Kamis, 27 Agustus 2015

Kenapa menikah ?

take picture by aan
Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia ciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.
Ar-Rum : 21

*tarik napas panjang*

Membahas soal pernikahan memang selalu menarik. Entah kenapa saya juga sering kali mendapati tontonan televisi (tausyiah islami) yang selalu mengangkat tema ‘pernikahan’. Mungkin kebetulan. Sarana pengingat yang secara tidak langsung membuat saya terdiam sebentar, berpikir lama, lalu tersenyum sendiri.

Menikah.

Sebagai manusia normal, saya rasa di dunia ini tidak ada yang tidak ingin menikah. Menikah memang bukan satu kewajiban dalam hidup, di nilai dari sisi agama, menikah merupakan sunnah Rasulullah. Sunnah yang di dalamnya terdapat banyak amalan-amalan. Sunnah yang hukumnya kemudian bisa menjadi wajib bagi siapa saja yang sudah mampu dan memiliki hasrat birahi yang tinggi, pun sunnah yang bisa berubah menjadi haram jika di niatkan untuk menyakiti orang lain. Islam begitu mulia, menjadi wajib untuk di segerakan agar menghindari perzinaan, menjadi haram untuk di jalani sebagai penghalang untuk tidak saling menyakiti. Namun untuk mereka yang sudah ingin menikah namun belum mampu, maka jadikanlah puasa sebagai bentengnya. Islam, begitu sederhana namun menenangkan.

Seorang teman berpesan kepada saya, ‘Jangan buru-buru, mbak ! Jangan asal comot ! Tapi jangan keasyikan juga sendirinya !’ saya tersenyum sambil mengangguk mendengar kata-katanya. Satu per satu teman-teman di sekeliling saya menyodori saya undangan pernikahan, kadang, tidak munafik, terbesit pertanyaan di dalam benak ‘gue kapan ya ?’ tapi kemudian enyah begitu saja. Menikah bukan ajang gengsi-gengsian karena stress melihat kenyataan teman sebaya sudah menikah. Pun bukan perkara usia yang semakin matang. Bukan. Seperti pembuka postingan ini, tujuan pernikahan selain karena untuk mengikuti sunnah Rasulullah dan untuk beribadah kepada Allah, jelas tertulis dalam Al-qur’an surah Ar-Rum ayat 21, bahwa menikah untuk menjadikanmu merasa tenteram. Lalu bagaimana bisa ketenteraman itu menghampiri kalau sedari awal pernikahan yang kita langsungkan hanya karena malu dengan teman-teman, atau menikah karena sebuah keterpaksaan akibat perzinaan, misal.

Jujur ini bagian dari kegelisahan saya, setidaknya saya beruntung mempunyai dua orang tua yang sembilan puluh persen menyerahkan apa-apa yang ingin saya lakukan kepada saya, selama itu tidak merugikan orang lain, pun diri saya sendiri. Beberapa teman sempat bercerita kepada saya kalau mereka menikah karena desakkan orang tua, yang kemudian dalam pernikahannya begitu suram untuk di ceritakan. Pun dengan beberapa teman yang menikah karena ‘kecelakaan’. Berkali mereka berkata kepada saya ‘gue nyesel nikah sama si ‘dia’’. Well, menikah adalah sebuah pilihan.

Tidak selalu, ada juga beberapa teman yang bercerita bahwa menikah membuatnya begitu bahagia. Seorang teman laki-laki yang biasanya pulang larut, setelah menikah jam tidurnya terkontrol dengan baik. Indahnya, pasangan muda terlihat begitu damai saling membimbing dalam beribadah. Sholat berjamaah, menghafal dan mengkaji isi al-qur’an, merencanakan untuk melahirkan anak-anak yang sholeh dan sholehah. Menyenangkan, kan ?

Kembali lagi, ketika kita ingin menikah, mantapkan hati, lalu tanyakan pada diri sendiri, kenapa ingin menikah ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar