Seseorang berkata kepadaku ‘jika kau mencintainya, lepaskanlah !’ ketika aku sedang merasa bahwa cinta yang selama ini ku pertahankan tak akan pernah menjadi nyata. Aku menarik napas panjang, mengembuskannya perlahan, rasanya, baru saja aku merasakan hatiku di cabut. Bagaimana tidak, aku diminta untuk melepaskan apa yang selama ini ku pertahankan.
Jumat, 19 Desember 2014
Minggu, 07 Desember 2014
JUMAT
Ini jumat ke dua ratus empat puluh, jemariku menggenggam spidol merah, melingkari kalender yang ku buat sendiri di dalam sebuah note bersampul senja. Sebuah bunyi beep mengalihkan perhatianku dari tumpukkan lingkaran merah di dalam note itu. Aku meraih ponsel, mengetik beberapa kata. Mengirimnya ke deret angka tak bernama. Singkat saja. Pesan itu berisi satu kalimat empat kata.
Jangan lupa salat jumat.
Minggu, 30 November 2014
9 di 23
“Kamu bawa CV ?” gue mengangguk ketika seseorang yang baru gue temui setelah dua jam mondar-mandir di salah satu rumah sakit swasta terbesar di daerah bekasi menyapa gue dengan tatapan heran. Beberapa orang yang ada di ruangan bertulis ‘ruang gizi’ di depan pintu itu spontan menatap ke arah gue.
“Iya. Saya di suruh nemuin ibu Mita (nama samaran) di bagian gizi” jelas gue santai.
“Kamu mau ngelamar kerja ?” gue ngangguk sekali lagi mendengar suara yang keluar dari sosok wanita setengah baya berseragam serba putih.
“Enggak ! Saya enggak mau ! Saya enggak mau nerima. Kamu, kalau mau ngelamar kerja yang sopan dong. Pakai kemeja putih, bawahan hitam. Pulang sana. Besok kesini lagi ! Pakai pakaian yang sopan. Masa ngelamar kerja pake beginian ? mau kemana kamu ?”
Kamis, 13 November 2014
5 MENIT
“Ay, itu anak-anak lagi pada ngomongin eloh. Mereka bilang kalau yang ngambilin daleman yang lagi di jemur itu eloh. Terus ada juga yang bilang, katanya eloh yang tiap malem ngeraba-raba badan anak-anak, soalnya, kan, eloh doang yang enggak punya pacar diantara kita. Tapi gue .. gue percaya, lo─”
“STOP ! Anjirrrrrrr ! gue di fitnah ! brengsek ! ini pasti si Annabelek yang nyebar gossip. Biar gue santet tuh orang sampe mampus !”
Kalau gede nanti, gue mau jadi cantik.
Susan, susan, susan
Besok gede mau jadi apa
Aku kepingin pinter
Biar jadi dokter
Besok gede mau jadi apa
Aku kepingin pinter
Biar jadi dokter
Nah, Susan aja punya cita-cita. Ya, masa gue enggak. Zaman gue SD, gue selalu menulis ‘Presiden’ di kolom cita-cita (titik dua), karena di benak gue yang seorang anak kecil, Presiden adalah orang nomor satu di sebuah Negara. Kalau jadi Presiden, gue enggak punya lagi atasan. Semua terserah gue. Selesai.
Selasa, 04 November 2014
Pernah ada
Bedanya, dulu kita begitu lepas untuk sekadar tertawa bersama, pun bercerita. Tapi sekarang untuk bertegur sapa saja seperti ada rasa sungkan.
Jujur, sebulir air menetes dari sudut mata saya ketika membaca personal messenger yang ada di dalam contact aplikasi android milik saya. Salah seorang teman menuliskan dua kalimat tersebut. Tak peduli kalimat itu di peruntukkan untuk saya ataupun tidak, saya tak memikirkan hal itu. Namun, sepercik kerinduan melesat tak terelakkan. Ingatan saya menyusup, memaksa untuk memutar mundur canda tawa ataupun duka lebay di masa lalu. Masa dimana semua selalu baik-baik saja, masa dimana kecanggungan tak perlu berperan sebagai pembatas, masa dimana waktu selalu tak pernah habis untuk di lewati bersama.
