Senin, 09 September 2013

Di sentil UPIL ..



Seorang wanita setengah baya hidup di kota Bandung dalem. Ia tinggal dengan tiga anaknya yang tiga-tiganya autis (kelainan pada saraf otak). Ibu tiga anak itu adalah tulang punggung keluarga kecil tersebut, ya, sudah lama suaminya lepas tanggung jawab dan meninggalkan dirinya serta tiga anaknya begitu saja.

Sebut saja Suyem, nama wanita setengah itu. Suyem bekerja di sebuah hutan Aren yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya, dan ia membutuhkan waktu kurang lebih tiga jam untuk sampai ke tempat yang menjadi sumber keuangannya. Tapi satu hal, enggak pernah sama sekali ia mengeluh dengan semua kondisi yang ada. Ia sadar, bahwa Tuhan enggak akan pernah membebani hamba-Nya di luar kebatasan dirinya. Dan saat ini, yang hanya ingin ia lakukan adalah “Bagaimana untuk bisa terus bertahan dan menjaga tiga buah hatinya ?” Ya. Hanya itu yang ada di dalam benaknya.


Pagi itu, matahari baru saja menampakkan wajahnya pelan-pelan. Suara ayam saling bersahutan, dan Suyem sudah terbangun sebelum dua hal tersebut terjadi. Ia memasak sayur bening dan memasak kembali nasi sisa kemarin. Dengan telaten, ia menyuapi tiga anaknya saling bergantian. Ah, anak-anak itu memang tidak pernah mengerti tentang kehidupan. Usia ketiganya berjarak cukup dekat, Dar (18 tahun), Yamah (15 tahun), dan Komariah (11 tahun).


Jika hanya satu hal tadi yang ingin ia lakukan, begitu juga ada satu hal yang sangat ia takutkan. “Saya enggak tahu, apa yang terjadi dengan anak-anak saya nanti, kalau saya sudah meninggal.” Begitu ujarnya dengan ketegaran hati, akan tetapi lelehan air tidak bisa lagi terbendung dari kedua matanya yang lelah.


Suyem bekerja di hutan aren sejak pagi buta sampai menjelang maghrib, dan, hasil kerjanya memisahkan buah-buah aren itu menjadi satu per satu dari segumpal buah, hanya rupiah ‘tiga-lima ribuan’ yang ia terima. Ironis sekali dengan tenaga yang sudah dikeluarkannya selama setengah hari  penuh. Tapi percayalah, tak pernah ia mengeluh dengan hasil yang di dapatnya. Suyem yakin kalau Tuhan akan selalu mencukupinya.
Mungkin rasa syukur yang sangat besar-lah yang membuat segala kekurangannya selalu terpenuhi. Ya. Suyem hanya ingin mengabdikan hidupnya untuk ketiga putri yang tidak pernah sekalipun ia menyesal telah melahirkannya ke dunia.

Oke guys, cerita tersebut gue kutip dari acara ‘orang pinggiran’ yang enggak sengaja gue tonton sore lalu.
Nyess. Itu perasaan yang gue rasain. Gimana enggak, di zaman yang apa-apanya mahal kayak gini, masih ada satu keluarga yang bertahan hidup dengan uang tiga-lima ribu rupiah/hari. Ya. Tuhan emang enggak pernah tidur.


Seketika, gue malu sama diri gue sendiri.


Tahun lalu, dengan semangat menggebu-gebu, gue bersama jutaan buruh-buruh di Indonesia turun ke jalan dan meminta kenaikan gaji. Padahal waktu itu, gaji pokok yang gue terima hampir mendekati dua juta/bulan. Sedangkan ibu dengan tiga orang anak di pedaleman Bandung itu hanya mendapatkan tiga-lima ribu rupiah/hari. Sekitar 90-150 ribu rupiah/bulan. Nominal yang sangat jauh dari apa yang gue dapatkan.
Tapi lihat ! Keluarga kecil itu masih mampu bertahan hidup sampai detik ini.


Ya. Gue tau, kebutuhan orang berbeda-beda. Ya. Gue tau, gaya dan cara hidup setiap orang pun berbeda-beda. Dan, ya. Gue paham kalau rezeki orang pun enggak pernah sama. Tapi, kita sama-sama hidup di dunia yang sama, kan ? Makan, makanan yang sama, dan mempunyai banyak keinginan yang sama juga. Lalu kenapa, kita masih sering merasa kekurangan ?


Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.


Gue cuma ngerasa tersentil dengan hal kecil yang sebenarnya mampu menghadirkan perubahan besar dalam hidup gue. Kenapa harus 'upil' ? Karena 'upil' hal kecil yang tidak pernah terabaikan.


Ini tentang rasa syukur, dan keyakinan kalau Tuhan akan selalu ada untuk kita.

Cobalah berhenti mengeluh !
Cobalah berhenti melihat mereka yang bahagia !
Cobalah berhenti berkata ‘mana cukup segini’ !
Cobalah mulai mensyukuri hal kecil apapun !
Cobalah mulai memperhatikan mereka yang jauh dari kata ‘beruntung’ !
Cobalah mulai merasakan apa yang mereka rasakan, at least, dengan cara mensyukuri apa yang kita punya.
Dan cobalah, mulai dari sekarang !

Dan terakhir, cobalah untuk tidak egois !



sumber foto : ardachandra.wordpress.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar