12 juli 2013
Random, itu
perasaan yang gue rasain pas lagi nulis tulisan ini. Gue enggak tau harus mulai
darimana. Gue, gue .. Cuma ngerasa jadi manusia terjahat yang ada di dunia. Gue
enggak berlebihan, gue emang jahat.
Gue itu tipe
orang yang cuek. Enggak pernah mau yang namanya peduli, sama apapun yang gue
anggap enggak penting. Walau mungkin, hal yang gue anggap enggak penting itu
sangat penting buat orang lain. Gue juga bingung kenapa gue kayak gini. Tapi
balik lagi, enggak ada yang pernah paham sama diri seseorang selain dirinya
sendiri, bukan ? Ya. Jadi, mau enggak mau dan emang harus, gue pun mencoba
memahami diri gue sendiri.
Gue beruntung
terlahir menjadi seorang Nurhayani,
gue beruntung tumbuh dan besar di kampung Pengasinan,
gue beruntung sempat ngaji di masjid
Abdul latief Asoigh dan mushola
Baiturrahman, gue beruntung bisa sekolah di SDN Pengasinan III, gue beruntung bisa lanjut ke SMPN 2 Bekasi, gue beruntung bisa
sampai di SMK Karya Bhakti-3, gue
beruntung bisa kerja di PT Sanyo Jaya
Components Indonesia, dan gue tetap beruntung masih bekerja di PT Sanyo Electronics Indonesia sampai
saat ini. Ya. Semua adalah keberuntungan.
Dan hal
terpenting yang sering kali gue anggap remeh, sering kali gue sia-siakan,
sering kali gue menjauh, sering kali gue beralasan adalah mereka, kalian,
teman-teman terbaik yang ada di sekeliling gue. Ya. Hal terpenting yang sering
kali gue abaikan. Teman.
Gue benci
dengan kepribadian gue yang cenderung dingin dan cuek. Tapi jujur, gue adalah
pemerhati yang sangat detail. Hanya saja, gue susah untuk memberitahukan bahwa
gue paham tentang mereka, kalian. Gue sering berpura-pura tidak tau menau
tentang sesuatu yang berhubungan dengan teman-teman gue, walau sebenarnya, gue tau
semua tentang hal tersebut. Dan kalian tau ? Itu sangat sulit di lakukan.
Berpura-pura cuek padahal pemerhati yang detail. Tapi gue cuma berpikir, itu
bukan urusan gue dan gue enggak mau ikut campur dalam masalah orang, apapun
itu. Gue mencoba untuk enggak mau tau, apapun. Tapi mereka, kalian selalu
meruntuhkan prinsip gue tersebut. Ya. Mereka, kalian selalu ikhlas berbagi
cerita ke gue, semua hal bahkan. Tapi parahnya, gue sering kali mengabaikan
cerita-cerita tersebut. Jahat, kan, gue ? Kalau ada yang cerita tentang cowok
yang ditaksirnya dan meminta pendapat dari gue, gue akan dengan gampang bilang
“Ya semua tergantung sama lo. Lagian, kalo emang dia jodoh lo, apapun
kendalanya pasti bakalan bersatu.” Udah. Itu doang solusi yang bisa gue kasih.
Kalaupun berlanjut, ujung-ujungnya gue tinggal tidur kalau ceritanya lewat sms.
Besoknya gue bilang, “sori, semalem gue ketiduran.” Clear. Mereka, kalian
enggak akan lanjutin cerita yang terputus.
Gue emang
pendengar yang baik, gue akan memilih meminjamkan telinga gue seharian penuh
daripada harus memberi berbagai macam masukkan untuk menyelesaikan sebuah
masalah. Dan anehnya, mereka, kalian enggan menghindar dari sikap gue itu.
Mereka, kalian yang sering kali punya masalah dan butuh seseorang untuk
berbagi, mau mendengarkan dan berharap mendapatkan solusi memilih gue buat
mecahin masalahnya, memilih gue buat dijadiin tempat curahan semua isi hatinya,
memilih gue buat menjadi orang yang harus menjaga rahasianya. Dan mereka,
kalian tau ? Mereka, kalian salah. Gue bukan orang yang tepat untuk dipilih
dengan segala kekurangan gue dan keegoisan sikap gue. Tapi apah ? Meskipun gue
—masih—bersikap seperti itu, kalian tetap memilih gue. Gue .. gue .. seketika,
gue merasa penting. Gue mau bilang makasih sama mereka, kalian yang sering kali
datang ke gue buat mempercayai masalahnya bakalan kelar, gue mau bilang makasih
sama mereka, kalian yang sering bilang “Kalo udah cerita sama lo, gue agak
tenangan.” Berjuta terima kasih gue ucapkan. Tapi apa mereka, kalian tau, kalau
sebenarnya, mereka, kalian telah memilih orang yang salah. Gue terlalu cuek
kalau harus dijadikan tempat berbagi, ya, gue emang enggak pernah nolak
siapapun untuk cerita ke gue. Tapi enggak jarang juga, gue suka malas
menanggapi. Balik lagi, semua tergantung mood.
Gue selalu
merasa beruntung karena memiliki mereka, kalian. Walau, gue sering kali menarik
diri dan menyibukkan diri dari mereka, kalian.
Banyak banget alasan
yang gue lontarkan untuk menghindari mereka, kalian. Padahal, mereka, kalian
hanya ingin bertemu, nongkrong bareng, ngopi-ngopi dan begadang semaleman. Tapi
gue ? Akan dengan sadis menolak ajakkan tersebut dengan segudang alasan. Tapi
apa mereka, kalian tau kalau sebenarnya gue selalu merasakan rasa kangen akan
kebersamaan itu ? Pasti mereka, kalian semua enggak pernah menduganya. Ya.
Karna gue sendiri sulit untuk dimengerti.
Gue sedih
kalau harus terus-terusan menerima kepeduliaan dari mereka, kalian. Gue yang
egois, tapi selalu dikelilingi orang-orang yang penuh cinta, penuh perhatian
dengan tingkat kepedulian yang tinggi. Ah, menyedihkan sekali gue ini. Mereka,
kalian enggak pernah luput memperhatikan gue. Apapun yang gue lakukan, selalu
mereka, kalian bicarakan. Mereka, kalian tanyakan hasil dari apa-apa yang gue
usahakan, mereka, kalian beri selamat saat gue mendapat keberhasilan, mereka,
kalian selalu siap siaga di sisi gue saat gue ngerasa lemah, dan mereka, kalian
selalu memberi dukungan saat gue ingin menyerah. Oh … untuk kali ini gue harus
bilang, bahagianya menjadi sosok gue.
Inilah arti
sebuah pertemanan di mata mereka, kalian. Tapi bukan dimata gue. Mungkin, gue
adalah orang yang selalu beruntung karena berada di tengah-tengah mereka,
kalian. Tapi mungkin, mereka, kalian adalah orang-orang yang rugi karena
berteman dengan gue.
aku suka kepribadian kmu..
BalasHapusKmu yg terindah..