Jumat, 29 Mei 2015

SAAT SAAT REMAJA

picture from http://eigarebyu.blogspot.com/2013/12/catatan-akhir-sekolah-2005.html?m=1

*) Diatas bumi ini ku berpijak
Ada jiwa yang tenang di hariku
Tak pernah ada duka yang terlintas
Ku bahagia
Ingin ku lukis semua hidup ini
Dengan cinta dan cita yang terindah
Masa muda yang tak pernah kan mendung
Ku bahagia
Dalam hidup ini arungi semua cerita indahku
Saat-saat remaja yang terindah tak bisa terulang
Ku ingin nikmati segala jalan yang ada di hadapku
Kan kutanamkan cinta tuk kasihku agar ku bahagia

Saya mengulangi bagian yang ini ‘dalam hidup ini arungi semua cerita indahku, saat-saat remaja yang terindah tak bisa terulang’ lalu berhenti bernyanyi, sebuah kalimat terlontar dari mulut saya kepada beberapa orang yang pada saat itu ada di sekitar saya, ya, mereka mendengarkan saya bernyanyi bahkan sesekali masuk ke dalam lagu yang sedang saya nyanyikan, kami bernyanyi bersama.

‘Tuh dengar, saat-saat remaja yang terindah tak bisa terulang’ ucap saya. Saat itu, kalimat dari sebuah lagu yang saya nyanyikan ternyata terpikirkan oleh seorang teman. Dia diam sebentar, lalu bertanya ‘saat-saat remaja yang indah, enggak bisa ke ulang. Mbak Aya, saat-saat remajanya indah, enggak ?’ saya menjawab dengan tawa ‘indah dong, eh, sekarang juga aku masih remaja’. Dia protes ‘Ih mbak Aya, remaja itu masa sekolah, pokoknya usia sebelum 17 tahun’ saya lagi-lagi tertawa ‘Terus, sekarang aku masuk ke dalam saat-saat dewasa, dong ? Ah, aku maunya remaja terus’ Kali ini dia yang tertawa.

Percakapan itu tidak berakhir sampai kami tertawa bersama. Gadis yang belum dua bulan saya kenal itu kembali membahasnya di hari berikutnya.

‘Mbak Aya, Yesi kepikiran deh sama kata-kata mbak Aya’ gelisahnya ketika kami bertemu di hari yang berbeda ‘Kata-kata yang mana ?’ Penasaran saya. ‘Kan, mbak Aya bilang, saat-saat remaja enggak bisa terulang. Nah, saat-saat remajanya mbak Aya indah, Yesi ..’ dia menggantung kalimatnya, saya tetap diam, menunggunya kembali berkata ‘Yesi ngerasa saat-saat remaja Yesi enggak indah, enggak kayak orang-orang’ Saya tersenyum dengan mengeluarkan suara di pangkal tenggorokkan, masih tak berkata-kata ‘Mbak Aya cerita, mbak Aya bolos sekolah, mbak Aya pernah pacaran, pokoknya orang-orang yang bandel selalu punya cerita-cerita seru’ saat itu tawa saya pecah, lalu saya tersadar akan sesuatu dalam kalimatnya ‘Jadi, aku bandel dong, yah ?’ gadis itu ikut tertawa mendengar seruan saya.

‘Hmmm .. menurut kamu, saat-saat remaja yang gimana sih, yang menyenangkan ?’ saya mulai memasuki kegelisahan yang dirasakannya, gadis itu melirik saya, lalu berpikir sejenak sebelum menjawab ‘Ya, orang-orang, kan, waktu sekolah pernah bolos. Yesi enggak pernah, mbak. SD, SMP, SMA, Yesi masuk terus. Orang-orang pada pacaran, Yesi enggak. Soalnya sekolah itu kepenginan Yesi, Orang tua Yesi dulu enggak ngebolehin Yesi lanjut SMA’ saya tak sabaran, saya memotong kalimatnya ‘Lho, kenapa ?’ gadis itu dengan jujur menjawab ‘masalah biaya, mbak’ saya mengangguk pelan, lalu kembali berkata ‘Orang tuamu nyuruh kamu sekolah sampai SMP, tapi dunia memberi kamu kesempatan sampai jenjang perkuliahan, kamu hebat’ dia diam beberapa detik.

‘Oh ya, selama kuliah pernah enggak masuk ?’ tanya saya lagi. ‘Kalo kuliah pernah, mbak’ jawabnya singkat. Diam-diam, saya kagum pada kemauan kuat yang dimiliki gadis itu. Pikirkan saja, orang tuanya memintanya mengenyam pendidikan sampai SMP, namun lihat, beberapa bulan lagi gelar sarjana akan di dapatkannya. Ada perasaan bersalah yang menyelinap pelan-pelan di hati saya, kenapa saya harus bernyanyi lagu Melly goeslaw yang berjudul ‘ku bahagia’ itu, kenapa juga saya harus berkata ‘Tuh dengar, saat-saat remaja yang terindah tak bisa terulang’. Hah ! Huft ! Saya menghela napas pelan, menelan ludah yang menyangkut ditengorokkan, dan memulai berpikir keras, bagaimana caranya memberikan pengertian tentang ‘saat-saat remaja yang menyenangkan’ kepada seorang gadis yang merasa saat-saat remajanya tidak menyenangkan.

Saya berdehem satu kali ‘Begini .. hmmmm .. mungkin iya, buat aku, saat-saat remaja yang indah itu tentang hal-hal yang sedikit ‘menyimpang’, misal, kayak bolos sekolah, pacaran, masuk mall sambil makan gorengan, nonton bioskop sepulang sekolah, nongkrong bareng teman-teman dan hal-hal yang pada saat itu memang menarik untuk dilakukan ..’ gadis itu sesekali melirik untuk menatap saya, saya menjeda kalimat saya, mencoba memberinya celah, tapi gadis itu tak berkata apapun ‘Tapi ..’ lanjut saya ‘setiap orang lahir, datang maupun hadir dengan ceritanya masing-masing. Mungkin saat-saat remaja aku seperti itu, saat-saat remaja kamu, pun, yaa .. seperti itu. Gimana, yaa ? Hmmm .. Gini, aku kasih contoh, saat remajanya Alitt Sutanto. Alitt seorang penulis, saat remajanya, enggak, saat kecilnya dia habiskan untuk membantu eyangnya di sawah, kalau enggak salah. Waktu itu, setiap dia punya keinginan, dia harus bantu eyangnya di sawah dulu, kerja keras, baru apa yang diinginkannya di wujudkan sama eyangnya. Dia pernah nulis, saat teman-teman sebayanya pergi ke mall buat beli handphone-handphone terbaru, dia cuma bisa ngumpulin brosur-brosur handphone, brosur-brosur itu dibawa pulang, dia pandangin sambil bilang ‘nanti gue beli yang kayak begini, iya, nanti gue pasti beli’. Dan ya, karena kerja kerasnya, mengisi hari-hari remajanya dengan ketekunan, pada saat ini, Alitt jadi salah satu penulis terkenal, bahkan semua gadget-gadget yang ada di brosur yang dulu ia kumpulin bisa dengan gampang dibelinya. Uhmmmm .. Mungkin saat-saat remajanya Alitt enggak seru, enggak asik, dalam sudut pendang orang lain, tapi bisa saja, saat-saat remaja yang seperti itu jauh lebih ‘menyenangkan’. Kamu paham ?’ Gadis itu mengangguk, lalu berkata ‘Yesi sama kayak Alitt’ Saya menghela napas lega, mengangguk dengan senyum ‘Yesi mau kayak Alitt, sukses’ Saya mengangguk lagi ‘Tapi Yesi juga mau kayak mbak Aya, ngelakuin banyak hal, saat-saat remajanya menyenangkan’

Deg.

‘Oke. Kalau emang hal-hal itu enggak kamu lakukan di saat remaja, kenapa enggak dilakukan sekarang ?’ kami berdua saling tatap .. lalu tertawa.

***

Seorang teman pernah berkata kalau dirinya lebih senang mendengarkan ketimbang bercerita (di dengarkan). Diam-diam, hal itu terpikirkan oleh saya. Bahkan ya, dalam agama yang saya yakini pun, sering dikatakan lebih banyaklah mendengar daripada berbicara. Semalaman saya tidak bisa tidur memikirkan hal tersebut, kenapa ? Karena saya begitu menyukai keduanya.
Tapi kemudian, bagian dalam diri saya menyimpulkan, mendengarlah lebih banyak, lalu buatlah filter tentang bagian mana yang harus dibagikan.
Ya, karena sampai kapan pun, mendengarkan atau menceritakan selalu menjadi hal yang menarik dalam hidup saya.





nb : *) lirik lagu Melly goeslaw -ku bahagia-

postingan diatas telah disetujui oleh Yesi, seorang teman baru yang memberikan saya satu kegelisahan tentang kegelisahannya. Terima kasih, Yesi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar