Sabtu, 12 Oktober 2013

TERANGKAN PLN SECERAH CAHAYA LAMPU


Terang. Satu kata itu memilki berbagai makna. Terang tentang cahaya. Atau terang tentang sebuah penjelasan. Apapun itu, terang selalu identik dengan hal yang di hasilkan.

‘Habis gelap, terbitlah terang’ begitu kata pahlawan wanita yang berasal dari Jepara, R.A. Kartini. Tidak, saya tidak ingin membahas tentang satu kalimat empat kata tersebut. Hanya saja, ada kata terang disana. Kata yang dominan dengan sebuah kejelasan.

Abaikanlah. Saya harap, kalimat tersebut dapat menjadi kalimat pembuka yang berkesan.

PLN. Sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memliki peranan penting. Bagaimana tidak ? Semua orang membutuhkan tenaga listirk. Tidak salah bukan, kalau saya berkata ‘Listrik is the big part of world’, listrik bagian besar dari dunia.
*)  
Kini, PLN memiliki tagline baru ‘PLN bersih’. Saya tidak tahu, ada maksud apa dibalik kata tersebut. Namun, jika boleh saya berpendapat, dan tidak ingin menjurus ke masalah politik, tapi tak bisa dipungkiri juga kalau PLN adalah salah satu bagian yang tidak terjerat masalah terbesar dalam Negara ini, Indonesia. Ya. Masalah tersebut adalah soal korupsi. Tidak, lagi-lagi tidak, saya tidak senang berbicara soal politik. At least, PLN masih bersih dan semoga selalu bersih. Seperti cahaya yang dihasilkan dari sebuah lampu. Apapun jenis lampu dan warnanya, toh tujuannya tetap satu. Menerangkan. Membuat sekeliling menjadi jelas, bebas dari kegelapan.

Bagi saya, seorang yang begitu mengagumi cahaya. Lisrtik berperan penting dalam setiap detail keadaan tersebut. Kecuali cahaya yang dihasilkan oleh fenomena alam, matahari misal. Lighting dalam setiap panggung terlihat begitu menakjubkan, dan semua itu tidak terlepas dari aliran listrik yang memang harus menjadi andalan nomor wahid. Tentu orang-orang handal tidak terlepas didalamnnya.
**)
Lupakan cahaya. Listrik juga mempunyai peran penting dalam setiap perindustrian. Dijamin, tanpa listrik, suatu perusahaan industri tidak akan mampu beroperasi. Cacat total.

Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, listrik masih dan akan selalu berperan penting. Saya rasa, kalian semua setuju jika saya simpulkan ‘tidak ada manusia yang bisa menjalani kegiatannya tanpa listrik’. Oke, jika memang ingin ada pengecualian. Akan tetapi, satu-satunya pengecualian itu adalah ketika kita hidup di hutan. Mungkin, saat itu kita sama sekali benar-benar tidak membutuhkan peranan listrik. Namun kita berbicara dunia, betapa, listrik adalah satu bagian yang tidak bisa terlepas dalam kebutuhan manusia.

Dunia adalah keadaan yang dinamis. PLN-pun selalu ingin selangkah lebih maju dari sebelumnya. Jika sejak dulu, listrik hanya bisa di pasang dalam bentuk meteran, dan kita sebagai pengguna hanya bisa membayar tagihan rekening tersebut. Kini, ada cara yang lebih efisien. Token. Sama halnya ketika kita meninggalkan penggunaan telepon rumah dan beralih ke telepon genggam. Mungkin, seperti itu penjelasannya. Pemakain listrik dalam bentuk pulsa. Memang, harus diakui, banyak orang-orang hebat di balik PLN.

Sedikit bercerita, beberapa tahun lalu, ketika saya baru tamat SMA dan langsung bekerja di sebuah perusahaan Industri atau biasa disebut ‘Pabrik’ di daerah Cibitung-Bekasi. Disana, saya bekerja sebagai operator produksi yang mengoperasikan sebuah mesin untuk menciptakan suatu produk (komponen barang elektronik) yang memang harus melalui beberapa proses dulu sebelum akhirnya sampai ke posisi saya. Ketika itu, saya sedang masuk malam, sekitar jam satu tengah malam, setengah jam setelah makan malam. Listrik di perusahaan tersebut padam. Semua karyawan berteriak, semua panik, satu sama lain saling menyebutkan nama teman-teman terdekatnya. Begitu pun dengan saya, yang ketika itu sedang asik duduk di depan sebuah monitor yang menghasilkan gelombang, gelombang dari barang produksi yang sedang saya operasikan dengan sebuah mesin khusus.

Deg. Jantung saya berhenti sesaat, saya juga berteriak saat itu. Mencari-cari teman yang sekiranya juga mencari keberadaan saya. Setelah semua karyawan yang mayoritas perempuan itu mulai terkendali, beberapa atasan sibuk mondar-mandir. Dan syukurlah, tidak sampai lima menit listrik itu padam. Entahlah apa yang menyebabkan kepadaman listrik tersebut, karena setahu saya yang memang masih miskin ilmu, suatu perusahaan mempunyai alat tersendiri untuk dijadikan sumber tenaga listriknya. Entah apa namanya.

Disini, sejenak saya berpikir. Betapa, beberapa detik keadaan tersebut dapat membuat kerugian yang begitu besar bagi perusahaan tersebut. Ya. Hanya karena kepadaman listrik yang tidak sampai lima menit. Dan, sekali lagi saya berkata, betapa pentingnya peranan listrik dalam dunia perindustrian.

Namun. Ironis. Ketika saya berada di sebuah desa, desa Slatri di daerah Brebes. Kampung ibu saya, disana, kakek saya masih menyalur listrik dari tetangga yang sudah memiliki meteran sendiri. Miris. Saya tidak betah berada di rumah kakek saya tersebut, setiap malam, saya hanya mendengarkan bunyi jangkrik yang tiada henti. Atau jika ada nada-nada lain, hanya suara anak tikus yang sepertinya sedang berlari kejar-kejaran. Setiap harinya terasa begitu lama. Ketika terbangun dari tidur, saya coba berjalan-jalan ke sawah, sejak pagi hingga siang. Akan tetapi, ketika saya kembali lagi ke rumah tersebut, jarum jam yang berputar di dua belas angka disana seolah tak bergerak sedikit pun. Waktu terasa begitu lama dengan kesunyian yang tercipta disana. Saya jenuh dan saya bosan. Namun, saya salut dengan penduduk disana yang tetap bertahan hidup dengan keadaan yang masih jauh tertinggal. Ya, saya paham, semua itu terletak pada rasa syukur dalam diri masing-masing. Mereka semua mempunyai cahaya yang jauh lebih terang dari ribuan lampu yang terpasang rapi di ruas jalan. Ya. Saya paham itu.

Lalu, ketika orang-orang di balik PLN berseru dengan tagline, slogan atau apalah namanya yang di proklamirkan sebagai PLN bersih, mungkinkah mereka akan mengotori cahaya yang mereka ciptakan sendiri di balik slogan tersebut ? Saya harap tidak. Dan ketika saya, bersama orang-orang yang mungkin masih ‘miskin ilmu’ itu percaya pada cahaya yang ada di dalam setiap jiwa-jiwa para terhormat di balik PLN, apakah mungkin kepercayaan itu akan tega di rusaknya dengan setitik noda yang hanya akan menyenangkan sesaat dan disesalinya seumur hidup ? Saya rasa tidak.

Ya. Saya percaya dengan semua orang yang ada di dalam instansi BUMN ini. Dan dengan kerendahan hati, sebagai rakyat kecil, sebagai seorang yang dinamakan blogger, tolong ‘TERANGKAN PLN SECERAH CAHAYA LAMPU’ tak peduli apapun warna cahaya yang di hasilkan lampu-lampu tersebut, tak peduli, namun cahaya selalu menjurus pada kesucian. Dan terang, selalu bermakna pada sebuah kejelasan.

*) Foto diambil dari www.balrannationalpark.web.id
**) Foto diambil dari www.sianakdesa.wordpress.com
 Sumber, experience of my life

 


1 komentar: