Senin, 30 Juni 2014

Dirasakan

“Bahwa berjalan adalah cara bertahan hidup yang manusia tahu sejak dulu, kalau lo diam, ya, lo akan mati perlahan”

Tak pernah, dan memang tidak bisa sepertinya untuk saya lupakan jawaban di atas dari sebuah pertanyaan ‘kenapa melakukan perjalanan ?’. Bukan. Itu bukan kalimat ‘logis’ yang keluar dari mulut saya, pun pertanyaan itu tak di peruntukkan kepada saya. Seseorang bertanya kepada beberapa orang, dan dari beberapa orang yang mendapatkan pertanyaan itu, seseorang memberikan jawaban tersebut. Jawaban yang tak mungkin bisa untuk saya lupakan sejak kali pertama saya mendengarnya.


Saya pernah mengatakan, bahwa saya suka berjalan, namun saya bukan pejalan. Sepertinya saat itu saya keliru, bukankah pejalan adalah orang yang suka jalan ? mulai detik ini, saya memproklamirkan diri saya sebagai pejalan.

Perjalanan bagi saya pribadi adalah ruang dimana saya bisa menemukan banyak ketidak tahuan, seperti yang di katakan windy ariestanty, seorang editor dan penulis buku perjalanan, bahwa perjalanan adalah menemukan ketidak tahuan. Saya sangat amat membenarkannya. Perjalanan membawa saya pada fase yang hanya mereka yang melangkah-lah yang akan menemukannya. Ketidak tahuan.

Dalam langkah, satu langkah yang saya gerakkan, semakin membuat saya mengerti, bahwa hidup begitu menyenangkan, dan tak ada alasan untuk tidak di syukuri. Bukankah bahagia hanya dapat dirasakan, tanpa perlu kita mencarinya ? dan saya merasakannya dalam setiap langkah kaki saya. Kemana ? kemana pun. Dimana ? dimana pun. Karena jika banyak yang menyimpulkan kalau bahagia itu sederhana, bagi saya, lebih dari sekadar sederhana, ketika saya mengerti, bahwa hidup selalu memberi tanpa harus saya memintanya. Seperti saya yang di ciptakan untuk melihat keindahan dunia ini.

Hutan mati di papandayan, garut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar