Jumat, 18 Juli 2014

Satu hari saja

Images taken from www.tohazakaria.com
Bagaimana jika pada tanggal 22 nanti, tidak ada yang mau menjabat sebagai presiden Indonesia ?

Bagaimana jika pada tanggal 22 nanti, serangan Israel kepada Gaza berhenti ?

Mari kita bayangkan, tak hanya dua hal tetapi banyak hal. Bayangkan kalau kehidupan ini hanya tersisa satu hari. Bagaimana dua kandidat calon Presiden Indonesia itu sama-sama mundur dari jabatan yang akan di dudukinya. Mereka saling merangkul, duduk berhadapan dengan secangkir kopi hitam yang masih panas di hadapan masing-masing. Membahas banyak hal dengan tawa sesekali di obrolan mereka. Tak ada lagi perdebatan tentang siapa pemimpin dan siapa rakyat ? tak lagi peduli dengan hasil menang ataupun kalah. Untuk apa ? toh, besok, kehidupan ini akan berakhir. Semua akan kembali kepada pencipta-Nya. Jadi untuk apa ? hanya tersisa satu hari.

Kebaikan menyebar kemana-mana. Semua orang sibuk berbuat baik. Tak ada peperangan dimana pun. Gaza aman, semua penghuninya bebas beribadah setiap detik. Tak pernah terdengar lagi hujan senjata di tengah cahaya matahari. Tak ada lagi tubuh-tubuh lemah tak berdaya di tanah suci itu. Semua sibuk menyiapkan bekal untuk hari esok. Hari dimana kita semua akan menghadap Tuhan.

Jika hanya tertinggal satu hari saja. Bayangkan, tidak ada kebencian. Semua orang yang berhutang tak lagi mempunyai hutang karena di anggap lunas oleh si pemberi hutang. Untuk apa ? hanya tersisa dua puluh empat jam saja. Harta yang di usahakan dalam hitungan tahun tak lagi memiliki arti. Rumah berlantai-lantai ataupun kantor dengan banyak ruangan itu tak lagi penting. Semua orang yang duduk sebagai pemimpin, mengulurkan tangannya, memberi bantuan kepada bawahannya. Tak lagi ada batasan. Tak ada lagi celah. Semua sama.

Tidak ada lagi hari esok. Media sosial mendadak sepi. Terlupakan oleh para penikmatnya. Foto-foto yang biasa di pamerkan untuk memperlihatkan status sosial kepada public seolah tak berguna. Kata-kata yang terangkai untuk memberikan penjelasan tentang siapa yang terbaik, bagai sampah yang tak lagi di butuhkan. Semua terhenti, saling rebut untuk menasihati tentang satu dua hal untuk mencari penilaian siapa yang bijak itu kandas. Buat apa ? detik terus berputar. Dua puluh empat jam itu mulai berkurang.

Kata maaf meluber, tak penting lagi sebesar apa kesalahan di tengahnya. Mereka yang selingkuh ataupun di selingkuhi saling tersenyum hangat dengan penyesalan dalam kata maaf. Mereka yang tersakiti dalam satu hubungan dan di liputi dendam saling meredam tanpa amarah. Tidak ada emosi. Semua orang berlomba dalam kebaikan. Jujur dalam tulus perbuatan. Bukan lagi memilki tujuan tertentu untuk sebuah pencitraan.  Karena buat apa ? esok, semua akan berakhir.

Jadi, bayangkanlah, jika hanya tersisa satu hari saja.


Nb : Ide cerita di kutip dari buku Hidup berawal dari mimpi (Fahd & Bondan Prakoso feat fade2black)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar