2005. Saya ingat, untuk pertama
kalinya saya mulai memproklamirkan diri bahwa cita-cita saya ingin menjadi
‘penulis’.
Cita-cita yang tercetus dari
mulut seorang anak berusia tiga belas tahun pada saat itu. Menulis adalah hal
mendasar untuk setiap manusia, sejak kecil, saya meyakini, semua manusia
diajarkan untuk menulis. Menginjak remaja, ketika satu hari saya di pinjami
sebuah buku yang disebut teman saya novel, saya tidak suka membaca apalagi
menulis, tapi, teman saya terus saja menyodori novel ‘tebal’ itu kepada saya.
‘Oke. Oke. Gue pinjam!’ kata saya
akhirnya, novel itu saya bawa pulang, enggak untuk dibaca, tapi saya biarkan di
dalam tas sekolah. Satu malam, hati kecil saya memerintah untuk membuka novel
tersebut, dan saat itu pula, ketika saya membaca halaman pertama dan
seterusnya, saya seperti tersedot ke dalamnya. Saya masuk ke dunia yang
berbeda, dunia seorang penulis. Setelah rampung membaca novel itu, selanjutnya,
membaca menjadi kegemaran saya. Seperti yang sering dikatakan kebanyakan orang,
biasanya orang yang gemar membaca, senang juga untuk menulis. Pelan-pelan, saya
mencoba menulis, menulis yang enggak biasanya saya tulis. Menulis sebuah
cerita, cerita panjang dengan tokoh-tokoh yang saya ciptakan sendiri. Sampai
detik ini, menulis, menjadi bagian tak terpisahkan dari diri saya.