang yang keliatan hidupnya menderita malah mengerti arti sebuah kebahagiaan. Kita enggak pernah tahu. Jadi, sibukin aja diri kita untuk menilai dan memperbaiki diri sendiri. Tanpa melihat depan, belakang, kiri atau pun kanan.

Semoga ada manfaatnya ..

Goresan-goresan ide lancang yang ngalir tanpa kenal tempat.



Gambar * diambil dari www.riaupos.co

Gambar ** diambil dari www.one-go.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar