Jumat, 27 September 2013

EDUKASI yang tak terdapat dari sekolah ataupun skripsi !


Selasa, 24 September 2013.

“Gue bahagia hidup di dunia ini.”

Kalimat pembuka yang sangat manis. Ya, begitulah cara gue berterima kasih kepada Tuhan, menikmati kesempatan yang diberikan-Nya, hidup di dunia ini.

Malam ini, enggak tau kenapa, gue ngerasain aliran rasa bangga sama diri gue sendiri. Enggak berlebihan, mungkin hal itu terjadi karena gue bisa tersenyum ditengah amarah yang sedang menggebu saat ini. Ya, suatu rasa yang benar jika dikatakan ‘perasaan paling enggak enak sedunia’, SESAL.

Winna Efendi menuliskan perasaan menyakitkan itu dalam bukunya yang berjudul Melbourne, baru tadi sore gue baca di perjalanan sepulang kerja.

Buat gue, perasaan enggak enak sedunia adalah sesal. Apapun yang lo lakukan, lo enggak akan bisa menekan tombol rewind untuk kembali ke momen saat segalanya berubah. Lo enggak akan bisa naik mesin waktu atau memutarbalikkan jarum jam untuk kembali ke masa itu, untuk memperbaiki kesalahan yang lo perbuat, atau mengembalikan keadaan seperti sebelumnya.

Dengan menerima kenyataan, kita akan lebih mudah bergerak maju, mengecilkan ruang untuk rasa sesal.


Begitu kakak cantik satu ini menggoreskan kalimat yang kayaknya ‘pas’ banget buat gue, yang emang lagi bergulat dengan sebuah penyesalan.

True indeet. Sungguh-sungguh benar. Ya, gue suka semua kalimat diatas, terlebih kalimat terakhir yang gue garisbawahi. Dengan menerima kenyataan, gue rasa semua akan jauh lebih baik. Dan sore itu, ketika gue membaca buku tersebut, sebuah ketenangan merayap pelan memasuki ruang hati gue. sebuah pengalaman tentu lebih bermanfaat daripada rasa sesal yang hanya akan menggerogoti waktu. Bukan begitu, bukan ?
Dan kali ini, sedikit banyak gue mau bahas soal E-D-U-K-A-S-I. Enggak, gue enggak akan bahas matematika, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, kimia maupun fisika. Tapi, kehidupan. Pelajaran dalam kehidupan.

Jujur, gue lebih bangga pada mereka yang hanya lulusan SMA, lalu bekerja keras untuk membantu ekonomi keluarga daripada mereka yang meneruskan ke bangku perkuliahan dengan jerih payah orang tua.
Gue lebih senang melihat mereka yang bekerja siang hari dan kuliah malam hari dengan uangnya sendiri daripada mereka yang duduk-duduk di café pulang kuliah untuk menghabiskan uang pemberian orang tuanya.
But, gue, akan lebih kagum lagi bila melihat mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah akan tetapi selalu berusaha keras untuk belajar dari alam, kehidupan dan pengalaman.
Itu hanya sekedar penilaian gue, enggak memojokkan siapapun, toh kalian semua mempunyai hak untuk berpendapat.

Gue enggak kuliah, gue lulusan SMK. Sometimes, gue benci sama diri gue yang enggak bisa terima keadaan, gue benci sama diri gue yang penuh ambisi untuk mengejar keinginan semata, gue benci sama diri gue yang egois dalam menentukan sebuah keputusan, gue benci sama diri gue yang sulit untuk mengakui sebuah kegagalan, gue benci sama diri gue yang masih haus akan pujian, gue benci sama diri gue yang selalu ingin terlihat lebih dari yang lain, gue benci sama diri gue yang gampang emosi dan susah mengendalikan amarah.

Gue benci semua pertanyaan ini, rentetan pertanyaan yang sebenarnya enggak memerlukan jawaban apapun, rentetan pertanyaan yang di berikan oleh letupan emosi ambisi gue kepada hati gue yang cenderung lemah.
Kenapa gue enggak kuliah ?
Gue udah kerja bertahun-tahun, kemana hasilnya ?
Apa yang udah gue dapet selama gue kerja ?
Mau jadi apa gue nanti ? Cuma lulusan SMA !
Harusnya tuh gue begini ..
Harusnya tuh gue punya ini ..
Harusnya .. harusnya .. harusnya ..
Gue benci ‘gue’ yang seperti itu.

Tapi gue suka ‘gue’ yang seperti ini. Selalu sadar bahwa apa yang terjadi adalah kehendak-Nya. Enggak penah mau berhenti untuk berlari. Memilih diam ketika marah, dan saat emosi memuncak cukup air mata yang menetes tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Selalu memaafkan kesalahan, keadaan dan kenyataan, karena sadar, dengan menerimanya semua akan lebih meringankan. Enggak pernah berharap ada yang tau ketika sedang melakukan suatu kebaikan.

At least, manusia selalu mempunyai dua sisi yang berbeda. Terkadang baik, dan ada waktu tertentu juga menjadi buruk. Tapi percayalah, jika Tuhan ada di sini *nunjuk dada*, lo akan selalu di ingatkan-Nya, lo akan selalu dapat pengarahan dari-Nya. Percaya.

Dan gue suka semua pernyataan ini, pernyataan yang dilihat oleh jiwa yang besar, lalu di terima dengan hati yang lapang.
Suatu saat, gue pasti kuliah.
Lihat mereka, nyokap bokap lo, adek lo, dan semua orang-orang di sekeliling lo yang tersenyum bahagia ketika menikmati apa yang lo kerjakan. Rasanya, enggak ada hal yang lebih indah dibandingkan dengan senyuman orang-orang yang lo sayang, dan mereka semua tersenyum karena lo, karena keringat dan kerja keras lo. Pikir dan resapin itu baik-baik !
Andai lulus SMA, lo langsung kuliah dan memilih untuk melakukan runtinitas kampus setiap harinya. Bagaimana bisa, lo ketemu para pekerja di usia lo yang cenderung labil, bagaimana bisa lo ngerti caranya nyari uang dan menikmati hasilnya yang rasa puasnya bisa benar-benar lo rasain. Dan bagaimana bisa lo belajar pengalaman dari mereka yang satu nasib sama lo. Lo mau kuliah ? Yakin, Tuhan akan memberikan jalan buat lo mengecap bangku pendidikan setinggi yang lo mau.
Ya. Lo emang cuma lulusan SMA, tapi pantaskah lo mengeluhkan hal itu ketika lo melihat dengan mata kepala lo sendiri, anak-anak yang jauh kurang beruntung dari lo. Masih mau mengecilkan nikmat Tuhan yang besar ini kah ? Ketika lo lihat, mereka yang sejak lahir enggak pernah mengenal bangku pendidikan. Ingat, semua manusia sama. Tapi, urusan nasib bergantung pada diri lo sendiri. Seberapa besar efek lo buat kehidupan lo. Seberapa besar usaha lo buat meraih impian lo. Seberapa besar mental lo dalam melihat kegagalan-kegagalan dalam perjalanan hidup lo. Pahami itu baik-baik !
Lo enggak harus menjadi seperti ini, atau seperti itu. Tapi satu hal, semua manusia sama. Hanya saja, lo butuh jiwa yang kuat untuk menjalani hidup yang keras ini. Tapi sekeras apapun hidup, ketika lo memilih untuk berdamai dengannya, maka semua terasa lebih menyenangkan.

Seperti yang gue tulis diatas, manusia memiliki dua sisi yang berbeda. Hal baik maupun hal buruk.
Lo punya mimpi, gue punya mimpi, dan mereka semua punya mimpi. Kita memiliki kesempatan yang sama, tapi seberapa besar kita untuk meraih impian yang kita inginkan, itulah yang membedakannya.
Enggak ada lagi, kekecilan hati karna lo hanya lulusan SMA, SMP, SD, atau bahkan enggak sekolah sama sekali. Tapi lo harus bangga, jika kelak lo yang kecil bisa menjadi landasan senyum kebahagiaan bagi orang-orang yang lo sayangi. Gue rasa, itu udah lebih dari cukup. Karena pada dasarnya, pelajaran yang sesungguhnya enggak ada di dalam sekolah maupun perguruan tinggi. Semua ada di dalam diri masing-masing, tentang bagaimana kita menyatu dengan kehidupan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar