Rabu, 27 November 2013

NGERASA ENGGAK PANTES


Hepi besdey to me .. Hepi besdey to me .. Hepi besdey Hepi besdey .. Hepi besdey to me ..

Happy birthday Aya Nurhayani.
Seminggu sebelum tanggal 20 November 2013 lalu, gue kerja masuk pagi. Berangkat jam setengah enam pagi dan pulang setengah lima sore. Entah ada apa dengan diri gue, ada apa dengan perasaan gue, dan ada apa dengan hati gue. Seminggu itu gue ngerasa bahagia banget. Apa ya .. sulit di jelasin rasanya. Bahkan hari senin yang sering menjadi hari ke-BT-an sedunia pun terasa begitu menyenangkan. Bukan. Bukan karena gue lagi jatuh cinta, jadi semua terasa indah. Tapi kurang lebih, mungkin rasanya nyaris sama, bahkan lebih.
Gue berangkat pagi itu, di hari selasa 19 November 2013. Gue masuk ke dalam bus hiba utama berukuran besar, duduk di deretan bangku nomor dua dari depan. Isi penumpang dalam bus itu baru tiga orang. Gue, satu teman yang udah naik duluan, dan yang satu nunggu bareng gue. Gimana awalnya gue lupa, tapi yang pasti, pagi itu bibir gue enggak henti-hentinya tersenyum. Gue ngerasain udara yang sejuk, aliran darah dan detak jantung yang teratur. Dan saat itu juga hati gue berbisik, pun sempat gue ucapkan ‘Terima kasih ya Allah’. Sederhana. Itu hanyalah hal sederhana yang menghadirkan kebahagiaan luar biasa. Buat gue.
Dan sepanjang jalan itu (Bekasi-Cikarang) gue berpikir, apa pantas kalau gue masih ‘Ngarep’ ?. Anything. Ya. Mutlak ko buat manusia untuk berharap apa-apa yang dikehendakinya pada Sang Maha Pemberi. Karena dalam agama gue (Islam) tertulis jelas di dalam kitab yang gue imani, begini artinya “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ..” (Q.S Al Mu'min : 60).

Terus, yang kadang sering gue pertanyakan pada diri gue ‘Kenapa lo masih gengsi untuk minta apa-apanya sama Allah. Tuhan-lo ?’. Padahal, Tuhan enggak pernah meminta ini itu dari kita sebagai syarat, Tuhan menyuruh kita untuk meminta kepada-Nya. Kapan pun dalam kondisi apapun.
Cuma. Kalau mau menelusuri, gue ngerasa enggak pantes kalau harus meminta. Karena apa ? Karena tanpa gue meminta, Tuhan udah memberikannya. Dan gue yakin, ketika gue meminta. Maka Tuhan akan memberikannya lebih dari apa yang gue pinta. Cuma, lagi-lagi cuma, gue sebagai manusia biasa masih suka ngerasa kurang. Lalu pertanyaan besarnya, apa masih pantas gue berharap balasan dari apa-apa yang udah seharusnya gue kerjakan sebagai Hamba, ketika semua yang gue butuhkan udah di penuhi-Nya sebelum gue memintanya ? Rasanya enggak. Nah, ini hal berat yang terkadang sering gue pikirkan, namun selalu berujung dengan jawaban dan pemikiran yang buntu. 

Berkali-kali gue bertanya ..
Bagaimana caranya, agar apa-apa yang gue kerjakan, semata-mata hanya ingin mendapatkan ridho Allah ? Gimana caranya, ketika gue menuliskan sesuatu entah itu tweet, status pesbuk, atau semacam artikel di blog yang akan dibaca banyak orang, gimana caranya agar gue enggak mengharapkan pujian dari manusia ? Gimana caranya, ketika gue menuliskan sesuatu yang akan di baca banyak orang (twit, status pesbuk, artikel) enggak membuat gue menjadi figur yang bangga akan diri sendiri ?
Jujur. Ketika gue menuliskan apa-apa, gue berharap ada komentar-komentar yang masuk. Pasti, yang baik-baik yang gue harapkan. Lalu, ketika pujian itu banjir, ada rasa bangga dalam diri gue. Kadang gue senang ketika ada dalam kondisi seperti itu, tapi di satu sisi, gue malu. Gue ngerasa, apa-apa yang gue kerjakan (tulis) semata-mata hanya ingin di pandang oleh manusia. Ah .. pikiran gue selalu kacau, kalau gue membahas soal ini. Karena ilmu gue masih sangat amat tipis, gue belum benar-benar paham bagaimana caranya, agar apa-apa yang gue lakukan hanya semata-mata karena Allah, saja. Gue belum paham.

Beberapa kali gue pernah nulis status di pesbuk tentang agama, tentang Tuhan, ataupun tentang wanita solehah. Dan dalam hitungan menit, notification gue penuh. Banyak yang nge-like dan juga banyak yang comment. Dan gue, senang. Bahkan, berharap, tiap menit gue buka akun gue, iya, gue berharap akan ada yang menyukai ataupun mengomentari apa yang baru gue tulis. Namun, dalam hati kecil gue, gue malu. Gue benci situasi kayak gitu. Ya. At least, ketika gue menuliskan sesuatu, enggak munafik kalau gue mengharapkan akan ada yang membacanya dan membahasnya. Dan semoga, apa-apa yang gue tulis tersebut menjadi satu hal yang bermanfaat buat yang membacanya. Dan tak menghadirkan sedikit pun rasa bangga dalam diri gue. Atau kalau bisa, semoga, rasa bangga itu berubah menjadi syukur. Bahwa apa-apa yang gue tulis, tak terlepas sedikit pun dari campur tangan-Nya. Amin.
Hah. Satu hal yang pasti, apapun itu, Tuhan tau niat gue.

Oke. Lupakan !

Coba lihat ini !

Bukan. Bukan lihat objeknya. Bukan. Bukan lihat gue-nya sebagai model. Tapi lihat sekelilingnya. Apa yang ada dalam pikiran lo ? Jujur. Gue senang kalau ngelihat foto ini, bukan ini aja sih, banyak gambar lainnya. Ini hanya satu yang sederhana.
Kalian lihat tumbuh-tumbuhan liar yang ada disana, iya, yang berwarna hijau. Kalian lihat, tumbuhan itu tumbuh dimana pun, sama sekali enggak beraturan. Terus lihat, bentuk-bentuk batu yang entah apa bentuknya, bebatuan yang di selimuti serabut, serabut atau apalah namanya, pokoknya yang warnanya cokelat, yang mengelilingi batu-batu tersebut. Kemudian liat lapisan tanah yang sama sekali enggak di rancang khusus. Dan terakhir, lihat tampilan yang berwarna biru. Iya. Langit. Sekarang pertanyaannya, apa perlu campur tangan manusia untuk membuat keadaan seperti itu ? Semua ada dengan sendiri-Nya. Tentu, Tuhan-lah yang menciptakan-Nya. Sang Maha karya. Ini hanya selingan, mengingatkan, kalau Tuhan tidak hanya mengurus satu makhluk saja.

Kembali ke judul ‘ngerasa enggak pantes’ kali ini, tentang ulang tahun gue. Cieee .. Aya udah jadi wanita dewasa. Dua puluh tiga tahun, guys .. hehhee.

Ah, abaikan. Toh, usia hanya angka.

November. Setiap memasuki bulan tersebut, gue selalu merasa bahagia. Ya, Alhamdulillah-nya gue selalu ngerasa bahagia setiap saat. Tepatnya, ketika gue mulai belajar untuk mensyukuri apa-apa yang gue punya. Kenapa gue suka November ? Karena ada tanggal 20 disana ? Ada apa dengan tanggal 20 ? Karena banyak doa disana. Doa-doa yang dikhususkan buat gue. Ya. Gue selalu menyukai hari itu. Hari kelahiran gue.

Ucapan demi ucapan masuk ke inbox handpone gue, ke jejaring sosial gue ataupun uluran tangan secara langsung.

Awesome. Gue speechless.

Aroma hari tersebut sudah terasa sejak memasuki bulan November. Entah celutukkan-celutukkan teman-teman gue ataupun dari keluarga. Dan, ya, semua pun terjadi di tanggal tersebut. 20 November. Bahkan berlangsung sampai lima hari setelahnya, masih ada beberapa ucapan yang gue terima, beberapa doa yang gue aminkan dan beberapa orang yang harus gue traktir .. #eeh.

Sembilan belas November tahun ini (2013), beberapa teman SD gue menghubungi gue. Ah, gue adalah orang yang memiliki feeling setajam pedang. Serius. Banyak hal yang sebelumnya gue perkirakan, dan semua kejadian. Dan, malam itu, Panjul sama Kolay telpon gue. Tapi berhubung gue adalah orang yang ‘cenderung cuek’, gue pun mengabaikannya. Gue malah matiin hape gue, dan tidur pulas. Kejam ye .. Well, hari esoknya, tanggal 20 November 2013, pagi-pagi, Panjul salah satu teman gue dari SD, telpon gue lagi. Dan kali ini, gue pun luluh. Gue sms dia, tapi dia bilang enggak ada apa-apa. Oke. Gue pun mengabaikannya kembali.
Di hari ulang tahun gue tersebut, malam harinya, lagi-lagi teman SD gue menghubungi gue. Kali ini lebih banyak, Panjul, Kolay, Harun sama Lendra. Dan semua gue abaikan.
Asli, jahat banget gue.
Tapi tolong pahami ini. Gue cuma ngerasa enggak pantes kalau harus di ‘istimewa’ kan. Ya. Mungkin itu hanyalah hal sederhana, bukan sesuatu yang istimewa, tapi buat gue yang cenderung enggak peduli, hal tersebut adalah hal yang berlebihan. Gue enggak begitu suka, dan sama sekali enggak mengharapkannya.

Lewat sehari setelah tanggal 20, di hari kamis, 21 November 2013. Gue ikut pengajian yang di adakan di tempat gue kerja.
Satu sms masuk ke inbox gue.
Ndut, kerja ?
Nomor enggak di kenal. Siapa nih ? batin gue. Seingat gue, yang manggil gue ndut, cuma ada dua orang, mamang gue dan mantan gue. Mamang gue enggak mungkin. Jangan-jangan .. ini mantan gue. Kata batin gue lagi. Gue pun membalas sms tersebut. Dan .. .. ternyata Mutia. Aaah .. udah gee raja gue. Mutia, salah satu teman gue sejak SMP dan mulai dekat ketika SMA. Awalnya gue enggak curiga kalau dia nanya-nanya soal lowongan pekerjaan.
Tapi .. Maa, nyokap gue, telpon gue ketika menjelang maghrib.
“Ka, kamu dimana ? pulang ngaji jam berapa ? Tadi, Putri, Mutia sama Desi telpon. Katanya mau pada maen”
Hmmm .. .. gue tersenyum geli mendengar penjelasan nyokap. Namun, enggak mau mengecewakan usaha teman gue, lagi. Ya. Karena sebelumnya, gue udah ngecewain teman-teman SD gue. Oke. Gue pun mengikuti permainan mereka bertiga. Pura-pura enggak tau kalau mereka bertiga mau ke rumah gue.

Gue sampai di rumah jam delapan kurang, berhubung gue tau kalau tiga teman SMA gue udah ada di rumah, gue pun mengirimkan sms ke teman-teman SD gue untuk kumpul malam itu. Kita makan-makan.
Ah, Mutia, Putri, Desi .. terima kasih. Mereka bertiga ngumpet di kamar gue, dan ketika gue pulang masih mengenakan seragam kerja, pura-pura enggak tau, langsung buka pintu kamar. Lagu selamat ulang tahun pun terdengar dari suara-suara mereka, lengkap dengan slide black velvet dan red velvet yang di beri satu lilin di atasnya. Ah, gue enggak bisa lagi berkata apapun. Selain ucapan terima kasih. Gue enggak pernah melakukan hal tersebut buat siapapun. Oleh karena itu, gue ngerasa enggak pantes.
Enggak sampai disitu. Menjelang malam, sekitar jam sembilan, teman-teman SD gue datang. Mereka masuk dengan membawa satu kue berukuran sedang sambil menyanyikan lagu ulang tahun. Ratna, Ipul, Een, Lendra, Aang dan Dewi. Dan tiga orang lainnya menyusul sekitar jam sepuluhan, Harun, Kolay sama Panjul.
Terima kasih, terima kasih, terima kasih semua.

Acara tersebut di tutup dengan makan-makan gratis yang menguras kantong gue. Hahhaaa.
Nothing.
Karena senyum seorang teman tidak pernah bisa di beli dengan uang, tapi hanya dengan waktu luang.
Ulang tahun gue ke 22.

Ini yang ke 23.

Aaaah .. .. enggak ada satu nikmat Tuhan-pun yang pantas untuk gue dustakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar