Sabtu, 14 Juni 2014

Harga mati sebuah kehidupan

Apa kata yang tepat untuk protes terhadap waktu
Rhyme style apa yang pas untuk demo sedih diriku
Air mataku sanggup katakan lebih banyak
Daripada pesan yang di sampaikan semua kata

Lagu RIP dari Bondan prakoso feat fade2black sayup-sayup terdengar.

Yoo .. yo capital A.N double much respect fo ya
Kau selalu karyakan beat untuk lima ber-lima
Meski jarak terbentang ambisi bukan halangannya
Roda dua F1Z menghempas debu bogor-jakarta

Lirik itu saya kenal sejak SMA, saya jatuh cinta sekali dengan lagu itu, tak ada alasan pasti. Saya menyukainya.

Sahabat terbaik dalam mengejar mimpi
Teman terhebatku untuk dapat berdiri
Kawan yang tepat untuk sharing hal-hal kecil
Kuping yang pas untuk
Untuk dengar rima cypress hill

Tidak. Saya sedang tidak ingin mempersembahkan lagu itu untuk siapapun, hanya tak sengaja terdengar.

Hari-hari yang kan ku jalani kini semua kan terasa sunyi
Walau hampa pasti kuhadapi
Ku ucapkan selamat jalan

Jika ingin di bayangkan, menyenangkan bukan, jika kelak kita pergi, akan ada yang mendendangkan lirik lagu itu untuk kita. Seseorang telah merasa kehilangan, dengan demikian, kita termasuk orang yang penting menurut seseorang tersebut.

Entah apa yang ingin saya tulis, beberapa hari lalu, sebuah bisikan masuk, bisikan yang tak bisa saya tolak untuk tidak di dengar.

Harga mati dari sebuah kehidupan, adalah kebahagiaan. Kalau kamu enggak bahagia, buat apa hidup ?

Lalu sebuah jawaban menjawab bisikan tersebut, jawaban yang membentuk pertanyaan, dan kembali membutuhkan jawaban.

Bahagia ?

Bahagia bukan perkara duduk di dalam lamborghini putih atau pun mengayuh sepeda ontel. Bahagia pun bukan soal memiliki pasangan yang sempurna atau tidak memiliki pasangan hidup. Dan perkara bahagia juga bukan bagaimana kamu bisa duduk di balik meja kantor di dalam sebuah gedung tinggi atau cuma berada di sebuah bagunan yang belum jadi sebagai kuli bangunannya. Dan masih banyak jika ingin di jabarkan.

Tapi satu hal yang pasti, kebahagiaan adalah harga mati dalam sebuah kehidupan. Tak bisa lagi di tawar, tak ada negosiasi untuk hal itu, bagi saya. Terserah, apapun yang menurutmu bahagia, ambilah kesimpulannya sendiri.

Hidup hanya berjarak adzan dan iqamah. Sangat singkat, itu yang saya pahami. Lalu, jika di pakai seperempat untuk mengeluh, mendengki dengan apa yang orang lain miliki, membenci kepada seseorang yang telah menyakiti kita, atau berpikir keras untuk terlihat sempurna di depan orang lain. Kapan kebahagiaan itu dapat kita akrabi ?

Sayang bukan, kesempatan yang hanya sekali itu ?

Jika ada harga mati dari sebuah kehidupan, bagaimana dengan sebuah kematian ? Hal yang kadang terlupakan, meski tak berjarak sedikitpun dari sebuah kehidupan. Dekat, sangat dekat. Pertanyaan sederhananya muncul, apa setelah kematian, kebahagiaan itu masih bisa di dapatkan ? Jawabannya, entahlah.

Tak perlu terlalu jauh, detik ini, saat napas masih berembus, jantung masih berdetak dan kedua mata masih mampu berkedip. Kenapa kau masih merasa tidak bahagia ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar