cerita air mata

menurut kebanyakan orang, aku adalah sesuatu yang biasanya di hindari. Pun menurut ia, gadis biasa yang kadang menjadikanku luapan perasaannya. Sore itu, aku mengintip di balik kelopak matanya, aku tahu kalau ia sedang tersenyum. Ia terpilih menjadi salah satu peserta yang akan mengikuti workshop yang di persembahkan oleh sebuah produk shampo. Itu karena aku.

Beberapa bulan lalu, aku tak bersembunyi di balik kelopak matanya seperti saat ini. Aku ingat, malam itu, aku mengalir deras, memaksa keluar dari kelopak kelopak yang terus menahan agar aku tak bisa keluar. Namun sayang, pertahanan itu tak cukup kuat untuk tidak aku jebolkan. Aku jatuh, menetes, lalu lenyap perlahan, namun tak pernah mati. Aku mengerti kesakitan yang sedang di rasakan gadis itu, jelas terasa dengan semakin kuatnya aku mengalir dari sudut sudut matanya. Hari itu, yang aku tahu ia sedang gagal, bukan gagal yang sebenarnya menurutku. Karena gagal, pada dasarnya tidak pernah ada bagi siapa yang mencoba. Aku terus mengalir tanpa henti, karena aku memang tak pernah kuasa untuk mengambil alih, aku seperti gelombang yang akan bergerak sesuai mata angin. Dan ia adalah sang mata anginnya. Ia duduk menghadap layar, jari jemarinya menari di atas huruf huruf yang terukir di kotak kotak berwarna hitam. Aku tahu, ia sedang bercerita. Aku tak dibiarkannya untuk berhenti, aku semakin buncah keluar dari kedua matanya. Kedua bahu gadis itu bahkan terguncang dengan isakkan yang memilukan. Aku memang tak bersalah, aku hanyalah jembatan untuk menyeberangi sebuah kegelisahan. Gerakkan jarinya tiba tiba terhenti, lalu telapak tangannya terangkat, menyisirku dengan cepat. Aku pecah, seperti kaca yang jatuh terlempar, menjadi kepingan yang tak lagi utuh. Tapi ingat, aku tak pernah mati. Aku masuk, karena ia sudah memerintahkanku untuk beristirahat.

Cerita itu, kegagalan itu, yang aku temani tanpa lelah telah berbuah manis sekali. Karena cerita itu, karena keteguhan gadis itu, dan karena aku, ia mendapatkan suatu kebahagiaan.

Malam ini, aku masih bersembunyi di balik kelopak matanya. Aku akan mengalir jika ia mengizinkan, sekarang, bolehkah aku mengatakan, keluarkanlah aku kapanpun, dimanapun. Tapi jangan pernah menghindariku. Aku adalah sesuatu yang akan melengkapi kebahagiaan.