Senin, 30 Desember 2013

DAPAT APAH ?

*

Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, katanya. Namun, jika boleh mengubah sedikit saja dari pepatah tersebut, kegagalan merupakan puing-puing perjalanan yang akan kita rindukan saat keberhasilan tengah kita rasakan. Mungkin seperti itu bagi saya. Konyol kedengarannya, gagal kok dirindukan. But, I like anyway.

Seharusnya, ya, seharusnya saya menuliskan hal tersebut ketika saya tengah berhasil. Seharusnya, namun, kalau harus menunggu saat itu, entah kapan tulisan ini akan beredar. Ini bukan berarti saya tidak berhasil. Karena berhasil hanyalah bonus dalam sebuah perjalanan.

Rasanya semakin saya menikmati setiap perjalanan penuh kegagalan dalam meraih impian, membuat saya terbiasa dengan sebuah ‘kegagalan’. Sama halnya ketika saya mulai menikmati setiap kesasaran dalam perjalanan-perjalanan saya. Saya menikmatinya.

Karena bukankah, kebahagiaan itu berlandaskan dengan rasa cukup ? Begitu-lah hal yang pernah saya dengar dari salah seorang editor di penerbit, Jakarta, Windy ariestanty. Dan saya sangat amat membenarkannya.

Senin, 23 Desember 2013

Selamat hari ibu, mama .. ..





Nanti, kalo jam istirahat. Terus mba-mba pada telponan sama pacarnya. Kamu telpon mama aja. Gak papa malem-malem juga. Pasti mama angkat.

November 2009.

Waktu itu gue masih kerja di salah satu perusahaan (baca:PT) di daerah cibitung. PT. Sanyo Jaya Components Indonesia di singkat Sanyo Gobel. Akhir Juli 2009 gue mulai nguli. Iya, Ijazah belum keluar, gue udah kerja duluan. Nevermind, Alhamdulillah.

 

Awal November di tahun yang sama, gue di putusin. Padahal guys, ada kisah mengharukan banget di balik asmara gue yang satu ini.

Mungkin ini The Journeys “Ada mereka disana”



Berjalan itu cara bertahan yang manusia tahu sejak dulu, jadi kalau kita tidak berjalan, ya kita mati. Orang yang berdiam itu, cepat mati.”
Begitu jawaban mba W, Windy ariestanty salah satu penulis buku The Journeys 3 ketika ditanya, ‘mengapa melakukan perjalanan ?’.
Ya. Minggu, 22 Desember 2013 Gagasmedia, Bukune bersama Pandamedia menggelar satu acara yang sebenarnya sangat sayang jika di lewatkan, para penerbit tersebut membuat event bernamakan ‘Kumpul Penulis Pembaca 2013’ yang di singkat KPP2013. Dan semua free, tidak di pungut bayaran kecuali acara pertama dari beberapa rangkaian acara yang ada, kenapa ? karena ada breakfast disana. Ya. Saya rasa wajar kalau diminta untuk membayar, ya, wong kita makan sendiri kok.

Minggu, 15 Desember 2013

ANGIN dan ANGKOTAN UMUM K 02 (Bekasi-Pondok gede)


Saya adalah seorang gadis remaja yang hampir memasuki jenjang pendewasaan, dulu. Ketika itu, saya lupa kapan tepatnya. Mungkin sekitar akhir tahun 2010 atau awal tahun 2011, entahlah, mungkin rasanya telat untuk diceritakan kembali. Namun, memori saya terus memaksa untuk menuliskan hal ini, walau sudah berkali-kali saya menolaknya. Berkali-kali pula saya memaksa ingatan saya untuk mengingat kembai waktunya, kapan, namun berkali-kali pula, kepala saya malah menjadi sakit. Oke. Saya menyerah, tak peduli kapan kejadian itu terjadi. Tapi izinkanlah saya bercerita.
Di Daerah Pondok gede wilayah Jakarta Timur, disana ada satu keluarga dari mama saya, adik mama tepatnya.
Hari itu, pertama kalinya saya pergi ke rumahnya tanpa ditemani mama, hanya saya dan adik saya. Tidak. Saya tidak ingin bercerita tentang keluarga saya, ataupun keluarga adik mama saya tersebut.

Sabtu, 30 November 2013

INI LHO PACAR GUE .. ..


*)

Lamborghini putih berhenti tepat di depan sebuah café di pinggiran ibukota. Terlihat sepasang kekasih keluar dari lamborghini tersebut, keduanya terlihat begitu serasi, melangkah beriringan memasuki café itu.
“Rose ..” sang wanita menoleh ketika mendengar suaranya di panggil, wanita itu tersenyum, ia pun melangkah mendekati suara yang memanggilnya, tangannya masih terselip di lekukkan siku kekasihnya. Cowok kece, dengan tampang kebule-bulean.
“Liat, liat. Gila ya si Rose, cowoknya ganteng banget.”
“Waaah .. itu cowok keren banget.”
“Mauuuuu ..” bisik-bisik tetangga mulai terdengar di kerumunan beberapa gadis yang sedang mengadakan party kecil disana. Sedang, beberapa cowok yang juga ada di sana pun terlihat kagum ketika melihat pasangan yang sebentar lagi akan bergabung bersama mereka.
“Sori ya gue telat” ucap gadis yang mengenakan blouse merah marun itu ketika sudah bergabung bersama teman-temannya.
“Santai.” Jawab salah seorang dari mereka. Rose pun tersenyum, kemudian tersadar “Oh iya, kenalin, ini Leonard, cowok gue.” Rose dengan bangga mengenalkan kekasihnya kepada semua temannya yang ada disana.

Rabu, 27 November 2013

NGERASA ENGGAK PANTES


Hepi besdey to me .. Hepi besdey to me .. Hepi besdey Hepi besdey .. Hepi besdey to me ..

Happy birthday Aya Nurhayani.
Seminggu sebelum tanggal 20 November 2013 lalu, gue kerja masuk pagi. Berangkat jam setengah enam pagi dan pulang setengah lima sore. Entah ada apa dengan diri gue, ada apa dengan perasaan gue, dan ada apa dengan hati gue. Seminggu itu gue ngerasa bahagia banget. Apa ya .. sulit di jelasin rasanya. Bahkan hari senin yang sering menjadi hari ke-BT-an sedunia pun terasa begitu menyenangkan. Bukan. Bukan karena gue lagi jatuh cinta, jadi semua terasa indah. Tapi kurang lebih, mungkin rasanya nyaris sama, bahkan lebih.
Gue berangkat pagi itu, di hari selasa 19 November 2013. Gue masuk ke dalam bus hiba utama berukuran besar, duduk di deretan bangku nomor dua dari depan. Isi penumpang dalam bus itu baru tiga orang. Gue, satu teman yang udah naik duluan, dan yang satu nunggu bareng gue. Gimana awalnya gue lupa, tapi yang pasti, pagi itu bibir gue enggak henti-hentinya tersenyum. Gue ngerasain udara yang sejuk, aliran darah dan detak jantung yang teratur. Dan saat itu juga hati gue berbisik, pun sempat gue ucapkan ‘Terima kasih ya Allah’. Sederhana. Itu hanyalah hal sederhana yang menghadirkan kebahagiaan luar biasa. Buat gue.
Dan sepanjang jalan itu (Bekasi-Cikarang) gue berpikir, apa pantas kalau gue masih ‘Ngarep’ ?. Anything. Ya. Mutlak ko buat manusia untuk berharap apa-apa yang dikehendakinya pada Sang Maha Pemberi. Karena dalam agama gue (Islam) tertulis jelas di dalam kitab yang gue imani, begini artinya “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ..” (Q.S Al Mu'min : 60).

Minggu, 10 November 2013

Ketika aku ditanya “Masih gadis-kah kamu ?”



*)
Gurih. Gurih. Gurih.
Santai .. enggak usah serius gitu mentang-mentang judulnya ‘agak frontal’. Ketika aku ditanya ‘Masih gadis-kah kamu ?’. Kan penulisnya tetap gue, jadi .. selow meeeeeeeen #nyengir.
*sikap*
Berkaca pada situasi yang ada di era globalisasi masa kini. Gue agak ngeri sama pergaulan anak bawang zaman sekarang. Kenapa ? situasi ? era globalisasi ? Iya, ah masa enggak tau bahasa Vicky #eeh.
Lanjutkan !
Dulu. Dulu, zaman gue kecil yang namanya naksir temen enggak ada tuh niat-niat bikin video panas. Boro-boro video kayak begituan, foto-foto alay aja masih pake kodak, yang di cuci lebih dulu, terus jadi klise atau negative baru di cetak jadi selembar foto. Dan, foto-foto cuma terjadi pas kita jalan-jalan doang. Jalan-jalan juga jarang. Curhat dikit jossss.
Tapi sekarang, ironis. Foto dimana pun jadi. Gaya gimanapun ada. Ah, masa lalu, selalu menghadirkan berbagai macam kenangan saat teringat kembali. Oke. Oke. Enggak mau bawa-bawa zaman, toh langkah selalu kedepan. Ya. Tapi gue sangat bersyukur lahir lebih dulu. Dan hidup dalam generasi 90an.
Wanita.
Wanita itu ibarat korek api (bukan korek gas)
Apabila sudah tergores, tak ada artinya lagi.
Ya. Dalam agama mana pun, gue yakin, wanita selalu dimuliakan. Dalam agama gue khususnya (Islam), banyak ayat-ayat dalam Al-quran yang menerangkan tentang wanita. Bahkan ada satu surat yang dinamakan surat An-Nisa yang artinya wanita. Betapa, Allah saja memuliakan kaum tersebut.
Ah, tapi sayang, banyak wanita yang enggak memuliakan dirinya sendiri. Setidaknya, sekedar menjaga kehormatannya. Pecah nih bahasannya.
Zaman gue SMA, sekitar tahun 2006-2009an. Gue juga mengalami masa sulit tersebut, masa dimana gue ingin mencoba segala sesuatunya. Masa yang biasanya disebut masa puber.
Gue pacaran sejak kelas dua SMP. Hubungan yang gue sebut ‘pacaran’ itu bermula dari suka ketemu, terus sering di ceng-cengin, rasa deg-deg kan pas ketemu, surat-suratan, dan ada kangen kalo enggak ketemu. Sebatas itu.

UNFORGETTABLE #Terios7Wonders


Terios. Mendengar kata dan membaca tulisan itu selalu membuat saya teringat akan kejadian tempo lalu. Ya. Sebesar apapun usaha saya untuk melupakan peristiwa itu, tetap tidak akan pernah bisa dilupakan rasanya. Artikel saya yang di ikut sertakan dalam lomba awal #terios7wonders dengan judul ‘Sawarna, desa sederhana dengan maha karya yang tidak sederhana’ terpilih menjadi dua puluh lima finalis dari Viva. Saya pun mendapatkan kesempatan untuk datang dalam acara blogger gathering. Namun sayang, beberapa hal terjadi dan saya tidak dapat mengikuti acara tersebut.
Oke. Saya mencoba berbesar hati dan mengabaikannya. Namun, enggak semudah yang saya pikirkan. Setiap kali saya melihat maupun mendengar iklan Daihatsu terios di televisi, saya akan selalu ingat akan kejadian tersebut. Dan aneh rasanya, dimana-mana saya selalu menemukan mobil dengan enam huruf di sisi kanan bagian belakangnya. Terios. Dimana pun, saya selalu melihatnya. Padahal, sebelumnya enggak begitu. Ah, mungkin itu hanya perasaan saya saja. Lupakanlah.
Selasa, 1 Okober 2013 petualangan itu di mulai. Petualangan yang akan di ikuti oleh 7 jurnalis dan 7 travel blogger dengan menggunakan 7 unit Daihatsu Terios. Lima blogger diantaranya adalah pemenang dari artikel #terios7wonders, mereka adalah Wira Nurmansyah (@wiranurmansyah), Bambang Priadi (@gelimembara), Puput Aryanto Risanto (@aryakamandhanu), Harris Maulana (@harrismaul), dan Giri Satrio (@satrio_mount). Rombongan berkumpul di Sentul City, Bogor.

Destinasi pertama adalah Sawarna, rombongan berangkat dari Bogor, mengarah ke Sukabumi dan kemudian berakhir di Sawarna, Lebak, Banten. Sepanjang perjalanan para sahabat petualang disajikan dengan jalanan yang berkelok di daerah Ciawi dan perbukitan Sukabumi. Namun tak perlu khawatir, semua tanjakan dan turunan yang cukup terjal tersebut dapat dengan mudah dilalui oleh si jagoan putih, Terios. Terkadang, untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan dibutuhkan usaha yang tidak mudah. Begitu juga dengan para sahabat petualang, setelah melewati wilayah perbukitan di Pelabuhan Ratu, rombongan dimanjakan dengan berbagai keindahan pemandangan pesisir pantai yang dapat dinikmati di sepanjang jalan menuju pantai Sawarna. Pantai Sawarna, adalah maha karya Tuhan yang tidak sederhana. Awalnya, sawarna merupakan surga tersembunyi, namun sekarang keberadaannya tidak lagi tersembunyi, karena sudah banyak yang mengetahuinya.
Rombongan pun menikmati keindahan pantai yang masih bersih dan memutuskan untuk menyaksikan terbenamnya matahari, sekaligus bermalam untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan di kemudian hari. Perjalanan hari kedua akan menempuh rute terjauh sepanjang 600 kilometer menuju Yogyakarta dan Jawa Tengah.


Selasa, 05 November 2013

DIENG with TRAVOLLUTION


Sebelum gue bercerita apapun, untuk mengawali tulisan ini, gue mau minta maaf terlebih dahulu sama temen gue. Desi lalasari.
“Maafin gue ya des, ke dieng diem-diem. Enggak ngajak lo. Bukan. Bukan apa-apa, cuma, gue tau lo susah buat cuti. Dan perjalanan kesana enggak cuma sehari dua hari, enggak ada alasan lain. Maafin gue ya ..”
Jumat sore, tanggal 1 November 2013 gue berangkat dari rumah, janjian sama dua teman gue di terminal. Yeah .. kita mau ke dieng. Beruntungnya gue, enggak jadi bolos kerja ataupun cuti lantaran emang dari hari jumat sampai selasa gue libur. Something banget kan.
Kita ketemuan di terminal bekasi jam setengah lima sore, biasa .. orang Indonesia suka ngaret. Janji awal jam empat, berhubung hujan turun, jadi agak ngaret dikit. Emang di intenary yang ada, kita akan berangkat dari semanggi ke dieng itu jam tujuh malam. Ya. Meeting point di Plaza Semanggi, Jakarta.
Kita bertiga baru dapat patas sekitar jam lima kurang, dan .. ya, macet. Untung enggak jadi naik taksi. Beuh, menggelembung nih argo kalo kita naik taksi. Pikiran gue waktu itu, ‘ah 70 orang ini yang ikut, pasti banyak yang telat’. Tenang.
Jam Sembilan kurang, gue sama dua teman gue baru sampai di Semanggi. Langsung masuk ke loby utara depan dunkin dunuts. Telpon Andi, team leader gue.
Asli. Gue kepengen kabur aja deh pas tau kalau tinggal gue sama dua teman gue doang yang belum datang. Tiga elf lainnya udah jalan duluan. Gue ada di elf dua. Suasana agak sedikit dingin. Gue enggak enak banget, asli.
Buat para penumpang di elf dua, maaf yeeeee .. #nyengir.
Abaikan.
Dieng .. .. guys .. ..

Jumat, 01 November 2013

PERHITUNGAN TUHAN



Ini tentang tuntutan. Tentang ketangguhan. Dan tentang ke-perbudakan.

Senin, 28 Oktober 2013 sekitar jam 3 sore gue berangkat kerja. Gue kerja pabrik, di salah satu perusahaan industri di kawasan EJIP, Cikarang. Sore itu, jadwal jemputan gue jam setengah tiga sore. Tapi, biasanya di awal sift atau hari pertama kerja (baca:hari senin) jemputan sering ngaret. Gue pun memilih berangkat lebih lama. Setelah asar gue baru jalan.

Cuaca sore itu hujan. Awalnya deras, tapi cuma sebentar. Gue pun lega, gue duduk di  halte di temani seorang laki-laki yang sepertinya enggak waras, gue duduk, dia celentang di kolong deretan besi yang dijadiin bangku. Gue mencoba tenang pas suara petir menggelegar. Jegeeeer. Dan. Hujan pun deras kembali. Suara petir saling bersahutan dengan kilapan cahaya berwarna putih terang di langit. Gue ngeri, gue takut, dan gue pasrah.

Mba aya, jemputan udah di tol.

Deg. Kedua mata gue enggan berkedip. Semua suara yang tadi terdengar santer mendadak sepi. Sesaat, gue enggak bisa dengar apa-apa. Gue memasukan kembali hape yang cukup membuat gue tegang. Hujan makin lebat, suara petir enggak henti-hentinya bergeming. Untungnya, gue enggak cuma berduaan doang sama orang enggak waras tadi. Ada dua orang lain yang juga berteduh di halte tersebut. Aneh. Gue ketakutan setengah mampus, itu orang enggak waras malah cekikikan sendiri. Ah, gue geli sebenarnya. Tapi please, ini bukan hal lucu. Gue pun mencoba tenang.

Minggu, 20 Oktober 2013

TANPA BATAS



Sore itu, tanggal 13 Oktober 2013 gue ngeliat seorang nenek tua duduk di salah satu dermaga yang ada di Ancol. Dipangkuan nenek itu terlihat sebuah buku cukup tebal, entah buku apa, gue enggak sama sekali bertanya. Dalam benak gue “ini nenek-nenek pasti orang kaya. Gimana kalau gue culik terus gue minta tebusan sama keluarganya. Atau siapa tau, nenek-nenek ini punya cucu yang ganteng. Terus di jodohin sama gue.” Arrrrghh. Kacau. Abaikan. 

Ada sebuah rasa tenang yang mengalir dalam hati gue ketika melihat pemandangan tersebut. Dan terbesit pernyataan “Gue enggak akan pernah berhenti membaca”.

Belajar dari nenek tua di dermaga itu, mungkin kelak, gue akan seperti dirinya. Ah entahlah, siapa tau dia nenek-nenek tua yang kesepian. Dia enggak nikah, enggak punya anak, enggak punya cucu dan sendirian sampai tua. Enggak. Gue enggak mau kalau kayak gitu mah.

Sabtu, 19 Oktober 2013

SUMPAH si RAKYAT KECIL dengan IMPIAN BESAR



SAYA, RAKYAT KECIL dengan IMPIAN BESAR bersumpah AKAN SELALU BANGGA MENJADI BANGSA INDONESIA. Bangga akan kebudayaan negerinya, bangga akan kekayaan alamnya, dan bangga akan karya-karya yang lahir dari setiap marsyarakatnya.

SAYA, RAKYAT KECIL dengan IMPIAN BESAR bersumpah TIDAK AKAN PERNAH MELUPAKAN SEJARAH. Jika boleh jujur, tidak terlalu banyak sejarah yang saya tahu. Tapi apapun itu, saya tidak akan pernah melupakan bagaimana jasa-jasa mereka’ yang telah berhasil mengibarkan bendera merah putih sebagai tanda kemerdekaan’. Dan berkarya, itulah salah satu cara saya berterima kasih kepada mereka’.

Sabtu, 12 Oktober 2013

AMING


“Ma, Nung mau beli mie ayam ‘keling’.” Malam itu, sekitar abis isya, sepulang ngaji, rengekan itu masih melekat di benak gue. Rengekan anak berusia delapan tahunan.

“Iya kang, aku juga.” Laki-laki kecil yang sejak tadi terdiam di balik pintu rumah kontrakkan tiga petak itu ikut bersuara.
Mendengar rengekan dua anak kecil di hadapannya, ibu muda itu terlihat miris. Namun apa daya, ia tidak memiliki cukup uang untuk membelikan dua mangkok mie ayam. Jangankan untuk dua mangkok, satu mangkok pun tak terjangkau.
“Mama enggak punya uang, nunggu bapak pulang ya.” Kata ibu muda itu menenangkan. Dua bocah itu terdiam, tak lagi merengek.
“Yaudah ming, kita nonton layar tancepnya aja yuk.” Kata bocah perempuan yang masih menahan lapar. “Ma, nanti kalo Bapa pulang panggil kita yah.” Tambah bocah perempuan itu pada ibu muda yang mengenakan daster. Ibu muda itu mengangguk tanpa berkata apapun. Mungkin, ia hanya tidak ingin mengatakan atau menjanjikan sesuatu yang tidak pasti. Oleh karena itu ia memilih diam, membiarkan dua bocah kesayangannya berlari girang keluar rumah.

Layar tancap, sekarang-sekarang ini gue jarang nemuin momen tersebut. Layar tancap, sebuah tontonan warga yang diadakan ketika ada suatu acara hajat macam pernikahan atau sunatan.
Satu bocah diantara keduanya menghentikan langkahnya di balik tenda mie ayam yang terlihat sangat ramai. Pembelinya rela menunggu antrian dengan sabar. Bangku panjang yang ada didalam tenda tersebut penuh. Nyaris semuanya menikmati menu yang tersedia. Semangkok mie ayam, ataupun mie ayam bakso.
“Nung, sini .. kita sini aja. Cium deh, wangi ya.” Bocah laki-laki itu memanggil bocah perempuan yang melangkah lebih dulu untuk melihat film yang sedang diputar. Bocah perempuan itu pun menghentikan langkahnya, lalu keduanya tenggelam dalam wangi kaldu ayam yang meluap dari warung tenda yang masih sangat ramai tersebut.
Lama. Dua bocah itu mematung di balik tenda, berjalan sedikit ke belakang gerobak agar dapat mencium aroma itu lebih jelas. Keduanya menelan ludah berkali-kali, nyanyian yang bermain di dalam perut keduanya membenarkan kelaparan mereka.
“Kita pulang aja yuk ming, siapa tau bapak udah pulang.” Ajak bocah perempuan itu, tapi sebelumnya mereka membeli seikat kacang kedelai rebus seharga Rp. 500,00.

Ah, dua bocah itu lagi-lagi harus menggigit jari karena ternyata, laki-laki dewasa yang diharapkannya belum juga pulang. “Ma, bapak belum pulang ?” Tanya bocah perempuan itu sedikit gelisah. Dan, apa yang sedang dilakukan bocah satunya lagi ? Oh, ya Allah .. bocah laki-laki itu mengambil dua buah mangkok dari dapur. Satu mangkoknya diberikan ke bocah perempuan yang saat itu sedang duduk bertanya pada ibunya.
“Ih Aming, bapak belum pulang. Kok udah ngambil mangkok ?” bocah perempuan itu terlihat judes, tapi akhirnya ia kembali berkata “yaudah sini, kita tidur dulu yuk.” Bocah perempuan itu mengajak bocah laki-laki yang memang setahun lebih muda darinya untuk masuk kedalam kontrakkan tiga petak itu. “Ma, nanti kalo bapak udah pulang, bangunin Nung sama Aming ya.” Pesan bocah perempuan itu sebelum terlelap. Terlelap dalam keadaan lapar sambil memeluk mangkok kosong. Ah, miris sekali.

TERANGKAN PLN SECERAH CAHAYA LAMPU


Terang. Satu kata itu memilki berbagai makna. Terang tentang cahaya. Atau terang tentang sebuah penjelasan. Apapun itu, terang selalu identik dengan hal yang di hasilkan.

‘Habis gelap, terbitlah terang’ begitu kata pahlawan wanita yang berasal dari Jepara, R.A. Kartini. Tidak, saya tidak ingin membahas tentang satu kalimat empat kata tersebut. Hanya saja, ada kata terang disana. Kata yang dominan dengan sebuah kejelasan.

Abaikanlah. Saya harap, kalimat tersebut dapat menjadi kalimat pembuka yang berkesan.

PLN. Sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memliki peranan penting. Bagaimana tidak ? Semua orang membutuhkan tenaga listirk. Tidak salah bukan, kalau saya berkata ‘Listrik is the big part of world’, listrik bagian besar dari dunia.
*)  
Kini, PLN memiliki tagline baru ‘PLN bersih’. Saya tidak tahu, ada maksud apa dibalik kata tersebut. Namun, jika boleh saya berpendapat, dan tidak ingin menjurus ke masalah politik, tapi tak bisa dipungkiri juga kalau PLN adalah salah satu bagian yang tidak terjerat masalah terbesar dalam Negara ini, Indonesia. Ya. Masalah tersebut adalah soal korupsi. Tidak, lagi-lagi tidak, saya tidak senang berbicara soal politik. At least, PLN masih bersih dan semoga selalu bersih. Seperti cahaya yang dihasilkan dari sebuah lampu. Apapun jenis lampu dan warnanya, toh tujuannya tetap satu. Menerangkan. Membuat sekeliling menjadi jelas, bebas dari kegelapan.

Jumat, 27 September 2013

EDUKASI yang tak terdapat dari sekolah ataupun skripsi !


Selasa, 24 September 2013.

“Gue bahagia hidup di dunia ini.”

Kalimat pembuka yang sangat manis. Ya, begitulah cara gue berterima kasih kepada Tuhan, menikmati kesempatan yang diberikan-Nya, hidup di dunia ini.

Malam ini, enggak tau kenapa, gue ngerasain aliran rasa bangga sama diri gue sendiri. Enggak berlebihan, mungkin hal itu terjadi karena gue bisa tersenyum ditengah amarah yang sedang menggebu saat ini. Ya, suatu rasa yang benar jika dikatakan ‘perasaan paling enggak enak sedunia’, SESAL.

Winna Efendi menuliskan perasaan menyakitkan itu dalam bukunya yang berjudul Melbourne, baru tadi sore gue baca di perjalanan sepulang kerja.

Buat gue, perasaan enggak enak sedunia adalah sesal. Apapun yang lo lakukan, lo enggak akan bisa menekan tombol rewind untuk kembali ke momen saat segalanya berubah. Lo enggak akan bisa naik mesin waktu atau memutarbalikkan jarum jam untuk kembali ke masa itu, untuk memperbaiki kesalahan yang lo perbuat, atau mengembalikan keadaan seperti sebelumnya.

Dengan menerima kenyataan, kita akan lebih mudah bergerak maju, mengecilkan ruang untuk rasa sesal.

LIFE NOT LIKE NOODLE, BUT LIFE LIKE a RENDANG


Versi Noodle.


“Aku Sayang sama kamu, mau gak jadi pacar aku.” Markum menatap mata Encun dalam-dalam.
“Tapi bang, kita kan baru kenal seminggu.”
“Lah emang ngapa, orang abang suka sama eneng. Eneng juga suka kan sama abang ?”
Encum senyum-senyum malu, ya, dua manusia ini sedang kasmaran.
Sip. Mereka pun resmi jadian setelah seminggu perkenalan mereka.

Tiga bulan kemudian.

Jadi, abang mau kita putus ?
Sebuah pesan singkat masuk ke inbox Markum. Dengan penuh semangat, laki-laki bertubuh tambun itu mengetik kata-kata yang pas sebagai balasan.
Ini yg trbaik buat qt, neng. Neng trlalu baik buat abng. Abng gak pantes buat neng. Semoga neng dpt laki2 yg lbh baik dr abng. Amin. Maafin abng ya, neng.

Minggu, 22 September 2013

Dear me, Aya Nurhayani (Blogger Gathering #Terios7Wonders)


Imposibble. Mungkin para juri khilaf. Mimpi.

Perkiraan-perkiraan tersebut yang melintas dibenak saya, ketika Rabu, 18 September 2013 at 3.25 pm kemarin, mba Putri dari Vivalog menelpon saya. Saya yang saat itu baru bangun tidur karena habis kerja malam, shock berat ketika di kabari kalau artikel yang saya ikut sertakan di kompetisi #Terios7Wonders terpilih menjadi 25 finalis.

Deg.

“Mba serius ?” Tanya saya menegaskan.
“Iya. Saya mau minta biodatanya, kemarin udah di email ke imelnaya@yahoo.com.”
“Ooh, iya, iya, saya belum buka email.”
“Oh gituh, iya di tunggu ya mba datanya, soalnya jam empat mau saya kirim ke pihak Daihatsu.”

Klik. Setelah mengucapkan terima kasih, saya akhiri pembicaraan tersebut. Jam 4 ? Ini udah setengah 4 .. waduuuh .. saya bergegas menghidupkan pc, menancapkan modem dan duduk tegap di depan monitor. Tapi, ah .. pulsa modem habis. Saya pun menghubungi beberapa teman yang menjual pulsa, tapi lagi-lagi tidak ada respon dari mereka. Entahlah. Akhirnya, saya memutuskan untuk berjalan kaki ke warnet, ya .. saya tidak bisa mengendarai motor, oleh karena itu saya jalan kaki.

Sekitar pukul empat kurang lima belas menit saya sampai di warnet, duduk depan pc dan mulai membuka email. Ya. Benar sekali, ada email yang dikirim dari  putri.megasari@viva.co.id . Dengan cepat saya unduh attach-nya dan saya isi form yang ada di file tersebut. Selesai. Saya kirim form yang telah terisi sebagai balasan.

Sabtu, 14 September 2013

KESIANGAN PAGI ITU ..


Konsekuensi, hal itu yang terlintas dalam benak gue ketika gue bangun kesiangan di pagi lalu. Selasa, 10 September 2013. Gue bangun lebih lama tiga puluh menit dari jam biasanya. Kenapa ? Karena gue baru tidur jam 03.30 am, dan bangun 05.32 am. Kisaran waktu yang lumayan buat istirahat, mungkin.

Ya. Hidup gue sudah terjadwal. Gue harus bangun jam segini, berangkat kerja jam segini, istirahat jam segini, makan jam segini dan pulang jam segini. Semua sudah tertata dengan rapih. Gue adalah pekerja yang terikat dengan semua ketentuan yang ada. Dan gue sadar akan hal itu.

Tapi, ada protes khusus dalam hati ini. Impian. Ini tentang impian.

05.30 am, adalah waktu gue untuk berangkat kerja, dan 04.30 pm pekerjaan gue di hari itu selesai. Begitu setiap harinya. Gue bukan tipe orang yang puas hanya dengan bekerja, makan, tidur dan kembali lagi bekerja. Entahlah. Rasanya hambar.

Kamis, 12 September 2013

CIKARANG-CAWANG-BEKASI-JOGJA


Ini bukan cerita destination gue yang keren. Ya. Bukan sebuah perjalanan yang patut untuk dibanggakan. Absurd. Ini adalah kisah kesasaran gue untuk kesekian kalinya.

Akhir Juni lalu, tepatnya hari rabu 26 Juni 2013. Gue berniat untuk eksis di salah satu café di daerah Cikarang. deBangoorcoffe nama tempatnya. Letaknya ada di gemah lapik (Cikarang ), keluar pintu tol cikarang, sederet dengan Boutique hotel.

Setiap rabu malem, atau malem kamis jam setengah delapan sampai menjelang tengah malem, café ini ngadain acara openmic. Iya, stand up comedy gitu. Betul. Gue pengin coba tampil, ya, gue gemes aja kalo ngeliat orang-orang openmic gitu, bawaannya pengin coba tampil. Dan dengan kepercayaan diri yang udah di atur bener-bener, gue pun niat eksis di sana malem itu, bareng anak-anak @standupcikarang.

Senin, 09 September 2013

Pulang kota


cerpen ..

“Nyak, lebaran taun ini Udin ikut mpo Romlah ya. Mudik ke kampung suaminya.” Udin yang baru saja pulang kerja, duduk di kursi yang ada di dapur. Mengganggu enyaknya yang lagi sibuk menyiapkan hidangan untuk berbuka. Ya. Lebaran seminggu lagi, suasananya sudah mulai tercium. Udin yang lahir, tumbuh dan hidup di Bekasi belum pernah merasakan yang namanya mudik. Kebiasaan yang selalu menjadi trending topik ketika lebaran.
“Lu mau ninggalin enyak sama babeh ? Mpo lu mah udah nikah, wajar ikut suaminya. Nah lu ? Pengen kemana selaen di sini ? Pan, lu lahir ame gede disini. Pengasinan !” Enyak Rodiah mengangkat sayur lodeh yang masih mengebul, menuangnya di mangkok besar yang terletak di atas meja makan, di dapur.
“Delapan belas taun Udin idup disini. Udin udah gede, Udin udah kerja sembari kuliah. Udin pengen ngerasain pulang kampung, kayak orang-orang.” Udin adalah anak bontot dari lima bersaudara, empat kakaknya perempuan dan masing-masing sudah menikah, sudah meninggalkan rumah berhalaman besar itu. hanya tersisa Udin, Enyak dan Babehnya.
Allah hu akbar … Allah hu akbar …
Adzan maghrib berkumandang, menutup pembicaraan sore itu.
“Udeh, batalin dulu puasanye. Abis ntu mandi, solat teraweh. Pan ni malem, bebeh lu jadi imam. Sono mandi, enyak mau nyiapin bukaan.”
Udin kesal. Laki-laki bertubuh tambun itu bangkit dari duduknya, masuk ke kamar mandi.

Di sentil UPIL ..



Seorang wanita setengah baya hidup di kota Bandung dalem. Ia tinggal dengan tiga anaknya yang tiga-tiganya autis (kelainan pada saraf otak). Ibu tiga anak itu adalah tulang punggung keluarga kecil tersebut, ya, sudah lama suaminya lepas tanggung jawab dan meninggalkan dirinya serta tiga anaknya begitu saja.

Sebut saja Suyem, nama wanita setengah itu. Suyem bekerja di sebuah hutan Aren yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya, dan ia membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam untuk sampai ke tempat yang menjadi sumber keuangannya. Tapi satu hal, enggak pernah sama sekali ia mengeluh dengan semua kondisi yang ada. Ia sadar, bahwa Tuhan enggak akan pernah membebani hamba-Nya di luar kebatasan dirinya. Dan saat ini, yang hanya ingin ia lakukan adalah “Bagaimana untuk bisa terus bertahan dan menjaga tiga buah hatinya ?” Ya. Hanya itu yang ada di dalam benaknya.

Kamis, 05 September 2013

GAGAL TRAVELER


GAGAL TRAVELER

Pecah.

Satu kata itu mewakili semua yang gue rasain. Pecah harapan gue, berlibur sambil menghibur diri. Pecah harapan gue, ngelepas penat yang ada di benak gue. pecah harapan gue, jalan-jalan kecil di sisi pantai. Pecah. Pecah. Pecah.

Hari ini, sabtu 31 Agustus 2013. Gue gagal traveler, lagi.
Ya. Sebenernya emang udah gagal dari sebelum-sebelumnya, niat gue, hari ini gue berangkat ke sawarna dan menikmati maha karya Tuhan yang ada di sana.
Tapi. Seminggu sebelum rencana perjalanan yang gue yakin bakalan indah akhirnya, semua udah jelas bakalan gagal.

Pertama, ke Sawarna itu akses jalannya susah. Dan gue pengin punya cerita lain dengan cara sampe sono ngecer. Kebelaguan ! Dan, betul, saran yang gue terima dari orang-orang yang beruntung pernah kesana, mereka bilang “Jangan naik angkot, kedalemnya jauh !” gue pun ciut.
Ke sawarna ngecer biar kece.

Rabu, 21 Agustus 2013

SAWARNA. Desa sederhana dengan maha karya yang tidak sederhana.

SA. WAR. NA.

Saya sengaja mengejanya dengan mata terpejam. Em, pasti sangat menyenangkan bila saya berada di sana. Ya. Saya belum pernah mengunjungi tempat yang sering disebut ‘surga tersembunyi’ itu. Menyedihkan. Tapi tak mengapa, kelak saya akan kesana. Saya janji.

Sawarna, saya baru mengetahui kalau ada sebuah maha karya Tuhan di daerah Banten, Indonesia ketika saya menonton satu acara di tivi. Acara yang membahas macam-macam hal menakjubkan. Dan hal pertama yang saya lakukan setiap kali melihat apa-apa yang menarik adalah berbagi kabar tersebut ke teman dekat saya, Putri. Benar, saya langsung mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya melalui sms. Ah, ternyata saya kurang update, Putri sudah lebih dulu tahu dan dia juga pengin banget ke sana. Tapi mungkin, kesempatan tersebut belum Putri maupun saya dapatkan. Kami berdua bermasalah dengan waktu dan keuangan. Ketika waktu liburan ada, kantong kami kering kerontang. Dan sebaliknya, saat dompet kami tebal, jadwal kerja saya penuh, begitu pula kuliah Putri yang enggak bisa di ganggu.

Sawarna .. melalui bola dunia-lah saya baru bisa mengenalnya. Dan mulai bercerita dengan imaji yang saya punya. Sebenarnya, ketika saya mendapatkan cc-an tentang #Terios7Wonders dari kakak cantik yang saya jumpai ketika mengikuti trip 1 day 5 island, @kikakikyw, saya agak heran, kenapa ini orang yakin pada kemampuan saya. Lalu saya mulai membaca apa-apa yang ada di dalam link yang di cantumkan di mention cc twitter saya. Ah, saya tidak mungkin bisa ikut kompetisi bergengsi ini. Bagaimana mungkin saya mampu bercerita tentang salah satu dari tujuh tempat yang tujuh-tujuhnya belum pernah ada yang saya kunjungi. It’s imposibble. Saya pun menutup kembali link tersebut.

Namun. Otak kecil saya seakan menolak keputusan tersebut, keputusan menyerah sebelum maju. Saya, yang ketika itu sedang berada di perjalanan menuju Bandung, 17 Agustus kemarin terus menerima pemikiran ‘coba enggak yah ?’

Selasa, 06 Agustus 2013

Merekam masalalu dengan lagu (setiap orang memiliki soundtracknya masing-masing)

31 Juli 2013,

Entah kenapa gue kepengin nge-list orang-orang beserta soundtracknya masing-masing. Ya, tentu, orang-orang yang ada di dalam kehidupan gue. Gue pun yakin, kalau kalian semua pun pasti punya orang-orang tertentu dengan soundtracknya masing-masing. Ya. Karena setiap orang memiliki soundtracknya masing-masing.

Mari kita mulai !

Gue akan langsung teringat dengan genk AB-SIX, genk gue waktu SD kalau gue ngedengar lagu Kribo-Annisa bahar feat Dewinta bahar. Dulu, zaman gue SD, sekitar tahun 2000-an, lagu itu boom, dan gue se-genk sering nyanyi lagu itu sambil gendangan meja kelas. Unforgetable-lah pokoknya.
Gugun. Salah satu mantan gue yang ngakunya vocalis band. Gue akan teringat sama dia, saat ada playlist yang muter lagu-lagu ini :

Minggu, 28 Juli 2013

Arti seorang teman (Mungkin, kalian rugi punya temen kayak gue)


12 juli 2013

Random, itu perasaan yang gue rasain pas lagi nulis tulisan ini. Gue enggak tau harus mulai darimana. Gue, gue .. Cuma ngerasa jadi manusia terjahat yang ada di dunia. Gue enggak berlebihan, gue emang jahat.
Gue itu tipe orang yang cuek. Enggak pernah mau yang namanya peduli, sama apapun yang gue anggap enggak penting. Walau mungkin, hal yang gue anggap enggak penting itu sangat penting buat orang lain. Gue juga bingung kenapa gue kayak gini. Tapi balik lagi, enggak ada yang pernah paham sama diri seseorang selain dirinya sendiri, bukan ? Ya. Jadi, mau enggak mau dan emang harus, gue pun mencoba memahami diri gue sendiri.

Gue beruntung terlahir menjadi seorang Nurhayani, gue beruntung tumbuh dan besar di kampung Pengasinan, gue beruntung sempat ngaji di masjid Abdul latief Asoigh dan mushola Baiturrahman, gue beruntung bisa sekolah di SDN Pengasinan III, gue beruntung bisa lanjut ke SMPN 2 Bekasi, gue beruntung bisa sampai di SMK Karya Bhakti-3, gue beruntung bisa kerja di PT Sanyo Jaya Components Indonesia, dan gue tetap beruntung masih bekerja di PT Sanyo Electronics Indonesia sampai saat ini. Ya. Semua adalah keberuntungan.

Don’t see people just by cover !


20 Juli 2013,

Yes. Tag line yang cukup familiar. Jangan melihat seseorang dari luarnya saja.
Gue punya beberapa pengalaman dari ‘pepatah, penyataan, atau ungkapan, whatever-lah masuk kemana kalimat tersebut’.

Dulu, waktu gue masih kerja di Sanyo Jaya Components Indonesia, yang sering disebut dengan Sanyo Gobel, gue ada dibagian spare, nama lain dari asisten leader. Pembantu-lah pengertian sebenarnya. Gimana enggak, gue adalah orang yang harus manut ketika disuruh ini-itu oleh mbak-mbak operator yang duduk manis di hadapan mesinnya masing-masing.

“Gantiin gue dong ! Gue mau kencing nih.” Gue manut, langsung duduk diposisi orang yang berkata seperti itu.

“Marker aku udah enggak nyata nih, abis kayaknya.” Gue akan dengan cepat mengganti marker lama itu dengan yang baru, enggak langsung gue tuker gitu ajah. Gue harus ke ruangan material, mengisi form permintaan barang lalu mengambil barang yang diinginkan, baru gue kasih ke si pemintanya.

Sabtu, 13 Juli 2013

saya kecil. di bulan ramadhan ..

Selasa, 9 Juli 2013

Saya kecil, di bulan Ramadhan …

Baru kali ini saya ingin cepat-cepat selesai lalu pulang saat mengerjakan sholat teraweh. Bukan. Bukan karena saya jenuh berlama-lama di dalam masjid. Bukan. Bukan pula karena saya ada urusan lain. Hanya satu alasan saya, saya enggak mau melihat mama saya kedinginan. Iya. Malam pertama teraweh di Bekasi, hujan. Saya, mama, dan adek sepupu saya kebagian tempat di halaman masjid. Awalnya emang enggak terlalu menganggu, tapi lama-kelamaan, mukena sampai baju yang mama saya pakai basah kuyup. Saya sudah menawarkan kepadanya untuk bertukar tempat. Iya, shaf saya enggak kena hujan. Tapi apah ? mama malah bilang “Udah terlanjur ! Kamu masih kering, udah biarin ajah.” Saya diam, sedikit berpikir untuk mengeluarkan gagasan lain, akhirnya, saya pun berkata “Yaudah, mending mama pulang ajah !” hanya itu kata-kata yang melesat dari mulut saya. Tapi, lagi-lagi mama mengacuhkan saran saya. Sepanjang sholat saya enggak khusyu, bukan dengan keadaan yang sana sini basah. Tapi, saya memikirkan kondisi mama saya yang sholat dalam keadaan basah kuyup. Berkali-kali saya meminta bertukar tempat dengannya, pokoknya, saya bawel. Tapi,  mama cuma bilang “Ini barokah dari Allah.” Saya pun diam. Dan kami tetap melanjutkan sholat sampai benar-benar selesai yang di tutup dengan niat berpuasa untuk esok hari. Alhamdulillah, teraweh pertama selesai kami kerjakan. Dan saya, selalu yakin, kalau orang tua mana pun selalu ingin menjadi pelindung bagi anaknya.

Ah puasa, ramadhan. Bulan yang selalu saya rindukan. Malam ini, saya teraweh di masjid Abdul latief Asoigh. Masjid pertama yang memperkenalkan saya kepada Allah. Saya ingat betul, betapa kerasnya usaha mama menyuruh saya mengaji. Berbagai alasan saya lontarkan, mulai dari pura-pura tidur, sampai pura-pura sakit, bahkan pernah mengurung diri di kamar mandi. Semua cara saya lakukan agar saya enggak jadi mengaji. Tapi mama pun mempunyai banyak cara untuk membunuh semua alasan saya.

Rabu, 19 Juni 2013

Pelopor, maaf, kalau saya harus berkata 'saya masih terjajah'


Bekasi,           Juni 2013

Yth.
Sang pelopor,
Bung Karno


Salam kenal dari saya, seorang buruh pabrik yang bermimpi menjadi seorang penulis.

            Hai Bung ! Ah, kedengarannya tidak sopan. Apa saya harus menyapa dengan panggilan ‘Anda’ ? Ah tidak juga, itu terlalu formal. Bagaimana kalau ‘Eyang’ ? Ya, ya, kita memang jauh generasi. Tapi kedengarannya pun terlalu akrab. Izinkan saya menyapa dengan panggilan ‘Pelopor’. Hai Pelopor ! Nah, ini baru cocok.
            Pelopor. Kau tahu, saya sama sekali tidak pernah benar-benar mengenalmu. Tapi saya tahu kalau pelopor lahir pada tanggal 6 Juni 1901. Iya, saya mencari tahu di ‘mbah’ google. Kenapa ? pelopor pasti tidak kenal dengan ‘mbah’ tersebut. Lupakanlah !  Pelopor, kita memang berbeda generasi yang cukup jauh. Pelopor ada di generasi 1901 dan saya ada di generasi 1990. Ah, jauh sekali. Dan ketika pelopor pergi pada tahun 1970, entah ada di mana saya saat itu. Tidak perlu di pikirkan, karena jawabannya pun tidak akan ada.
            Pelopor. Boleh saya jujur padamu ? Kau benar, jika kau melarang pun, saya akan tetap mengatakannya. Kau patut bangga karena memiliki rakyat seperti saya. Tidak berlebihan, karena saya pun bangga memiliki pelopor seperti dirimu.
            Pelopor. Ada satu hari dimana saya menonton sebuah film karya anak bangsa, dan di dalamnya saya menemukan sebuah petuah darimu. Saya masih jelas mengingatnya, ‘seribu orang tua hanya mampu bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia’. Seketika, semangat saya mendidih, entah dari mana datangnya, darah saya mengalir begitu cepat dan hati saya terasa sangat yakin. Saya pemuda. Berarti saya bisa mengubah dunia.

Sabtu, 13 April 2013


BAHAGIA itu SEDERHANA :)



Kadang gue berpikir kalau kebahagiaan itu cuma bisa di rasain sama mereka yang punya uang banyak, mereka yang punya wajah cakep atau mereka yang punya jabatan dan pekerjaan yang ‘WOW’. Tapi guys, setelah gue renungkan beberapa saat. Apa yang ada di pikiran gue ketika itu adalah salah. Ya. Bahagia itu sederhana. Murah dan mudah di dapatkan. Gue pernah baca satu buku, yang sampai saat ini masih terekam dalam ingatan gue. “Pejamkanlah matamu ! Lalu sebutkanlah 10 nama orang yang paling kamu sayangi”. Kenapa ? Kamu ingin menyebutkan lebih dari 10 ? Boleh, sangat boleh. Setelah itu, bukalah mata mu perlahan, lalu bergembiralah kamu yang masih memiliki mereka. Ngena banget di hati gue kata-kata tersebut. Selama ini gue ngerasa, gue enggak pernah bahagia. Untuk beli ini dan beli itu, gue harus kerja keras dulu, buat ngumpulin duit. Untuk mencari kerja pun enggak gampang, gue harus ini, harus itu. Lalu, ketika gue ngeliat cewek-cewek cantik, gue ngerasa kurang. Gue ngerasa, mereka pasti jauh lebih bahagia dari gue. Di kelilingi banyak cowok-cowok, atau mungkin di perebutkan banyak orang. Kemudian, saat gue melintasi jalan raya, gue ngeliat banyak cewek seumuran gue udah jadi dokter, staff accounting, atau mungkin artis yang lagi naik daun. Gue ? Ya. Gue iri. Gue enggak punya banyak harta, gue enggak secantik wanita-wanita anggun itu. Dan gue hanya seorang buruh pabrik. Bukan dokter, staff yang kerja kantoran apalagi artis papan atas.

Tapi, dari itu semua gue belajar. Betapa, bahagia itu sederhana.

Minggu, 07 April 2013

Buruh ? Bos ?



SERIUS !
NGULI LEBIH ENAK DARIPADA NGANTOR !


Ini benar – benar pengalaman berharga yang pernah gue alami.
Sejak lulus SMK, gue langsung meneruskan ke jenjang perkulian. Iya, gue nguli di pabrik. Waktu itu gue langsung masuk ke PT. Sanyo Jaya Components Indonesia atau sering di kenal dengan sebutan Sanyo gobel. Gue kerja di PT itu kurang lebih dua tahun. Dan rasanya … .. ugh, susah di jelaskan kepada orang yang belum pernah merasakan kerja di pabrik. Terlebih kalau lagi kena sift malem. Awal gue kena sift, gue sering sakit – sakitan. Bekal gue tiap kerja itu adalah tolak angin, minyak kayu putih dan duit logaman buat kerokkan. Gue juga sering mabok dan muntah – muntah pas makan malam. Mungkin kaget kali ya, yang namanya malem biasanya buat tidur, ini gue pake buat kerja sampe pagi. Makan malem jam 12 tepat. Tapi, karena mulai terbiasa dan sudah menjadi tuntutan, gue pun bisa melaluinya.

Senin, 01 April 2013

Gua Kecil Dulu :D


Gua kecil dulu … ?

Ehem. Bener ya kata orang kalau kegiatan paling mengasyikan adalah mengenang masa lalu. Mau masa lalu itu menyenangkan atau pun menyedihkan, mengenang masa lalu itu adalah hal yang menyenangkan. Tapi, inget ! Hanya untuk di kenang, bukan untuk di sesali apalagi meratapinya.
Terkadang apa yang kita ingat itu bisa ngebuat kita senyum – senyum sendiri, ketawa terbahak – bahak atau bahkan nangis tersedu – sedu. Well, masa lalu adalah hal nyata yang pernah kita lewati. Tapi, harus selalu di ingat, kalau ia enggak akan pernah kembali. So, simpan masa lalu itu.
Ngomongin masa lalu, hari minggu kemarin, salah satu temen gue. Si begenk, atau Mutia nama aslinya bikin status BBM, kepengen beli buku generasi 90an. Generasi 90an ? Gue enggak ngerti. Buru – buru gue searching di google terus nemu akun twitternya. Dan gue pun, kembali ke masa itu. Gue kayak kesirep, seolah – olah lagi nonton film bioskop berulang – berulang, tentang masa – masa kecil gue dulu.
Indah.
Iya, satu kata itu yang menggambarkan tentang masa kecil gue. Gue lahir di tahun 90an. Tepatnya, 20 November 1990. Gue masuk SD tahun 1997. Iya, gue tau, gue ketuaan. Dulu, gue paling ogah kalau di suruh masuk sekolah. Maa sampai kewalahan katanya, cuma buat nyuruh gue sekolah sama ngaji. Alhasil, setelah di bujuk – bujuk dan di kasih janji – janji palsu. Gue pun mau masuk sekolah, tapi enggak pake ngaji. Cukup sekolah aja.
Gue sekolah di SDN Pengasinan 3, dulunya, SDN Pengasinan 2. Tapi udah berubah nama jadi pengasinan 3.
SD ituuuh … *gue lagi ketawa*