Selasa, 10 Juni 2014

(bukan) kekurangan

"Aku pengin banget berubah mba, aku benci sama kepribadian aku yang kayak gini. Gimana ya caranya, mba Aya ?" Ucap seorang teman yang hampir dua minggu ini saya kenal. Gadis berjilbab yang memiliki tubuh tinggi semampai.

"Kenapa mau berubah ?" Tanya saya singkat sambil terus memperhatikan wajahnya, siang itu, kami sedang duduk bersama di satu ruangan yang biasa di gunakan untuk karyawan baru menerima materi trainning di tempat kerja saya yang baru. Gadis itu terdiam beberapa detik, wajahnya beralih, tak sedikit pun melihat ke arah saya, padahal saya tau, ia hanya tidak berani menatap saya.
"Aku susah banget buat bersosialisasi sama orang, padahal, kadang, aku pengin ngobrol gitu mba, ya tapi susah, makanya aku sering ngerasa enggak nyaman. Kayak sekarang ini, aku cuma berani ngomong sama mba Aya doang, walaupun disini banyak orang. Aku enggak bisa mba. Aku tuh gerogian banget jadi orang, dan kalau aku udah gerogi, semuanya kacau. Apalagi nih mba, kalau sekarang aku di suruh maju ke depan, berdiri di depan orang banyak, haduuuuuh .." gadis itu menggelengkan kepalanya, lalu kembali melanjutkan kata-katanya "Jujur aku pengin banget ngubah kepribadian ini, aku pengin belajar jadi orang yang cerewet. Aku sering nanya gimana caranya jadi orang cerewet ke orang-orang yang dekat sama aku, tapi ya gini" saya tersenyum, hebat, itu penilaian saya. "Aku punya teman SMA, waktu masih SMA, dia persis kayak kamu, apa ya namanya, gerogian, gugup, takut, panikanlah ya lebih tepatnya, setiap ada tugas persentase, dia pasti panik banget, berbagai cara dilakuin supaya bisa tenang, tapi nihil. Dia tetap panik. Sampai memasuki masa perkuliahan, dia bilang gini ke aku 'Aya, sekarang gue udah mulai berani kemana-mana sendirian, enggak bergantung sama orang, enggak maluan, dan gue kemaren abis persantase di kelas, sendirian' katanya bangga. Mungkin, kamu cuma perlu 'situasi kepepet' yang akan ngebuat kamu keluar dari kepribadian kamu yang sebenarnya. Tapi kenapa sih ? Jadi orang pendiam itu, bukan hal yang buruk menurut aku" gadis itu mendecakkan lidahnya, matanya yang sayu tak sengaja melirik saya, lalu kembali tertunduk "Aku itu minderan banget mba jadi orang" saya mengerutkan kedua alis, minder katanya, kenapa ? Dia gadis yang cantik dimata saya. Ah sayang, percakapan itu terputus begitu saja ketika seorang laki-laki setengah baya masuk ke ruangan itu dan mengambil alih semua perhatian. Tak ada lagi kelanjutan percakapan itu, karena minggu selanjutnya gadis itu berbeda jam kerja dengan saya.
Ini bukan kali pertama otak kiri saya usil mengamati, mungkin ya, mulut saya menanggapi setiap kata yang keluar dari bibir tipis gadis itu, juga pikiran saya yang mencerna kalimat-kalimat yang mewakili perasaannya. Namun ada bagian lain dalam diri saya yang berperan menjadi pengamat. Dan siang itu, sang pengamat tak sedikit pun mau beralih dari apa yang sedang di amatinya.
Apa yang salah dengan 'orang yang pendiam' ? Bagi saya, ini bukan masalah berubah ataupun ingin berubah. Gadis itu hebat di mata saya, bahkan saya kagum dengan keberaniannya mengakui kekurangannya. Kekurangan menurutnya, namun kelebihan menurut saya. Bukankah orang hebat adalah orang yang mengenali dirinya sendiri ? Seperti gadis itu yang paham seperti apa kepribadiannya. Sebenarnya, saya sempat berpikir keras dan bertanya-tanya, kenapa saya ? Coba pahami, gadis itu mengatakan kalau dirinya susah untuk bersosialisasi dengan orang lain, apalagi dengan orang yang baru di kenalnya, namun simak, betapa terbukanya ia ketika menjelaskan 'permasalahan batin'nya kepada saya. Saya percaya, ia hanya sedang mencari sepasang telinga yang mau mendengar, bukan satu mulut yang meluncurkan berjuta nasihat.
Bagi saya, ia tetap gadis yang hebat. Tak banyak orang yang tahu seperti apa dirinya sendiri, bahkan banyak yang tak pernah benar-benar mengenal 'gue ini siapa'. Tapi gadis itu, ia mengerti 'seperti apa' dirinya.
Ini bukan soal bagaimana gadis itu bisa menjadi sosok yang cerewet ataupun pendiam, ini hanya soal bagaimana ia bisa menyatu dengan dirinya sendiri. Dan menurut saya, itu bukan hal yang mudah. Tak beda jauh, saat ada orang asing yang tiba-tiba bercerita kepada saya, bukan soal saya suka ataupun tidak untuk mendengar dan menanggapinya, tapi kadang, mendengarkan hanyalah nama lain dari menghargai, terlepas dari peduli ataupun tidak peduli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar