DENGAN ISLAM
SATU
Kurasa ini terlalu sulit, kadang aku berfikir tentang salahku namun semua hanya menambah beban pikiranku. Tuhan .. apa yang harus aku lakukan, aku tak ingin meninggalkan dunia ini karena sudah berkali – kali aku mencobanya dan berkali – kali pula Kau menggagalkannya. Kini aku mengerti maksudMu, bahwa Kau ingin membiarkanku tetap hidup. Usiaku masih 17 tahun, tapi beban hidupku begitu berat. Hari ini tepat tiga tahun hubunganku dengan Morgan Sinaga, aku pikir ia akan selalu ada untukku dan akan menjadi orang yang selalu menyayangiku tapi ternyata salah, tahun ketiga hubungan kita ia bahkan memutuskan ku di saat aku sangat membutuhkannya. Bukan hanya itu, ia pun berselingkuh dengan Mishel sewaktu masih menjadi pacarku. Mamah, papah aku sangat merindukan kalian. Calista namaku, saat ini aku duduk di kelas tiga SMA, orang tuaku sudah meninggal lima bulan lalu. Ayah meninggal terkena serangan jantung saat mengetahui bahwa perusahaannya bangkrut, sedangkan ibu meninggal karena merasa tidak kuat harus hidup susah dan sering sakit – sakitan. Ironisnya aku memiliki keluarga besar yang kaya raya, akan tetapi mereka sibuk dengan urusannya masing – masing hingga lupa dengan adanya aku dan adikku yang malang. Kini aku dan adikku bertahan hidup di sebuah rumah sederhana yang di beli mamah saat masih hidup. Aku bekerja dengan penuh semangat untuk bertahan hidup, sepulang sekolah aku menjaga warnet hingga petang, malamnya aku menjadi pelayan cafe dan pulang sangat larut. Aku adalah sosok yang sangat lemah, berkali – kali mencoba bunuh diri akan tetapi berkali – kali pula aku gagal. Aku harus hidup, aku harus hidup untuk adikku yang malang, untuk orang tuaku di surga dan untuk membuktikan kepada tante juga om ku bahwa aku bisa bertahan.
“kakak, besok datang ya kesekolahku. Ada rapat wali murid” pinta Bobi nama adikku yang malang.
“sayang, kamu belum tidur ? lihat sudah hampir pagi, tidur ya besok kakak janji akan datang ke sekolahmu” Ucapku pada malaikat kecilku, kekuatanku.
Tuhan .. beri aku kekuatan untuk bertahan, adikku masih terlalu kecil untuk mengerti semua ini, usianya baru 7 tahun dan saat ini ia masih kelas dua sekolah dasar.
Usai menungguku dan memintaku untuk datang ke sekolahnya esok hari, ia terlelap tidur. Hari – harinya begitu sepi, aku selalu menitipkannya pada bu Aisyah tetangga kami walaupun berbeda agama tapi ia sangat baik dan Bobi pun merasa senang dengannya.