Senin, 23 Desember 2013

Mungkin ini The Journeys “Ada mereka disana”



Berjalan itu cara bertahan yang manusia tahu sejak dulu, jadi kalau kita tidak berjalan, ya kita mati. Orang yang berdiam itu, cepat mati.”
Begitu jawaban mba W, Windy ariestanty salah satu penulis buku The Journeys 3 ketika ditanya, ‘mengapa melakukan perjalanan ?’.
Ya. Minggu, 22 Desember 2013 Gagasmedia, Bukune bersama Pandamedia menggelar satu acara yang sebenarnya sangat sayang jika di lewatkan, para penerbit tersebut membuat event bernamakan ‘Kumpul Penulis Pembaca 2013’ yang di singkat KPP2013. Dan semua free, tidak di pungut bayaran kecuali acara pertama dari beberapa rangkaian acara yang ada, kenapa ? karena ada breakfast disana. Ya. Saya rasa wajar kalau diminta untuk membayar, ya, wong kita makan sendiri kok.

Bukan.
Saya tidak akan bercerita mendetail tentang event tersebut, karena saya pun baru sampai jam dua siang disana.
Journeys. Saya senang berjalan, kemanapun, kapanpun, dan dengan siapapun. Ah, diralat untuk ‘dengan siapapun’ karena enggak semua teman jalan menyenangkan, dan melakukan perjalanan sendiri itu rasanya jauh lebih menyenangkan, buat saya.

08.00-09.30 Breakfast with Author featuring Whilecoustic: Karakter-karakter yang Memorable
Host: Theoresia Rumthe
Pembicara: Al-Dhimas - Arini Putri - Kireina Enno - Helga Rif – Nina Ardianti - Prisca Primasari - Windry Ramadhina - Robin Wijaya - Sanie B Kuncoro - Yoana Dianika
10.00-11.00 GagasMedia New Project Workshop: BOSS & Relationship Romance
Pemateri: Christian Simamora (Kepala Desk Fiksi GagasMedia) dan tim
11.00-12.30 Book Battle 1: Non Fiksi Komedi VS Novel Komedi
Host: Aprishi Alitta
Pembicara: Adhitya Mulya (penulis Jomblo) - Alitt Sutanto (penulis Skripshit) - Ferdi Riva (penulis Cado-cado) - Ryandi Rachman (penulis Satu Pertiga) - Stephany Josephine (penulis The Freaky Teppy)
13.00-14.30 Book Battle 2: Setting Lokal VS Setting Luar Negeri
Host: Bernard Batubara
Pembicara: Alvy Syahrin (penulis Swiss) - Sandy Firly (penulis Lampau) - Sefryana Khairil (penulis Tokyo) - Widyawati Oktavia (penulis Penjual Kenangan)
13.00-15.00 MOM’s Gathering: “Bahagianya Menjadi Ibu”
Bincang santai parenting bersama penulis buku Everlasting Love dan admin Homemade Healhty Baby Food
Moderator: Miund (penyiar Motion Radio)
Pembicara: Meira Anastasia - Smita Diastri - Nia Nurdiansyah - Amanda Pingkan Wulandari - Melina Adi
15.00-16.00 Book Reviewer Gathering: Menulis Kritik dengan Asik
Host: Lia Achmadi
Pembuka Diskusi: Okta Wiguna (Jakarta) - Dwi Dini Nuraini (Bogor) - Ila Rizky Nidiana (Tegal) - Muhammad Rasyid Ridho (Malang)
16.00-17.00 Bukune New Project Workshop: Fairy Tale Romance & Women’s Secret
Pemateri: Widyawati Oktavia (Kepala Desk Fiksi Bukune) dan tim
16.30-18.00 Peluncuran Buku the Journeys 3: Yang Melangkah dan Menemukan
Moderator: Theoresia Rumthe
Penulis the Journeys 3:
Husni Mubarak Zainal - Dina @duaransel - Alitt Susanto - Ariev Rahman - Lucia Nancy - Alfred Pasifico Ginting - Valiant Budi - Alexander Thian - Farid Gaban - Hanny Kusumawati - Ve Handojo - JFlow - Windy Ariestanty
19.00-21.00 Appreciation Night
1. Stand Up Comedy oleh Kemal Palevi
2. Penyerahan Hadiah dan Pengenalan Pemenang Lomba Menulis 7 Deadly Sins – GagasMedia dan Sayembara Menulis Romance – Bukune
3. Bincang singkat dengan pemenang Anugerah Pembaca Indonesia 2013 dari GagasMedia dan Bukune
4. Lelang “HOT ITEM” Barang Penulis
5. Penampilan OakTheory & Whilecoustic


Ya. Penjabaran diatas adalah rangkaian acara yang akan diselenggarakan oleh redaksi Gagasmedia, Bukune dan Panda media.
Sejujurnya, saya ingin mengikuti semua acara yang ada, tapi momentnya bentrok dengan jadwal saya mengaji. Ini serius. Heheee.
Akhirnya, saya mendaftar untuk mengikuti tiga acara, book battle 1, 2 dan peluncuran the journeys 3.
Tapi lagi-lagi tidak sesuai rencana, saya berangkat dari rumah jam enam pagi, menggunakan angkotan umum Bekasi-Pulo gadung dan lanjut busway yang akan mengantarkan saya ke Istiqlal. Hujan. Sepanjang perjalanan. Saya sendirian.
Tik. Tok. Tik. Tok.
Saya terus melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanan saya, ah, udah jam sepuluh. Book battle pertama mulai jam sebelas siang. Dan, hal yang paling saya khawatirkan adalah ‘kesasar’ walau jujur, kini saya sudah menikmatinya. Ya, menikmati setiap kesasaran yang saya alami.
Ingin sekali rasanya meninggalkan tempat ini. Pergi dari pengajian ini dan duduk mendengarkan para penulis berceloteh.
Tapi tunggu !
Hati kecil saya melarangnya. Dan, guru atau sosok yang saya kagumi pun baru saja memulai petuahnya di jam sepuluh lewat.
‘Udah, lo ikut nih pengajian sampe kelar. Sayang, ada doa di akhir nanti. Sekarang gini, kalau lo pergi sekarang, keluar dari sini, ke halte busway, ke Blok M, nyari kopaja, dan sampai di kemang. Pertanyaan besarnya, lo yakin enggak bakalan nyasar ? Lo pikirin, lo bakalan rugi berlipat-lipat kalau lo pergi sekarang. Pertama, lo menyia-nyiakan doa bersama disini. Kedua, lo nyasar dan enggak jadi ikut acara kpp tersebut. Tapi kalau lo pergi pas ini pengajian selesai, setidaknya, walaupun lo nyasar dan enggak ketemu sama para penulis tersebut, lo enggak ketinggalan moment di pengajian. Gitu ajah.’
Oke. Saya pun melepas jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kanan saya, dan mulai fokus menyimak apa-apa yang dibicarakan oleh seseorang yang saya anggap guru dalam urusan keyakinan saya.
Fine. Pengajian selesai jam dua belas tepat. Saya langsung menuju Kemang. Walaupun ada perasaan ‘nyampe enggak nih ya’. Saya mencoba mengabaikannya. Mensugesti diri saya sendiri ‘lo pasti sampe’.
Iya. Book battle satu sudah mulai sejam yang lalu, tapi masih ada book battle dua. Enggak peduli terlambat, toh masih ada acara peluncuran the journeys 3 jam empat nanti. Masa iya gue nyasar sampe berjam-jam. Batin saya.
Dari info yang saya dapat, untuk sampai di Kemang-Jakarta, saya harus ke blok M dulu dan lanjut naik kopaja 605a.
Setelah memilih untuk meninggalkan halte dan menghampiri terminal blok M, saya pun menemukan kopaja yang dimaksud. Syukurlah, batin saya. Tapi kemudian berganti, blank. Setahu saya, kemang itu kompleks perumahan elit. Ya. Di bekasi juga ada, saya tahu-lah ya, apa yang akan saya jumpai nanti. Baru saya berpikir, ini tempat (galeri 678) ada dimana ya, di pinggir jalan apa masuk ke dalam-dalam. Rumah makan, soto kudus. Ya. Itu patokan saya. Itu gambaran saya untuk galeri 678. Tempat acara kpp berlangsung.
Saya sempat bertanya sama mba-mba yang duduk disebelah saya, ah sayang, dia enggak tahu galeri 678. Saya pun mulai panik saat angkot berukuran tiga perempat tersebut sudah memasuki kemang. Dimana ? Dimana ? Dimana ? *kayak lagu dangdut*
Abaikanlah !
Oke. Dengan penuh kepercaya dirian yang sebenarnya lebih besar khawatirnya, saya menyetop angkot tersebut, “kiri bang”. Saya turun di pinggir jalan, entah dimana, gerimis masih menemani saya. Saya berjalan sok tau, clingak-clinguk, menghampiri beberapa orang laki-laki yan sedang menikmati mie ayam. Bertanya. Ya. Saya harus bertanya. Dan, ‘Enggak tau deh mba, galeri 678 ?’ jawabnya.
Asli. Saya hopeless.
‘Ada mereka disana’
Entah bisikan darimana yang membuat langkah saya terus berlanjut. Menutupi semua kekhawatiran yang saya rasakan. Ya. Ada mereka disana. Para penulis.
Saya kembali bertanya kepada orang yang .. lagi-lagi sedang makan, beda menu sih, beberapa orang bapak-bapak yang sedang menikmati ketoprak.
“oh, disana, lurus terus. Di pinggir jalan kok, enggak jauh dari sini”
Ada sebuah senyuman di wajah saya, setelah mengucapkan terima kasih, saya kembali melangkah.
Ah, hujan sedikit lebih besar dari sebelumnya. Saya memilih bajaj untuk menjadi alat yang mengantarkan saya ke tempat tujuan saya. Galeri 678.
Seingat saya, kata bapak tadi dekat, lho kok ini enggak sampe-sampe ya. Saya dan sopir bajaj pun mulai gelisah. Iya. Sopir bajaj nya enggak tahu dimana galeri 678 tersebut.
Cukup jauh saya merasakan getaran-getaran, bentar ! Bukan getaran hati yang bikin saya jadi .. .. sama sopir bajaj tersebut, sopir bajaj-nya sudah tua. Persis kakek saya usianya, mungkin. Sopir bajaj tersebut pun bertanya ‘di sebelah mana neng ?’
Deg.
Di mana ? Enggak ada bayangan sama sekali. Saya mencoba mengeluarkan handpone. Tapi siapa ? siapa yang mau saya hubungi. Sebelumnya, saya sudah mencari tahu di mbah google, dan ketemu, galeri 678, soto kudus. Jalan kemang Raya selatan no 125a, Jakarta selatan. Oke. Patokannya, no 125a.
Teng. Tong.
“No 125 neng ? Lah ini, no 124nya, terus itu no 128. Ya, berarti tempatnya di dalam sini neng.” Tebak sopir bajaj tersebut menunjuk sebuah toko wallpaper bernomor 128. Iya juga sih. Bisa jadi. Mungkin, galeri tersebut ada di dalamnya. Tapi apa iya ?
“Masa sih pak ?” Saya nyaris percaya, malah udah mau turun. Tapi, “coba puter balik deh pak, mungkin kelewat.” Usul saya.
Kendaraan orange tersebut pun kembali berjalan. “Coba tanya sama bapak itu ya, neng yang nanya ya.” Sopir bajaj tersebut menunjuk seorang laki-laki berseragam warna hitam yang sedang berdiri di depan sebuah gedung. Saya pun manut.
“Deket kok, dari sini muter balik, lurus, lampu merah. Sebelum sajam. Adanya disebelah kiri. Bapak tau sajam ?” begitu sopir bajaj mengangguk, dan saya ucapkan terima kasih. Saya pun kembali merasakan getaran dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
“sebelah mana tadi ya neng ? Lampu merah kemana ?”
Jleb.
 “Pokoknya sebelum sajam, udah jalan aja, bapak tau sajam kan ?”
Kalau ini bapak sopir bilang ‘enggak’, mending pensiun aja deh jadi sopir bajaj. Hah, syukurnya, doi bilang ‘tau’.
Daaaaaan .. kedua mata saya menangkap SOTO KUDUS 678.
“stop pak, ini tempatnya.” Ucap saya senang, lega, dan percaya, melangkah akan menemukan. Cuma bedanya, saya naik bajaj :D
Sopir bajaj pun lega, saya pun senang. Kita berpisah dengan biaya lima belas ribu rupiah.
Ya. Melangkah dan menemukan. The journeys.
Sebenarnya, sejak dulu, sejak saya mulai mengalami kesasaran-kesasaran yang rasanya sejak saat itu sulit terlepas dalam setiap perjalanan saya. Saya merasa lebih penasaran dengan ‘apa yang akan terjadi di perjalanan nanti, gue nyasar enggak nih ya entar’ dibandingkan dengan rasa penasaran saya akan tempat tujuan yang ingin saya kunjungi.
Saya pernah baca twit mas Valiant (salah satu penulis The Journeys 3) yang dia bilang adalah petuah milik mba W ‘bahwa sebenarnya kita bukan nyasar, hanya saja menemukan rute baru untuk sampai d tempat yang kita maksud’ kurang lebih seperti itu. Ya. Saya membenarkan pernyataan tersebut.
Sesampainya di tempat yang menjadi tujuan saya, saya konfirmasi terlebih dahulu, dan langsung mengikuti acara book battle dua.
Selesai book battle dua, saya ke ruangan yang berisi beberapa ‘pos’, entah apa namanya. Disana ada, ‘pelelangan barang penulis’, ‘book signing’, ‘creative drop box’, dan jejeran rak berisi buku pastinya. Saya menghampiri tumpukan buku yang di display di meja. Bukan di rak. Langkah saya terhenti di depan buku dengan cover berwarna dasar cokelat dengan gambar jejak kaki. Ya. The journeys 3. Ini buku yang niat dari rumah akan saya beli.
Tapi ..
Kemudian kedua mata saya beralih ketumpukan buku di meja satunya, buku dengan warna cover hitam. ‘Creative writing’ edisi revisi punyanya A.S Laksana.
Saya buru-buru membuka dompet saya, melihat isinya, berharap ada kekeliruan dalam hitungan saya. Ternyata tidak. Entah mengapa, saya jarang sekali keliru untuk hal satu ini.
Uang di dompet saya hanya tinggal seratus enam ribu rupiah.
The journeys 3, tujuh puluh dua ribu lima ratus. Creative writing, lima puluh lima ribu lima ratus.
Ya. Uang saya tidak cukup untuk membeli dua buku tersebut. Harus ada yang saya pilih.
Oke. Semoga pilihan saya kepada buku dengan cover hitam ini tidak akan sia-sia. Dan the journeys 3 akan saya beli di tanggal 25 nanti, setelah saya gajian.
Saya pun kembali menikmati setiap detik di ruangan tersebut, membaca beberapa blurb yang ada di cover belakang buku.
Menunggu untuk acara selanjutnya, peluncuran the journeys 3.


Disini, dalam acara ini, saya bertemu dengan mba Widya oktavia, mas Christian simamora, bang Bara, mas Alitt, mas Aih, om Syafial, sebelum akhirnya saya bertemu dengan para penulis the journeys 3. Ini bukan mimpi, kan ? Saya meyakinkan diri saya, bagaimana tidak, mereka semua adalah orang-orang yang cuma bisa saya sapa melalui mention-mention di twitter. Tapi kali ini, saya dapat berjabat tangan langsung, mendengarkan suaranya bahkan mengabadikan moment tesebut dalam sebuah gambar. Ini bukan mimpi, kan ?
Dan saat itu, hati saya berbisik, apapun itu, semua bisa terjadi. Karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
Peluncuran the journeys 3 di mulai, mba Theo sang host yang luar biasa, membuka acara. Dan, sekali lagi saya bertanya, ini bukan mimpi, kan ? ketika melihat mba W duduk di hadapan saya.
Saya suka semua hal yang dibicarakan di acara tersebut, tidak ada satu pun yang saya lewatkan dalam sore menjelang malam itu. Setiap pertanyaan yang terlontar dan jawaban yang tercipta membuat saya terdiam, berpikir dan menggaris bawahi apa-apa yang dibicarakan disana.
Satu kesimpulan yang saya ambil, ketika kita melangkah maka kita akan menemukan. Persis dengan kutipan di sampul buku the journeys 3.
Melangkah, menemukan. Dalam acara tersebut, banyak saya temukan selain para penulis dan beberapa editor, pun pengalaman berharga pastinya. Di acara tersebut, saya juga bertemu banyak orang baru. Dan konyolnya, ketika book signing the journeys 3, saya kalang kabut.
‘ini gimana ? gue mau beli bukunya, tapi duit gue kurang. Ah, tadi harusnya beli the journeys 3 aja.  Enggak mungkin, enggak mungkin, gue enggak mungkin ngelewatin moment ini. Buku dengan tanda tangan semua penulisnya. Berpikir ! Berpikir !’
Saya pun memberanikan diri untuk meminjam uang ke salah seorang yang ada disana, hal pertama yang saya tanyakan, “ATM di sini dimana ya mba ?” dia jawab “enggak tau” oke saya kembali bertanya “mbak pulangnya kemana ?”
“Blok M.”
‘Usir rasa malu Aya. Semua hanya sesaat, besok-besok lo enggak akan ketemu dengan orang-orang ini lagi’
“Hmmm, saya juga ke Blok M kok. Mbak,boleh pinjam uang enggak ? saya butuh dua puluh dua ribu, saya mau beli buku the journeys 3, tapi cuma ada uang gocap. Nanti kita pulang bareng, ke blok M, ke ATM.” Saya memasang wajah meyakinkan. Please. Untuk kali ini.
“Kalau dua puluh dua ribu saya ada kok.”
Mba-mba tersebut mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan, dan saya langsung membeli buku tersebut yang ternyata dapat cashback, dan hanya membayar enam puluh lima ribu rupiah. Lima belas ribu saya pinjam uang orang asing.
Yeaaah, saya ikut antri deh di book signing. Yakelessss .. mana tahan, penulisnya lengkap.
Saya pun pulang bersama tiga orang asing yang baru saya temui, mba Resti dan mba .. ah saya lupa namanya, mba-mba yang saya pinjam uangnya. Kami bertiga naik bajaj sampai di blok M, setelah mengembalikan uang yang saya pinjam, kami pun berpisah. Mereka berdua mengantri di loket busway, dan saya keluar menuju terminal untuk mencari bus mayasaribakti jurusan bekasi. Terima kasih.
Mungkin ini the journeys. Perjalanan yang membuat saya menemukan pengalaman baru, orang-orang baru dan pelajaran baru. Dengan satu alasan ‘Ada mereka disana’.



 

2 komentar:

  1. Aih terharu, membaca perjuangannya :') ...dan kamu pun sudah mendapat cerita perjalananmu sendiri. Selamat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah .. waaah ..
      mas Ariev .. sy suka cerita sushi nomor satunya :)
      Makasih banget mas udah mampir, baca, di comment pula :))
      makasiiiih .. :D

      Hapus