Senin, 27 Oktober 2014

Malam minggu yang beruntung

Malam itu mereka memang sedang tidak ada di hotel berbintang lima, enam atau sepuluh. Dua anak manusia yang memisahkan diri dari rombongannya itu duduk di puncak gunung dengan kilauan bintang yang tak terhitung jumlahnya, lebih indah dari hotel berbintang yang berupiah tinggi.
“Gue selalu senang kalau nanjak sama lo” si laki-laki bertubuh kurus tiba-tiba mengeluarkan kalimat tersebut di sela obrolan mereka, kalimat yang membuat gadis berjilbab di sebelahnya terdiam dalam sesak.

Kamis, 09 Oktober 2014

ITU TALKSHOW

“Ya, nanti yang ngisi tausyiah, kamu, ya ?”

Deg.

Gue yang lagi kerja langsung membeku sesaat ketika suara itu bertengger di telinga gue.

“Lah, kok saya ? Yang lain aja, pak, yang lebih waras dari saya kan banyak”

“Yang lebih waras emang banyak, tapi kalau ada yang lebih murah kenapa enggak ?”

Aduh. Enggak. Enggak gitu jawaban pak Ridwan─salah seorang atasan gue waktu nguli di Sanyo─ gue enggak di bayar kok buat jadi orang ‘bener’.

“Udah. Kamu aja, nanti kalau enggak ada bahannya, biar saya yang cariin, saya tulisin, kamu tinggal baca doang.”

“Iya. Tapi kenapa saya ? Kenapa enggak mereka ? atau dia ? atau siapa-lah ? kenapa harus saya ?” tanya gue sok dramatis.

“Masa gitu aja enggak berani. Pokoknya besok kamu yang tausyiah”