Rabu, 30 April 2014

Saat gue bangun tidur dengan gelar baru ‘seorang isteri’

Menjelang bulan mei udah numpuk aja undangan di atas kasur, iya, undangannya gue bawa tidur, yakali kebawa mimpi terus jadi ketularan. Who knows ? Iya, kan ?

Mei.

Ipeh (teman SMA gue, satu kelas, dekat banget, sampe nama gue di tulis di daftar ‘turut mengundang’) doi nikah tanggal 3 Mei 2014. Teman dekat, keluar gocap sampe cepe mah, belom ongkos. Ya, kalau gue ngasih sejuta, entar susah balikinnya. #eeh.

Mbak Retno (temannya teman gue, nge-aad gue, enggak sengaja kenal di jejaring sosial) sama kayak Ipeh, doi nikah tanggal 3 Mei 2014. Kemungkinan besar sih gue enggak dateng, ya, bentrok sama Ipeh. Gue kan mau jadi dayang-dayangnya ipeh, kan enggak mungkin gue tiba-tiba ngilang dari sisi Ipeh. Jadi, kemungkinan besar cuma doa yang bisa gue kirimkan. –enggak apa-apa mbak Aya enggak dateng, yang penting amplonya sampe- Lho !

Yanti (teman SMA gue juga, sempat satu genk, duduknya tepat di belakang gue) doi nikah tanggal 19 Mei 2014. Ah, gue pengangguran, enggak punya alesan buat enggak dateng lantaran kerja. Iya, tanggal 19 itu hari senin. Otomatis gocap keluar lagi. Tapi berhubung gue lagi enggak kerja, ceban enggak masalah kali ya, iya, dimasukin amplop pake nama ‘hamba Allah’. Mati gue kalo dia orang baca.

April (masih teman SMA gue juga, emang satu kelasnya cuma enam bulan doang. Tapi kita sempat satu genk meeeeen, genk rusuh di awal masuk SMA) ibu guru cantik ini nikah tanggal 24 Mei 2014. Nah, lagi nengok dompet, masih ada sisa enggak ya di tanggal segitu ?

Aya apaan sih ? Kenapa nge-list orang-orang yang mau nikah ?

Sikap.

Pernikahan adalah bagian dari ibadah, menurut agama yang gue anut seperti itu. Terus kenapa lo enggak nikah-nikah, Ya ? Mampus Aya … mau jawab apa ??

Kelak semua orang akan bertemu dengan jodohnya masing-masing. Ya, kalau enggak ketemu di dunia, toh masih ada alam akhirat. Karena pada dasarnya, semua makhluk di ciptakan berpasangan. Jadi, enggak usah khawatir atau buru-buru nyari sembarang orang buat di ajak nikah. Enggak. Enggak usah begitu.

Buat yang sudah mendaftar ke KUA ataupun yang sudah lebih dulu menikah, selamat karena sudah menemukan dan di temukan oleh tulang rusuknya. Dan buat yang belum mendaftar atau bahkan belum terlihat tanda-tanda calonnya, ya sabar, enggak usah menghalalkan segala cara buat menemukannya. Sibukin diri dengan memperbaiki diri saja.

Menikah buat seorang wanita adalah gerbang menuju surga, ehem *selempangin jilbab*. Kenapa ? karena ketika seorang wanita menikah, maka surganya ada di suaminya. Ya, wanita yang ketika meninggal dunia dan suaminya ridho akan kematiannya, ia berhak atas pintu surga yang diinginkannya. Tentu, pasangan yang bagaimana dulu, bukan sembarangan. Pasangan yang menikah berlandaskan Allah. Cinta yang terukir dalam setiap embusan asma-Nya. Menjadikan pernikahan sebagai langkah mengharapkan ridho-Nya, bukan karena nafsu dunia doang. Membangun rumah tangga bersama, mendirikan pondasi keimanan dalam keteguhan cinta karena Allah. Karena, yang namanya rumah tangga enggak pernah sederhana, yang sederhana ya rumah makan padang (sesat karena ILK).

Menikah bukan soal, lo cinta sama dia, dan dia cinta sama lo. Jadi. Nikah. Enggak sesederhana itu, pun enggak sesulit yang dibayangkan. Iya. Oke. Oke. *angkat tangan* gue emang belum nikah, tapi gue belajar untuk memahami hakekat pernikahan, pun, menyimak cerita-cerita dari beberapa orang teman yang udah lebih dulu menikah.

Buat wanita, menikah juga satu kehormatan pun keberuntungan, ah, bayangin aja, kelak, perbandingan wanita dan pria itu akan menjadi 6 : 1. Bukan. Bukan kelak, tapi sudah dari sekarang, mungkin. Nah, makanya, wanita-wanita yang sudah menikah patut berbahagia karena mereka adalah wanita-wanita terpilih. Tepok tangan sambil nangis kejer !!

Tapi gini, gue menyayangkan beberapa sikap yang di keluarkan oleh segelintir-segelintir wanita yang sudah menikah, mereka berkicau di jejaring sosial tentang keburukan suaminya. Ah, jejaring sosial sering kali disalahkan. Sebenarnya bukan ‘dumay’nya yang salah, tapi para penggunanya. Well, gue emang enggak ngerti apa yang melatar belakangi para isteri itu menjadi seperti itu. Mungkin mereka lelah, atau entahlah, gue enggak bisa menyimpulkan. Karena setiap orang pastilah mempunyai masalah yang berbeda. Dan, gue enggak mau sesumbar berkata ini ataupun itu, entar ujung-ujungnya gue juga bakalan kayak mereka. Marah-marah di jejaring sosial, kayak gini :

Kesel banget gue sama suami gue. Masa dia enggak ngerti-ngerti sama kode yang gue kasih. Gue kan lagi kangen tingkat dewa. Dia malah ngelus-ngelus perut gue doang. Nyapa calon anak kita. Sebel. Sebel. Sebel.

Misalnya .. ..

Terus, inti dari postingan ini apaan, Ay ?

Intinya, para wanita yang ketika terbangun dengan gelar ‘isteri’ itu pastilah sangat menyenangkan. Karena ada dua hal terpenting di dalam kehidupan seorang wanita.
Pertama, saat ia menjadi seorang isteri.
Kedua, saat ia menjadi seorang ibu.

Dua predikat yang membahagiakan kaum hawa. Setinggi apapun karier seorang wanita, lebih membahagiakan ketika ia berada di rumah bersama dengan dua orang anak dan suami yang mencintainya. Sehebat apapun seorang wanita, lebih membahagiakan ketika ia bisa memasak di dapur, dan menghidangkannya di pagi hari untuk anak-anak dan suaminya. Fine, gue ngerti, zaman telah berubah menjadi modern. Ada jasa pembantu, ya, kalau duitnya berjubel itu juga. Tapi balik lagi, gue rasa, enggak ada perintah Allah yang enggak berdampak baik. Kelak,kalau gue udah nikah pun, gue berharap bisa juga menjadi wanita yang mempunyai penghasilan sendiri. Enggak cuma minta dari suaminya.

Aya mau nikah ? Kapan ???

Ah, kan. Ya, akhir kata gue cuma bisa bilang ..

Jadilah rumah untuk suami dan anak lo, rumah yang selalu di tuju untuk mereka kembali. Sejauh apapun mereka pergi, sesibuk apapun kegiatan mereka, ujungnya, mereka akan tetap pulang. Kembali ke rumahnya.






NB : Gue lagi stuck nulis naskah yang enggak terbit-terbit, maka terciptalah postingan ini. Doakan ya, biar naskah gue selesai, urusan jadi buku apa enggaknya biar Allah dan penerbit beserta jajarannya yang memutuskan. Jangan lupa, doain gue cepat nikah. Makasih berat udah baca, salam pake nyengir :D

6 komentar:

  1. ya...itu suatu budaya yang baik, itung-itungan nyimpen..emang susah klo lg bokek, tp paling enggak klo kita 'berusaha' ikhlas, pasti dibalas kok...hehehe..

    salam kenal,
    NMS

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nyimpen yee .. hehehehe
      Terimakasih sudah mampir ;)

      Nandian M .. gue lupa panjangannya ..

      Hapus
  2. AMIN
    AAMMIIINN
    AAMMMIIINNN
    AAAMMIIINNNNN

    BalasHapus
  3. Gak enak jg ya jd yang blm nikah sendiri
    Tp itulah hidup, harapan mau nikah cepet gak sesuai dgn kenyataan blm punya pasangan hehehe
    Semoga cpt dipertemukan dengan jodohnya mbakk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di aamiinin atas doanya ..
      Terimakasih buat kunjungannya :D

      Hapus