Kamis, 13 November 2014

5 MENIT

“Ay, itu anak-anak lagi pada ngomongin eloh. Mereka bilang kalau yang ngambilin daleman yang lagi di jemur itu eloh. Terus ada juga yang bilang, katanya eloh yang tiap malem ngeraba-raba badan anak-anak, soalnya, kan, eloh doang yang enggak punya pacar diantara kita. Tapi gue .. gue percaya, lo─”

“STOP ! Anjirrrrrrr ! gue di fitnah ! brengsek ! ini pasti si Annabelek yang nyebar gossip. Biar gue santet tuh orang sampe mampus !”

Keesokkan harinya.

Aya cekikikan puas saat dengar berita kalau Annabelek enggak bisa kentut. Santetnya berhasil.

“Gila, lo, Ay, anak orang di bikin kembung” Syahrendang membuka pembicaraan ketika keduanya sedang nongkrong di dalam toilet. Ya, mereka berbicara dalam perbatasan dinding toilet umum.

“Dia yang main api, rasain asapnya. Gue enggak peduli” terdengar bunyi preeeeeet dari balik pintu penuh update-an curahan hati itu.

“Sampai kapan lo bikin Annabelek kayak gitu ?” suara keran berhenti menetes, Syahrendang keluar dari bilik kubus itu.

“Entahlah” Aya yang sudah berdiri sambil melenggak-lenggok di depan cermin berlalu, meninggalkan Syahrendang dengan bertumpuk pertanyaan.

**

Di kosan.

Annabelek yang lagi tengkurep lemah terus berkomat-kamit, menyebut berbagai macam ayat suci yang di bisanya. Gadis berambut panjang yang selalu di kepang dua itu sudah pasrah dengan takdirnya. Ia serahkan semuanya kepada Tuhan.

“Lo kenapa, Lek ?” Aya yang berdiri diambang pintu berpura polos.
“Gue enggak apa-apa, Ay. Tuhan lagi sayang sama gue” ucap Annabelek dengan senyum. Aya tersentak, (masih aja sok alim) desisnya dalam hati.
“Oh iya, Ay. Ada yang mau gue kasih tau ke lo” Annabelek meraih ponsel yang ada di bawah bantalnya.
“Gue udah dengar gossip soal jemuran yang ilang itu, juga anak-anak yang ngerasa di gerayangin. Mereka nuduh, lo, kan ? Ini, gue enggak sengaja, pas bangun di sepertiga malam buat salat, gue ngeliat ini. Gue rekam semua disini. Gue harap, perbuatan gue ini bisa bikin lo maafin gue atas kesalahan yang lalu. Kesalahan karena gue keceplosan bilang ke Syahrendang kalau lo keabisan daleman di musim ujan” Aya mengambil ponsel dari genggaman tangan Annabelek yang lemah, perlahan, Aya membukanya, dan sebulir air mata mengawali aliran deras di wajahnya.
“Jadi, yang selama ini nyuri daleman itu si Syahrendang ?”
Annabelek berusaha mengangguk.

**

Serius ! Gue enggak pernah nyuri daleman siapa pun. Sumpah !

Aya dalam cerita absurd diatas begitu emosi, gegabah dan asal tebak. Padahal, andai dia paham, bahwa menyelesaikan masalah tak melulu harus dengan emosi, mungkin, akhirnya kebenaran itu akan terbuka dengan sendirinya.

5 menit saja. Diam. Tenangkan pikiran ketika emosi sedang memuncak. Atau ambil celah, memberi jarak dari emosi yang menggebu. Menimbang-nimbang, perkataan apa yang baiknya di keluarkan, atau tindakan apa yang seharusnya di lakukan. Tujuannya satu. Supaya tidak ada penyesalan di akhirnya.

Gue akuin, mengendalikan diri, apalagi emosi, enggak bisa dikatakan mudah. Rasanya, ribuan kata kasar siap meluncur bagai peluru tanpa jeda. Menghancurkan tanpa pandang sasaran yang tepat. Meletup-letup untuk sampai di puncak kepuasan. Dan pada saat itulah, makhluk bernama ‘setan’ berpesta pora untuk merayakan hadirnya teman baru. Seorang yang memalingkan diri dari rasa sabar.

Mengendalikan diri memang susah, tapi, susah tidak berarti tidak bisa, kan ? Jika kita memutuskan untuk belajar secuil demi secuil ‘menjadi orang baik’, berjanji untuk berusaha ‘tidak menyakiti’ siapapun, percayalah, hati kita akan selalu hidup untuk mengingatkan saat kita akan berbuat kesalahan. Ia akan menjelma menjadi rem cakram yang menyumpal pangkal tenggorokkan kita untuk berpikir ulang dalam meluncurkan kata. Juga menjadi alarm peringatan dalam setiap perbuatan.

Enggak ada yang gampang. Pun, tidak ada yang tidak mungkin. Kecuali kematian. Gue pasti bisa, begitu juga dengan kau. Kita. Kami yang memilih untuk terus belajar menjadi ‘orang baik’ tanpa pernah merasa ‘lebih baik’ dari siapapun.

Jika diam adalah teguran paling keras, apa kata-kata kasar dengan intonasi tinggi masih perlu ?

Diam. 5 menit saja.

3 komentar:

  1. sarapannya 2 postingan baru

    sebenernya mau baca naskah yang itu
    sebelum terbiat dan bejejer di rak buku deretan bestseller.... amiiinnn
    (kan keren tuuh)
    hahhhhaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaaaaah hardi .. .. doamu di jumat pagi begitu indah ..

      terimakasih telah menjadi alasan, kenapa gue harus tetap menulis ~T_T~

      Hapus
  2. ayaa yang barunya manaa
    ����������

    BalasHapus