Jumat, 03 April 2015

TENTANG HATI YANG PATAH

take picture of www.vemale.com
“Setiap orang pasti akan mengalami patah hati yang mengubah cara pandangnya dia terhadap cinta seumur hidupnya ..”

Sebuah kutipan yang gue comot dari buku koala kumal, ada di halaman 207 itu ngebuat gue diam beberapa saat. Tanpa permisi sebuah ingatan yang menjalar pelan-pelan menyusup menjadi sebuah perasaan yang entah apa gambarannya, karena terlalu rumit jika di jelaskan.
Gue enggak paham apa itu cinta pertama, kebanyakan berkata kalau cinta pertama tidak harus pacar pertama.

Ketika gue SMA, gue pernah begitu sangat mencintai seorang laki-laki, laki-laki yang awalnya hanya sebatas orang yang gue kagumi. Enggak perlu di jelaskan apa yang membuat gue begitu menyukainya, karena toh, ketika kita jatuh cinta, jatuh begitu saja tanpa menunggu pertanyaan ‘kenapa ?’. Kelemahan gue dalam mencinta, gue selalu melibatkan hati. Kekaguman gue akan sosoknya dijadikannya hal iseng yang berbuntut patah hati sepihak. Laki-laki itu menyambut bangga perasaan gue, perasaan yang berawal kagum lalu lama-lama berubah menjadi cinta, mungkin. Kita resmi terikat dalam status pacaran di bulan berikutnya. Buat gue, itu sebuah hal yang luar biasa. Ya, tidak bisa di ingkari, wanita sering kali terbuai akan perasaannya sendiri.

Sebuah kalimat, ‘kita jadi adek kakak aja ya’ gue terima dengan hati yang teriris-iris. Saat itu, gue patah hati.

Berbulan-bulan mata gue enggak pernah kering, berbulan-bulan hari-hari gue penuh drama, berbulan-bulan gue masih berharap laki-laki itu kembali.

Ketika seseorang pergi, percayalah, akan ada pengganti yang datang. Kalimat itu tepat untuk gue di putih abu-abu. Waktu itu gue kelas dua SMA, karena gue sekolah di sekolah kejuruan, gue pun dapat tugas untuk Praktek Kerja Lapangan selama kurang lebih tiga bulan. Dalam masa patah hati yang panjang itu, gue masuk ke sebuah perusahaan, menjadi anak magang yang bertugas menginput berbagai data, memfotocopy dokumen-dokumen, berkirim fax, dan bermain-main dengan dunia yang baru. Sedikit banyaknya, patah hati itu terabaikan, hanya sesekali hadir saat gue lengah. Menjadi anak magang membuat hari-hari gue penuh dengan warna, warna yang memang seharusnya ada dalam kehidupan siswi SMA.

Dan lagi, gue bertemu dengan seorang anak laki-laki yang bestatus sama dengan gue, anak magang di perusahaan tersebut. Laki-laki yang tinggi badannya hanya beda satu sampai dua centimeter dengan tinggi badan gue, laki-laki yang gue tahu begitu menyukai gue setelah kita berpacaran. Saat itu gue mengerti kalau gue picik. Gue menjadikannya obat dari patah hati sebelumnya. Gue bermain-main dalam urusan perasaan.

Enggak sampai satu minggu, kita putus. Gue yang menyudahi semuanya, gue enggak bisa untuk terus beriringan dengan seseorang yang begitu menyukai gue, tapi enggak gue sukai. Karena gue berpendapat, hubungan yang akan bertahan adalah hubungan yang sama-sama kuat. Kuat dalam mencinta ataupun dicinta.

Saat itu pun, gue patah hati.

Lalu, patah hati yang seperti apa yang sebenar-benarnya patah hati ? karena mencintai ataupun dicintai, keduanya sama sama menimbulkan patah hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar