Lamborghini putih berhenti tepat
di depan sebuah café di pinggiran ibukota. Terlihat sepasang kekasih keluar
dari lamborghini tersebut, keduanya terlihat begitu serasi, melangkah
beriringan memasuki café itu.
“Rose ..” sang
wanita menoleh ketika mendengar suaranya di panggil, wanita itu tersenyum, ia
pun melangkah mendekati suara yang memanggilnya, tangannya masih terselip di
lekukkan siku kekasihnya. Cowok kece, dengan tampang kebule-bulean.
“Liat, liat. Gila ya si Rose, cowoknya ganteng banget.”
“Waaah .. itu cowok keren banget.”
“Mauuuuu ..” bisik-bisik tetangga mulai terdengar di kerumunan
beberapa gadis yang sedang mengadakan party
kecil disana. Sedang, beberapa cowok yang juga ada di sana pun terlihat kagum
ketika melihat pasangan yang sebentar lagi akan bergabung bersama mereka.
“Sori ya gue telat” ucap gadis
yang mengenakan blouse merah marun itu ketika sudah bergabung bersama
teman-temannya.
“Santai.” Jawab salah seorang
dari mereka. Rose pun tersenyum, kemudian tersadar “Oh iya, kenalin, ini
Leonard, cowok gue.” Rose dengan bangga mengenalkan kekasihnya kepada semua
temannya yang ada disana.
Siapa sih yang enggak mau punya
pasangan yang menarik. Yang cewek pasti enggak muna pengin punya cowok kece,
ganteng, tajir, populer, rajin ibadah pula. Begitu juga dengan yang cowok,
pasti pengin dong punya cewek yang manis atau cantik, enggak bawel, enggak
bosan buat dipandang, kaya harta dan kaya iman, nyambung juga kalau di ajak
ngborol. Ya. Pada dasarnya semua orang menginginkan yang terbaik. Tapi balik
lagi, Tuhan memberikan pasangan kepada seseorang sesuai dengan kepribadian
orang tersebut. Itu udah menjadi hal mutlak. Tapi kadang, ada yang tidak
sesuai, cewek baik di pasangkan dengan laki-laki tidak baik. Atau cowok baik di
pasangkan dengan wanita tidak baik. Kalau hal itu yang terjadi, itu berarti
sebuah ujian dari Tuhan. Bukan. Tuhan enggak pernah mengingkari janji-Nya. Hanya
saja, Ia selalu tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Ini lho pacar gue !
Seneng dong kalau kita ngenalin
sosok yang ‘wah’ sama temen-temen tongkrongan kita. Ada kebanggan gitu rasanya.
Misal gini, di kalangan para gadis labil SMA.
“Eh
cowok lo anak mana ?”
“Anak
UGM.”
“Wihhh
.. lo pacaran ama anak kuliahan ?”
“Iya.”
“Wah,
keren banget. Kok bisa sih ?”
Dan begini, di kalangan wanita
dewasa yang sudah bekerja diacara kondangan.
“Kapan
nih nyusul ?”
“Dua
tahun lagi mungkin, nunggu dia kelar S2. Lagian dia kan baru jadi dokter tahun
ini.”
“Mantep
banget tuh calon lu, dokter.”
Atau gini,
“Eh,
cowok lo photographer ya ?”
“Iya.”
“Wah
enak banget, pasti lo sering jadi objek fotonya. Aaah .. andai gue punya cowok
photographer.”
Aduh gue bingung nih ngebahasnya.
Ya, intinya, senang lah ya, ketika lo mengenalkan sosok yang dinamakan ‘pacar’
ke teman-teman lo, dan teman-teman lo kagum dengan sosok yang lo kenalkan ke
mereka. Bener enggak sih ?
Kalau hal yang biasa gue dengar
dari kalangan cowok sih, mayoritas fisik. Asli.
“Woy,
kemaren cewek lo ?”
“Yoi.”
“Beuh.
Mantep banget bodynya.”
Atau gini,
“Itu
cewek yang lo ajak kondangan kemaren, anak mana ?”
“Lulusan
Al-Azhar.”
“Gila
lo, istri idaman banget itu. Cantik. Lulusan mesir pula.”
Iya enggak sih ?
Ya, gue pun begitu. Dulu, zaman
gue doyan pacaran. Gue senang ngebangga-banggain pasangan gue ke temen-temen
gue. Bahkan enggak jarang juga buat lebay, ngelebihin apa yang jauh dari kenyataannya.
Rasanya ada kepuasan tersendiri. Padahal setelah di pikir-pikir, sama sekali
enggak ada baiknya. Atau ketika gue menutupi kekurangan yang cenderung adalah
kesalahan-kesalahannya. Misal, temen gue bilang “Kemaren,
gue tuh ngeliat cowok lo jalan sama cewek lain.” Dan gue akan jawab “Oh, iya, itu tuh sepupunya. Dia bilang kok
sama gue.” Padahal gue enggak sama sekali tahu, padahal hati gue sakit,
padahal banyak tanda tanya dalam pikiran gue. Tapi gue sadar, itulah cinta. Orang
yang jatuh cinta akan sering terlihat konyol. Apa-apa yang enggak mungkin
dilakukannya, akan menjadi sebuah kebiasaan kalau rasa yang dinamakan ‘cinta’
itu sudah menjalar. Well, cinta emang
buta. Dia enggak pernah memilih kepada siapa dan kapan ia jatuh, tapi
setidaknya, kita sebagai penikmat atau subjek, bisa lah ya untuk
mengendalikannya, supaya ia enggak salah arah. Kalau hal itu mampu dilakuin,
gue percaya, cinta akan jauh lebih indah.
Sebagai seorang wanita. Ya,
memasuki usia dua puluh tiga tahun sudah menjadikan gue sosok wanita bukan lagi
cewek labil. Aduh Aya .. usia hanya angka. Lupakan !
Sebagai seorang wanita yang
pernah melalui masa-masa puber dan labil di SMA, lalu memasuki pancaroba (cuaca
keleeess) menjelang kedewasaan ketika kerja, enggak sedikit hal yang gue temuin
tentang beberapa karakter gadis-gadis sampai mba-mba yang sering membanggakan
pasangan mereka. Kenapa ? Mas-mas ? Ya. Ya. Ada kok beberapa.
Kebanyakan cewek tuh seringnya
menutupi kekurangan pasangannya, tapi menurut gue, emm .. kekurangan disini
bukan berarti, kurang ganteng, kurang tajir, kurang populer, atau kurang soleh.
Aduh, gimana ya gue menyampaikannya, maklum, ini gue nulis baru bangun tidur. Jadi
agak-agak belum terkumpul nyawanya, emmm .. begini, cewek itu cenderung menjaga hatinya agar tidak sakit. Begitu
lebih tepatnya. Kayak contoh diatas tadi,
Misal, temen gue bilang “Kemaren, gue tuh ngeliat cowok lo jalan
sama cewek lain.” Dan gue akan jawab “Oh,
iya, itu tuh sepupunya. Dia bilang kok sama gue.” Padahal gue enggak
sama sekali tahu, padahal hati gue sakit, padahal banyak tanda tanya dalam
pikiran gue.
Kebanyakan cewek lebih milih, yaudahlah,
cukup gue aja yang tahu ‘dia’ tuh kayak gimana. Emang, awalnya mudah tapi
lama-lama ngebatin juga, menutupi hal-hal tersebut. Apa sih yang mau lo
pertahanin dari orang yang sering nyakitin lo ? Apa coba yang jadi pertimbangan
lo untuk terus ngejalanin hubungan yang lo anggap penting, tapi sama sekali
enggak pernah dihargain sama pasangan lo ? Nyiksa, kan ?
Pasangan yang baik, ia akan
selalu memperlakukan lo dengan baik pula. Ya, gue percaya sama petuah ‘dia yang bisa membuatmu menangis adalah
orang yang kamu cinta’ Gue membenarkan hal tersebut, dulu. Lambat laun,
petuah itu gue anggap hal yang enggak benar-benar juga. Gue malah berpikir,
orang yang bisa ngebuat gue selalu tersenyum-lah orang yang gue cinta. Rasanya,
itu jauh lebih baik.
Balik lagi. Ini lho pacar gue !
Enggak ada larangan buat lo untuk
membanggakan sosok yang lo cinta ke semua orang. Sama sekali enggak ada
larangan. *gue lagi ketawa nih* terbesit
sebuah masa lalu yang pernah gue alami. Ya. Gue sering ngebangga-banggain pacar
gue di hadapan teman-teman gue. Tujuan gue waktu itu adalah .. .. widiiiiih
Aya, keren banget, bisa bikin orang kayak gitu jatuh cinta sama lo. Ahahahaa. Konyol
ya gue ? Ya, kan gue bilang, orang yang jatuh cinta itu akan sering terlihat
konyol. Tapi, ketika gue tersadar, dan apa yang gue bangga-banggain dari pacar
gue itu adalah hal yang malah memberatkan gue, gue pun menyesal. Ah, ini nih
lemahnya cewek, sering bertindak lebih dulu baru berpikir. Nyesel deh. Ya,
pengalaman adalah guru terbaik. Apa-apa yang pernah terjadi coba diambil
pelajaran buat kedepannya. Enggak usah terus disesali, dipikirin, apalagi diratapin.
Kan emang kodratnya manusia untuk melakukan kesalahan, toh Tuhan kita maha
pengampun. Ya, tapi enggak keseringan juga kali. Masa mau berkali-kali jatuh
dalam kesalahan yang sama. Enggak juga, kan ?
Boleh ya, nyelipin sedikit
tentang jodoh. Ahahhaaa.
Jodoh. Hal yang akhir-akhir ini
mulai terpikirkan oleh gue.
Semalam, gue sempat ngobrol sama
salah satu teman gue, Aang namanya. Doi bilang gini, ‘Ya, jodoh tuh ibarat puzzle, di pecah, lalu ketika lo menemukan
pasangan yang salah, ya pasti enggak cocok sama puzzle kehidupan lo. Berarti lo
belum ketemu sama jodoh lo. Nah, saat nanti, puzzle yang emang tepat udah
ketemu, maka lengkaplah bagian tersebut. Begitu juga dengan hidup, hidup adalah
mozaik-mozaik yang terpisah’
Sadaaap. Si Aang emang pinter,
doi temen+guru gue juga zaman SMA. Kembali ke jodoh. Kalau kata Afgan, jodoh
pasti bertemu. Kalau kata pribahasa, tak kan lari gunung di kejar (kalau udah
jodoh pasti enggak kemana). Ya. Tapi buat gue pribadi, jodoh itu sesuatu yang
rumit. Ketika gue berpacaran dengan seseorang, gue pasti ngerasa ‘dia adalah
jodoh gue’. Eh, putus. Lalu kembali pacaran dengan orang yang berbeda, dan hati
gue kembali berbisik hal yang sama ‘dia adalah jodoh gue’. Eh putus lagi. Ah,
hati nih, salah tanggep mulu. Yaaa .. apa ya, enggak ada habisnya deh ngebahas
soal yang satu ini. Tapi apapun itu, gue percaya sama jodoh. Gue percaya kalau
semua orang sudah tercipta dengan pasangannya masing-masing, ya, kalau enggak
ketemu di dunia, kan masih ada alam lain (baca:akhirat). Kisah cinta itu adalah
kisah yang selalu gue senangi, hal yang menyenangkan untuk dibahas. Tengok aja kisah
cinta manusia pertama di dunia ini, nabi Adam a.s dengan Siti Hawa. Betapa,
jodoh itu pasti bertemu. Keduanya terpisah dalam kurun waktu yang sangat lama, puluhan
tahun. Zaman dulu enggak ada handpone, enggak ada internet pula, yaiyalah, nabi
Adam enggak ngegoogling dimana keberadaan Siti Hawa. Keduanya enggak saling
cari-mencari di pesbuk ataupun twitter. Tapi lihat, gimana mereka bisa kembali bertemu
dan bersatu di Jabal rahmah. Itu kan satu pembuktian, Allah sajalah yang
bekerja. Bagaimana cara-Nya yang begitu indah, kembali mempertemukan sepasang
manusia yang sekian lama berpisah. Ah, kalau mau dipikir logika, enggak bakalan
sampe. Ini ilmu tauhid. Urusan Tuhan.
Adalagi satu kisah yang selalu
gue jadikan pedoman dalam urusan cinta gue tentang jodoh. Ya. Kisah anaknya
Baginda Rasulullah, Fatimah az Zahra dengan Ali bin Abi Thalib. Ah, kisah cinta
yang sungguh indah. Mengharukan dan selalu membuat hati gue bergetar juga
yakin. Keduanya saling cinta, tapi .. .. hebatnya, keduanya sama-sama diam. Memendamnya
rapat-rapat. Beda, enggak kayak gue, ataupun kita-kita zaman sekarang. Jatuh cinta
dikit, update status pesbuk, ngetwit galau, aah .. semua orang tau, kan ? Tapi
mereka, Fatimah dan Ali hanya kepada Allah-lah keduanya bercerita, bahkan
Rasulullah pun tidak mengetahui apa yang dirasakan oleh anaknya. Tapi, kemudian
keduanya bersatu. Fatimah az Zahra sempat ingin dinikahkan dengan Abu bakar as
Shidiq, tapi atas izin Allah, Ali bin Abi Thalib-lah yang menjadi suaminya.
Dan, percakapan terindah yang
pernah gue baca di malam pertama sebuah pernikahan.
“Suamiku. Maafkan aku, sebelum aku menikah denganmu, aku pernah
mencintai seorang laki-laki yang belum halal bagiku.”
“Iya isteriku. Aku pun ingin meminta maaf, karena aku pun pernah
mencintai seorang wanita yang belum halal bagiku. Apa kau ingin tahu siapa
wanita itu ?”
Fatimah terdiam, “Wanita tersebut adalah dirimu.”
“Dan laki-laki yang pernah ku cintai pun adalah dirimu, suamiku.”
Subhanallah. Ini nyata terjadi,
sebagai tanda akan kebesaran Allah. Dia mengurus semua hal, tanpa terkecuali.
Jadi, enggak usah
panik kalau belum ketemu jodohnya. Enggak usah juga memaksakan diri untuk
cepat-cepat mencari pasangan dengan cara-cara yang enggak baik. Atau malah
memilih jalan apa-apa yang memang menjadi larangannya. Enggak perlu. Lo cukup
melakukan yang terbaik, memperbaiki diri, dan memantaskan diri lo untuk
kemudian dipertemukan dengan orang yang pantas menjadi pasangan hidup lo. Sebenarnya,
ini nasehat buat gue juga. Yaaa .. .. jodoh pasti bertemu.
Happy weekend.
Dan welcome
desember ..
Gambar *) diambil
dari www.digaleri.com
Gambar
**) diambil dari www.gambar.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar