Minggu, 02 Agustus 2015

Menjemput Jodoh

picture from www.jampang.wordpress.com
Pernah enggak sih beli barang di olshop, terus COD-an, eh tanpa di percaya, kamu sama si yang punya olshop itu jodoh.

Atau mungkin daftar di sebuah open trip, seharian jalan bareng padahal belum saling kenal sebelumnya, langsung nyaman, kemudian ikut trip lagi, eh nikah sama si yang punya trip. #Lho. Maksudnya sama temen yang ikut tripnya.

Hmm .. mungkin juga, selama ini jalan bareng tanpa ada rasa, masing-masing punya pasangan, eh ujung-ujungnya nikahnya sama yang keseringan jalan bareng.

Whatever-lah, kata Rasulullah, jodoh itu hal yang ghaib.

***


Kemarin, budeh gue yang udah nikah lebih dari dua kali berkunjung. Setelah sekian lama enggak ketemu, hal yang langsung gue tanyakan adalah ‘Di Belitung nikah lagi ?’ dan dengan mantap ia menjawab ‘Ya nikah lagi-lah’. Lalu dari dalam kamar, terdengar suara adik gue yang menimpali ‘Tuh, kak, budeh udah nikah berkali-kali, kakak sekali aja belum’

Gue diem. Menghela napas, salah nanya kayaknya gue !

Tapi kemudian budeh gue berkata ‘Kakakmu mah belum niat sih, kalau udah niat, hatinya mantap, pasti udah nikah. Emang udah mau nikah ? udah ada pacarnya ? budeh kenalin aja, mau enggak ? pasti langsung mau dan di nikahin ..’

Gue enggak jawab pakai kata-kata, gue hanya mengeluarkan ‘aaaaaaaaakkkkkkk’ yang panjang, obrolan itu pun berlalu.

Namun diam-diam, gue mencerna kalimat yang di lontarkan sang budeh. Niat. Kemantapan hati. Kepala gue pelan-pelan mengangguk, terdengar suara ‘hmmmm’ di telinga gue sendiri. Apa mungkin, sejauh ini niat dan kemantapan hati benar-benar belum gue rasakan ? atau jangan-jangan gue salah cara, bukannya sibuk memantapkan hati, malah sibuk menyortir pasangan yang kayak apa yang akan gue jadikan suami. Atau .. gue terlalu nyaman menikmati kesendirian dalam pengharapan cinta seseorang, sampai kemudian gue sadar, kami tidak di takdirkan bersama. Aaaarrrgh .. capek sumpah nerka-nerka, jadi manusia sok tahu dengan skenario Tuhan.

Dan pagi ini, gue menonton salah satu tayangan televisi yang berisi tausyiah islami, dan lagi-lagi kebetulan membahas tentang jodoh. Ya, kebetulan !

Di dalamnya gue mengutip kalimat yang manis ‘Buat para pemuda ataupun pemudi yang belum bertemu dengan jodohnya, tidak mengapa ada kecemasan, itu hal yang manusiawi. Namun percayalah, Allah telah menuliskan tentang jodohmu bahkan saat engkau belum di lahirkan. Bersabarlah. Untuk apa buru-buru menikah kalau alasannya hanya karena gerah dengan omongan orang-orang, yang ujungnya nanti malah menimbulkan rumah tangga yang tidak baik ? sabarlah sebentar ! dan menikahlah karena Allah !’

Adem ya ?

Tempo lalu, seorang teman bertanya ‘Mbak Aya, mencintai dan dicintai karena Allah itu kayak gimana sih ?’ gue menggaruk kepala yang sebenarnya enggak gatal ketika mendengar pertanyaan itu, gue enggak dapat menjawabnya dengan cepat.

Mencintai dan dicintai karena Allah ? Entah ! Karena gue rasa, bahkan sampai detik ini, gue pun belum paham, seperti apa mencintai seseorang karena Allah.

Iya ! gue memang menjadikan standarisasi ‘agama’ dalam menerima pasangan. Seenggaknya, gue enggak menginginkan suami yang enggak menjadikan Allah di urutan nomor satu. Rumah tangga memang bisa dibangun bersama, namun dalam urusan agama, umpama sebuah kapal, bagaimana bisa berlayar jika tidak memiliki nakhoda, atau pemimpin yang tidak tahu harus kemana kapal itu berlayar. Gue ingin berdiri satu shaf di belakang seorang laki-laki, menjadi makmum, dan penyeimbangnya. Karena seperti yang dikatakan Rasulullah, dalam memilih seorang wanita untuk di jadikan isteri, ada empat perkaranya, karena kecantikkanya, keturunannya, hartanya dan agamanya. Namun pilihlah yang baik agamanya. Karena itu akan membawa kebaikan bagimu. Karena ia yang baik agamanya, apabila ia mencintaimu, ia akan memuliakanmu, dan apabila ia tidak mencintaimu, ia tidak akan mendzolimimu. Jika Rasulullah berpesan seperti itu dalam memilih wanita, apa para wanita enggak boleh menjadikan standarisasi serupa ? Hanya bedanya, Rasulullah berpesan kepada laki-laki untuk memilih, dan gue sebagai wanita, bukankah punya hak untuk menerima ?

Ini kenapa jadi serius ya ?

Ya .. karena menikah bukan perkara main-main. Menikah adalah gerbangnya ibadah.

Dalam acara tivi yang tadi gue tonton, sang Ustadz berkata, ada 6 hal yang harus dilakukan dalam menanti jodoh. Niat, tawakal, melakukan amalan-amalan baik, jangan berputus asa, merubah pemikiran tentang perjodohan, dan terakhir jangan malu untuk meminta bantuan pada teman.

Dan jangan lupa berdoa. Ngapain sih malu atau gengsi curhat sama Allah. Gue selama belum ketemu sama si ‘jodoh’, gue ngerencanain pernikahannya sama Allah, kok. Gue mau undangan yang kayak begini, mau pake baju begitu, mau di gedung ini, mau beli souvenir kayak begitu, mau ada acara ininya, itunya, mau punya anak segini, dan yang pasti, mau punya pasangan yang kayak .. .. isi sendiri !

Untuk mengakhiri postingan ini, hanya ada dua pilihan untuk kalian yang sudah punya pasangan tapi belum menikah, halalkan atau putuskan !

Buat yang jomblo ? InsyaAllah segera di pertemukan dalam ikatan yang halal ..

1 komentar: