Konsekuensi, hal itu yang terlintas dalam benak gue ketika
gue bangun kesiangan di pagi lalu. Selasa, 10 September 2013. Gue bangun lebih
lama tiga puluh menit dari jam biasanya. Kenapa ? Karena gue baru tidur jam
03.30 am, dan bangun 05.32 am. Kisaran waktu yang lumayan buat istirahat,
mungkin.
Ya. Hidup gue sudah terjadwal. Gue harus bangun jam segini,
berangkat kerja jam segini, istirahat jam segini, makan jam segini dan pulang
jam segini. Semua sudah tertata dengan rapih. Gue adalah pekerja yang terikat
dengan semua ketentuan yang ada. Dan gue sadar akan hal itu.
Tapi, ada protes khusus dalam hati ini. Impian. Ini tentang
impian.
05.30 am, adalah waktu gue untuk berangkat kerja, dan 04.30
pm pekerjaan gue di hari itu selesai. Begitu setiap harinya. Gue bukan tipe
orang yang puas hanya dengan bekerja, makan, tidur dan kembali lagi bekerja. Entahlah.
Rasanya hambar.
Benar. Gue emang biasa, dan enggak akan memaksakan untuk
menjadi luar biasa. Karena gue tau, itu terlalu jauh. Tapi, setidaknya, biarkan
gue mengisi hari-hari gue dengan hal yang tidak biasa.
Malam itu, setelah cukup istirahat setelah pulang kerja. Semua
ide yang menggebu-gebu segera ingin di keluarkan. Ia seperti bola bekel yang
membal berkali-kali dalam benak gue. Dan gue rasa, gue terlalu jahat jika terus
membiarkannya menua di dalam benak. Harus diketahui, gue sering mengalami hal
tersebut. Menahan ide yang datang tanpa permisi ketika gue sedang bekerja. Gue akan
dengan sangat rapi menyimpannya di benak, menahannya sampai bel pulang
berbunyi. Enggak cuma sampai bel pulang berbunyi, banyak hal lain yan g membuat
gue harus sabar untuk menumpahkan semua ide di benak gue. Macet salah satunya. Entah
harus berapa lama lagi semua ide itu harus dituangkan. Tapi lupakanlah ! Gue
bersyukur karena ide-ide yang dengan liar masuk ke dalam benak gue tanpa
permisi tersebut, sabar menunggu gue untuk sampai di rumah, kemudian menuangkannya
menjadi sebuah karya. Gue bersyukur mempunyai ingatan yang sulit dilupakan.
Malam selasa lalu, otak gue liar mengerjakan sebuah film
pendek yang berisi slide foto sebagai bahan percobaan gue yang baru bisa
mengoperasikan WindowsMovieMaker. Ya. Gue senang belajar dan mencari tahu
mengenai apapun, kemudian mencobanya. Malam itu, gue sukses membuat satu film
pendek tentang persahabatan dalam hidup gue. Dan, well, gue tidur setengah
empat pagi, demi menyelesaikan karya tersebut.
Sejenak. Gue inget, kejadian dua hari sebelumnya. Ketika gue
baru mempelajari cara-cara mengoperasikan aplikasi tersebut. Gue inget, betapa
ingin meledaknya kepala gue karena pusingnya mencari aplikasi yang pas untuk
mengubah format sebuah video. Dari mulai movavi, xilisoft, sampai total video,
semua gue download, semua gue install, dan semua gue coba. Tapi apah ? Semua
pun sia-sia. Dan total video-lah satu-satunya yang berguna, dan aplikasi
tersebut sukses gue install di jam tiga lewat dini hari. Seketika. Batin gue
berdesis, bingung, “Ngapain ya gue ? Buat apaan coba aplikasi kayak gini ? Apa
yang bakalan gue dapet dari semua ide yang lancang masuk tanpa dosa ini ? Apa
yang gue dapat dengan begadang semaleman kayak gini ?” Pikiran itu terus mengalir dalam benak gue.
Dan setelah sukses menginstall ‘total video converter’ di PC gue, gue pun
memutuskan untuk tidur.
Minggu pagi, gue kembali menghidupkan PC. Duduk berhadapan
dengannya, lalu mulai menggunakan apa yang semaleman suntuk gue kerjakan. Gue mengubah
format beberapa video 3gp menjadi avi. Dan bibir gue melengkungkan sebuah
senyuman. Sambil manggut-manggut gue berkata “Oh, jadi begini toh ngubah format
video, ooh ..” gue paham akan sesuatu yang sebelumnya enggak pernah ada dalam
bayangan gue.
Lalu hari senin malam, buah dari ide yang menerobos masuk di
siang hari saat gue bekerja pun gue biarkan bebas keluar. Gue mulai membuat
sebuah film pendek berisikan slide foto-foto, dengan backsound yang telah gue
pilih. Sepele, mungkin beberapa orang berpikir seperti itu. Ah sudahlah, enggak
akan ada habisnya kalau kita membuat sebuah karya lalu berhenti hanya karena
ucapan beberapa orang.
Ada rasa puas dalam hati gue, ada kebanggaan tersendiri pada
diri gue dan ada sebuah pujian kecil akan apa yang udah gue hasilkan. Ya. Itu berlaku
untuk gue dan dari gue.
Gue menikmati setiap tayangan yang baru saja selesai gue
kerjakan. Karya gue.
Gue pun sadar, akan pertanyaan-pertanyaan ini “Ngapain ya gue
? Buat apaan coba aplikasi kayak gini ? Apa yang bakalan gue dapet dari semua
ide yang lancang masuk tanpa dosa ini ? Apa yang gue dapat dengan begadang
semaleman kayak gini ?” pertanyaan-pertanyaan gue tempo lalu. Kini gue dapat
menjawabnya. Dari semua itu, gue bisa dapat ilmu. Dari apa-apa yang sama sekali
gue enggak tau, menjadi tau. Dari apa-apa yang enggak pernah ada dalam bayangan
gue, kini bisa gue lakukan dengan nyata. Dan hal terbesar yang gue dapat
adalah, karya yang enggak akan pernah ternilai harganya.
Ya. Itu adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa.
Tapi .. pagi itu, gue bangun kesiangan. Gue enggak sempat
mandi dan sarapan di rumah. Gue buru-buru berangkat kerja. Menyimpan kembali
semua impian-impian itu. Menahan kembali semua karya-karya yang belum sempat
terselesaikan. Hanya tiga puluh menit gue bangun lebih lama dari biasanya. Ya,
hanya tiga puluh menit dampak dari sebuah impian. Hanya tiga puluh menit. Dan
semua bisa berantakkan kalau gue enggak pinter-pinter menghadapinya.
Enggak. Gue enggak pernah kapok. Dan gue enggak akan pernah
berhenti untuk berkarya.
Dan untuk impian, gue perlu waktu untuk tidur agar bisa
bermimpi. Tapi enggak cuma cukup dengan tidur, karena gue pun harus bangun dan
mulai mengubahnya menjadi kenyataan.
Jadi, saat ini gue paham. Impian selalu mempunyai
konsekuensinya masing-masing. Dan gue pun akan selalu menikmatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar