Kegagalan adalah keberhasilan
yang tertunda, katanya. Namun, jika boleh mengubah sedikit saja dari pepatah
tersebut, kegagalan merupakan puing-puing perjalanan yang akan kita rindukan
saat keberhasilan tengah kita rasakan. Mungkin seperti itu bagi saya. Konyol
kedengarannya, gagal kok dirindukan. But,
I like anyway.
Seharusnya, ya, seharusnya saya
menuliskan hal tersebut ketika saya tengah berhasil. Seharusnya, namun, kalau
harus menunggu saat itu, entah kapan tulisan ini akan beredar. Ini bukan
berarti saya tidak berhasil. Karena berhasil hanyalah bonus dalam sebuah
perjalanan.
Rasanya semakin saya menikmati
setiap perjalanan penuh kegagalan dalam meraih impian, membuat saya terbiasa
dengan sebuah ‘kegagalan’. Sama halnya ketika saya mulai menikmati setiap
kesasaran dalam perjalanan-perjalanan saya. Saya menikmatinya.
Karena bukankah, kebahagiaan itu
berlandaskan dengan rasa cukup ? Begitu-lah hal yang pernah saya dengar dari
salah seorang editor di penerbit, Jakarta, Windy ariestanty. Dan saya sangat
amat membenarkannya.