Senin, 27 Oktober 2014
Malam minggu yang beruntung
Malam itu mereka memang sedang tidak ada di hotel berbintang lima, enam atau sepuluh. Dua anak manusia yang memisahkan diri dari rombongannya itu duduk di puncak gunung dengan kilauan bintang yang tak terhitung jumlahnya, lebih indah dari hotel berbintang yang berupiah tinggi.
“Gue selalu senang kalau nanjak sama lo” si laki-laki bertubuh kurus tiba-tiba mengeluarkan kalimat tersebut di sela obrolan mereka, kalimat yang membuat gadis berjilbab di sebelahnya terdiam dalam sesak.
Kamis, 09 Oktober 2014
ITU TALKSHOW
“Ya, nanti yang ngisi tausyiah, kamu, ya ?”
Deg.
Gue yang lagi kerja langsung membeku sesaat ketika suara itu bertengger di telinga gue.
“Lah, kok saya ? Yang lain aja, pak, yang lebih waras dari saya kan banyak”
“Yang lebih waras emang banyak, tapi kalau ada yang lebih murah kenapa enggak ?”
Aduh. Enggak. Enggak gitu jawaban pak Ridwan─salah seorang atasan gue waktu nguli di Sanyo─ gue enggak di bayar kok buat jadi orang ‘bener’.
“Udah. Kamu aja, nanti kalau enggak ada bahannya, biar saya yang cariin, saya tulisin, kamu tinggal baca doang.”
“Iya. Tapi kenapa saya ? Kenapa enggak mereka ? atau dia ? atau siapa-lah ? kenapa harus saya ?” tanya gue sok dramatis.
“Masa gitu aja enggak berani. Pokoknya besok kamu yang tausyiah”
Sabtu, 27 September 2014
KOSONG
gambar ini diambil di lantai dua artotel hotel |
Seperti tekanan tombol pause, beberapa saat aku merasakan semua terhenti
Pertanyaan-pertanyaan retorik menumpuk, berlomba untuk minta di dengar
Suara tenang yang menggelegar dari dalam mikrofon masjid selalu membawa rindu yang tak tau seberapa dalam
Ingatanku mengambil alih situasi, semua rasa berkecamuk dalam batin yang ku rasa mati
Senin, 15 September 2014
HELM HELLO KITTY
“ini ngapain beli gosokan, Pak ?” tanya Maa ketika membuka kresek hitam yang Paa bawa sepulang kerja.
“tadi ada orang yang nawarin, dua puluh ribu, kasian dia enggak punya ongkos” jawab Paa sambil membuka satu persatu kancing kemeja kerjanya.
Minggu, 14 September 2014
TRAVELER
enak banget sih ay, bisa jalan kemana-mana, gue masih di sini-sini ajah
Sebuah pesan masuk dalam aplikasi blackberry messenger saya, sebuah pesan yang mengomentari Personal Message yang saya buat beberapa menit sebelumnya. PM yang berisikan ‘iya mama, mau ke flores sama Tibet. Mikirin kok soal pernikahan *nyengir*’
Saya tak langsung membalas isi pesan tersebut, selain memang saya sedang mengedit draft postingan baru, saya pun diam-diam memikirkan jawabannya. Dalam pemikiran soal jawaban tersebut, sebuah foto dengan testimony entah siapa pengeluarnya, foto yang di tag dalam Path oleh seorang teman saya melesat dalam ingatan. Benar juga, batin saya.
take picture of anwar syaiful on path |
KAU di PRAU
‘jangan pernah sekali-kali naik gunung, karena setelahnya akan menagih untuk kembali’
Bukan kalimat yang salah, sebagian orang yang melabeli dirinya sebagai pendaki pasti membenarkan pernyataan tersebut.
Prau, diambil dari kata Prahu. Gunung yang terletak di dataran tinggi Dieng tepat di perbatasan Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Gunung dengan ketinggian 2.565 mdpl.
Minggu, 24 Agustus 2014
SELAMAT ULANG TAHUN INDONESIA (Ketika mengerti untuk menghargai alam dari baduy dalam)
Kenali zamannya, alami suasananya dan kenang pengamalannya. Kau akan mendapati lebih dari yang kau temukan.
Kalimat itu saya temukan sabtu pagi di dalam gerbong kereta commuter
line. Kata-kata yang mengendap dalam ingatan saya, kata-kata itu tertulis di
dalam sebuah buku yang saya dapati dari sebuah acara yang di adakan oleh
traveler kaskus pada bulan puasa lalu. Saya baru membacanya di sabtu pagi,
sabtu dimana saya akan mengintip Jakarta.
Jumat, 08 Agustus 2014
pengingat
kadang, macet tanpa permisi mengundang kenangan. diam di dalam mobil yang ada di tengah-tengah jalan tol dengan pikiran melayang. perlahan, mantan pun terbayang.
itulah pengingat, kapan aja, dimana aja, dan dari siapa aja.
jadi, hampir dua bulan ini, gue sama sekali enggak bermesraan dengan keyboard. iya, keyboard komputer, ya masa piano. gue bukan temen duetnya bang roma. yang isi liriknya sahut-sahutan. 'pak guru, not ini apa namanya ?' | 'yang mana ?' | 'yang ini .. tenonenononeno' | 'mi so to mi so to mi' … … iya, gue laper tengah malem.
Minggu, 03 Agustus 2014
MENGINTIP JAKARTA
Jujur. Entah mengapa belakangan ini rasa malas begitu besar menguasai diri saya. Malas dalam segala hal. Segala hal sudah pasti mencakup semuanya. Semua tanpa terkecuali.
Saya percaya dengan ungkapan yang entah siapa pencetusnya, bahwa musuh terbesar adalah diri sendiri. Ketika saya harus melawan rasa malas yang hadir karena izin yang masuk dari diri saya, itu bukan hal yang mudah. Saya butuh banyak pemikiran lebih untuk bisa mengubur dalam-dalam penyakit yang hanya ada pada diri sendiri penawarnya.
Minggu, 27 Juli 2014
Tinggalah lebih lama
Take a picture of www.douberry.info |
Sampai bertemu kembali lebih enak di dengar di telingaku
Tiga puluh hari kau pilih sebagai patokan kau bertamu
Tiga, yang kau bagi menjadi tiga
Bisakah tetap tinggal, aku masih ingin menjamu
Tak cukup jika hanya tiga yang kau bagi tiga
Tiga pertama kau beri kesempatan padaku untuk meraih rahmat
Tiga kedua kau mempersilakanku untuk memohon ampun
Tiga ketiga kau ajak aku untuk terbebas dari panas yang teramat
Aku pakai tiga pertama untuk menyusun rentetan acara
Aku isi tiga kedua dengan kesibukan dunia
Dan di tiga ke tiga, aku terdiam dengan satu rasa
Sesal.
tinggalah lebih lama
Beberapa detik saja dari tiga puluh yang kau habiskan
Kehadiranmu menumbuhkan rindu
Kepergianmu menyisakan haru
Meski kemenangan telah baru
Jumat, 18 Juli 2014
Satu hari saja
Sabtu, 05 Juli 2014
kau harus tahu, sei.
Banyak yang mengatakan kalau kau tak akan terlupakan maupun tergantikan. Ya, kau harus berbangga hati karena aku membenarkannya.
Kamis, 03 Juli 2014
Kita tetap jadi rakyat, kan ?
Cieeee .. LIMA hari lagi pada mau nyoblos nih.
Jujur, sekuat-kuatnya gue nahan jari-jari lentik gue buat enggak nulis soal ‘beginian’, akhirnya lemah juga. Pertahanan gue jebol. Padahal sejak lampau gue tahan benar-benar buat enggak nulis soal kabar yang jadi trending topic mulu, tapi gue lemah, guys. Topik ini terlalu bikin gue gemas untuk di lewatkan. Bisikan-bisikan sesat yang selalu gue abaikan setiap kali bergeming di otak liar gue, akhirnya tak lagi mampu untuk gue tolak.
Senin, 30 Juni 2014
Dirasakan
“Bahwa berjalan adalah cara bertahan hidup yang manusia tahu sejak dulu, kalau lo diam, ya, lo akan mati perlahan”
Tak pernah, dan memang tidak bisa sepertinya untuk saya lupakan jawaban di atas dari sebuah pertanyaan ‘kenapa melakukan perjalanan ?’. Bukan. Itu bukan kalimat ‘logis’ yang keluar dari mulut saya, pun pertanyaan itu tak di peruntukkan kepada saya. Seseorang bertanya kepada beberapa orang, dan dari beberapa orang yang mendapatkan pertanyaan itu, seseorang memberikan jawaban tersebut. Jawaban yang tak mungkin bisa untuk saya lupakan sejak kali pertama saya mendengarnya.
Tak pernah, dan memang tidak bisa sepertinya untuk saya lupakan jawaban di atas dari sebuah pertanyaan ‘kenapa melakukan perjalanan ?’. Bukan. Itu bukan kalimat ‘logis’ yang keluar dari mulut saya, pun pertanyaan itu tak di peruntukkan kepada saya. Seseorang bertanya kepada beberapa orang, dan dari beberapa orang yang mendapatkan pertanyaan itu, seseorang memberikan jawaban tersebut. Jawaban yang tak mungkin bisa untuk saya lupakan sejak kali pertama saya mendengarnya.
Minggu, 29 Juni 2014
Tamu istimewa
Maafkan aku karena tak menyambutmu di hari pertama. bukan, bukan aku lupa akan kehadiranmu, bahkan aku sudah mempersiapkan diri untuk menyambutmu sejak jauh jauh hari. kau boleh percaya ataupun tidak, terserah saja.
Senin, 23 Juni 2014
cinta kepada CINTA
cinta : 'CINTA, aku jatuh cinta, tapi cinta sepihak, aku mencintai seseorang yang tak pernah peduli kepadaku'
CINTA : 'apa yang membuatmu bisa mencintai orang seperti itu, cinta ?'
CINTA : 'apa yang membuatmu bisa mencintai orang seperti itu, cinta ?'
Jumat, 20 Juni 2014
Filosofi lampu jalanan
Take picture of www.priskaskriva.blogspot.com |
Belajar pada rentetan lampu jalanan, mereka tak indah di lihat saat pagi, siang ataupun sore, hanya karena, memang bukan pada saat itu waktu milik mereka. Namun lihatlah ketika malam, mereka menyala bagai kunang-kunang di tengah kegelapan. Indah, bukan ?
Saya suka lampu jalanan. Sejak lama. Saya menyukai malam, pun sejak lama. Saya pernah bertanya ke seorang teman beberapa tahun yang lalu 'itu apa ? Kok bagus' kedua mata saya menangkap kerlip cahaya yang entah berasal darimana, malam itu, saya duduk di balik tubuhnya di atas motor.
'Itu lampu' jawabnya singkat.
Saya tak lagi bertanya apapun, tak ingin mengganggu teman saya yang mungkin sedang fokus membawa sepeda motor miliknya, ya, malam itu kami pulang kerja.
Lampu. Keindahan yang saya lihat itu 'hanya' lampu. Memang bukan hal yang fantastik atau apalah namanya, namun, ketika itu saya sadar, semua memang akan indah pada waktunya. Seperti kerlip cahaya dari lampu-lampu itu yang indah di malam hari. Ya, semua memang ada waktunya, kau tak bisa memaksakannya. Apapun. Namun, meski kau tak bisa memaksakan waktu, kau bisa untuk menghargainya. Maka waktu akan menghargaimu.
Seperti cinta, tak pernah bisa di deadline kapan ia harus datang, dan kapan pula ia harus pergi.
Seperti impian, tak pernah bisa di terka, kapan menjadi nyata, atau selamanya hanya mimpi.
Dan kau, cukup mempercayainya, bahwa semua ada waktunya.
Sabtu, 14 Juni 2014
Harga mati sebuah kehidupan
Apa kata yang tepat untuk protes terhadap waktu
Rhyme style apa yang pas untuk demo sedih diriku
Air mataku sanggup katakan lebih banyak
Daripada pesan yang di sampaikan semua kata
Lagu RIP dari Bondan prakoso feat fade2black sayup-sayup terdengar.
Yoo .. yo capital A.N double much respect fo ya
Kau selalu karyakan beat untuk lima ber-lima
Meski jarak terbentang ambisi bukan halangannya
Roda dua F1Z menghempas debu bogor-jakarta
Lirik itu saya kenal sejak SMA, saya jatuh cinta sekali dengan lagu itu, tak ada alasan pasti. Saya menyukainya.
Jumat, 13 Juni 2014
Definisi 'orang baik'
Take picture of www.delphin-indonesia.com |
"Emang menurut kamu, orang baik itu seperti apa ? Dan yang gak baik itu kayak gimana ?" Saya terdiam, tiba-tiba lidah saya beku untuk berkata-kata, otak saya lumpuh dalam beberapa menit. 'Aya, itu cuma pertanyaan sederhana dari apa yang lo keluhkan, kenapa lo enggak bisa jawab ?' Saya membatin. Tapi saya masih diam, kedua mata saya melirik ke wajah seseorang yang menatap saya sesekali.
"Ya, semua baik, tapi .." saya benar-benar tidak bisa melanjutkan kalimat itu, tak mampu menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang kemudian membuka pemikiran saya untuk memahami lebih luas.
Selasa, 10 Juni 2014
(bukan) kekurangan
"Aku pengin banget berubah mba, aku benci sama kepribadian aku yang kayak gini. Gimana ya caranya, mba Aya ?" Ucap seorang teman yang hampir dua minggu ini saya kenal. Gadis berjilbab yang memiliki tubuh tinggi semampai.
Minggu, 08 Juni 2014
Pagi
Saya lupa, kapan saya mulai menyukainya, 'waktu' yang sering kali di maki oleh sebagian orang. Mungkin orang-orang itu punya alasan masing-masing kenapa mereka membenci pagi. Tak terpungkiri, saya pasti pernah memaki 'waktu' dalam pergantian hari itu.
Kamis, 05 Juni 2014
surat untuk 'mantan pengangguran'
Kepada kau yang sedang berbahagia dengan segala kecukupan yang kau syukuri.
Hari sabtu kemarin aku melihatmu berjalan tergesa-gesa masuk ke sebuah mall, aku pikir kau sedang mengejar waktu salat, karena yang aku tahu kau hanya akan berjalan secepat itu karena dua hal, untuk mengejar waktu salat dan memburu pintu toilet. Kau menuruni satu persatu anak tangga menuju parkiran dengan langkah yang cepat, dugaanku pasti benar, kau sedang mengejar salah satu dari dua hal itu, atau mungkin keduanya.
Aku mengabaikanmu, tapi beberapa menit kemudian, kau keluar dari sebuah toilet dengan pakaian yang berbeda. Ya Tuhan, kau mau kemana sore itu ? Ya Tuhan, kau masih sering melangkah seorang diri, kau memang aneh.
Sabtu, 31 Mei 2014
Katanya sih, ‘kata hati’
Ngeliat jadwal di atas ngebuat gue monyong, ya, itu acara enggak ada yang pengin gue lewatin, ya palingan gue abaikan. Enggak. Enggak. Serius enggak, ya, berhubung gue baru resmi kembali menjadi wali (wanita kuli) di salah satu pabrik daleman bonafit. Lupa, daleman tivi maksudnya, ya. Mau enggak mau, dan emang nyata enggak nyata, gue kembali masuk ke dalam zona pergi pagi pulang gelap, lima hari dalam seminggu. Terus jakartabookfair yang event kerrrren banget ini harus gue lewatin cuma gara-gara gue sibuk pengenalan dengan daleman, alias trainning ? Ini enggak bisa di biarin. Walaupun berubahnya status gue dari pengangguran ke buruh pabrik, gue tetap pencari workshop menulis gratis.
Jumat, 30 Mei 2014
Menemukan
'Karena buat saya, perjalanan adalah menemukan ketidak tahuan.’
Kata-kata itu bagai mantra yang menghapuskan semua tujuan yang tertumpuk di benakku. Aku suka jalan, tapi aku bukan pejalan.
Dulu, aku selalu memiliki tujuan ketika akan melakukan perjalanan. Bukan, tujuan yang kumaksud bukan tempat, melainkan sesuatu yang ingin ku dapatkan. Namun belakangan, semakin aku melangkah, semakin aku paham, pergi dengan membawa tujuan tak jauh lebih menyenangkan ketimbang pergi tanpa membawa tujuan tertentu.
Unpredictable.
Senin, 26 Mei 2014
cerita air mata
menurut kebanyakan orang, aku adalah sesuatu yang biasanya di hindari. Pun menurut ia, gadis biasa yang kadang menjadikanku luapan perasaannya. Sore itu, aku mengintip di balik kelopak matanya, aku tahu kalau ia sedang tersenyum. Ia terpilih menjadi salah satu peserta yang akan mengikuti workshop yang di persembahkan oleh sebuah produk shampo. Itu karena aku.
Jumat, 16 Mei 2014
surat untuk pengangguran
kepada kau, yang tak pernah lelah untuk mencari kerja
kemaren sore, tanpa sengaja aku mendengar lagu dangdut yang dinyanyikan oleh Rhoma irama, aku tak begitu ingat judulnya, tapi ada sedikit lirik yang aku ingat, begini liriknya seribu satu macam bidang pekerjaan dari pengamen sampai jadi presiden. seribu satu macam cara orang mencari makan dari menjual koran sampai menjual kehormatan. ada cara yang halal dan ada cara yang haram. tinggal pilih mau yang mana, tapi semua akan di pertanggung jawabkan di hadapan Tuhan dan manusia. banyak orang yang bilang cari yang haram saja sudah susah apalagi yang halal. banyak orang berkata yang jujur pasti hancur karena zaman ini sudah edan, jujur pasti enggak makan. stop ! jangan kau bayangkan aku yang sedang berdendang dengan lirik itu, tapi simak setiap kata yang ada di dalamnya.
Kamis, 08 Mei 2014
kekasih tak dianggap
Images taken from www.widhopoenya.com |
malam jumat. iya, malam jumat, tapi enggak tau kenapa tiba tiba gue inget mantan. tunggu ! tunggu ! lo punya mantan, Ya ?
menurut lo ?
gue, zaman sekolah sering gonta ganti pacar. iya, itu bohong. ya, gue enggak mau sombong kalau harus nyebutin mantan gue satu per satu. toh, banyak mantan bagi seorang wanita bukan hal yang harus dibanggakan, bukan ?
Selasa, 06 Mei 2014
Lebih dari sekadar jejak pemandu wisata
(cerita cinta sepulang dari Bangka)
Ini kisahnya, gadis berjilbab dengan senyum yang terlihat manis saat mengembang di wajahnya. Pagi itu dengan takzim aku menyimak kisahnya.
Rabu, 30 April 2014
Saat gue bangun tidur dengan gelar baru ‘seorang isteri’
Menjelang bulan mei udah numpuk aja undangan di atas kasur, iya, undangannya gue bawa tidur, yakali kebawa mimpi terus jadi ketularan. Who knows ? Iya, kan ?
Jumat, 25 April 2014
menuju kembali
gambar diambil dari brain-psychoneuron.blogspot.com |
tak pernah ada kata terlambat untuk sebuah perubahan,
setidaknya itu yang aku tahu. akan ada satu titik dimana seseorang akan
merasakan bahwa ia harus berubah. menjadi ini ataupun itu, menjadi apa yang menurutnya
harus membuatnya berubah.
aku tak ingin berubah, bisikan kecil itu terngiang di dasar
telingaku, bisikan lirih penuh kejujuran. aku memang tak ingin berubah.Minggu, 20 April 2014
Setidaknya, sekali di dalam hidupmu, cobalah untuk mendaki gunung
Satu ketika di papandayan
Jika ada skala satu sampai sepuluh untuk menilai seberapa travelernya diri anda, berapa angka yang anda pilih ?
Oke. Saya berikan beberapa detik untuk kalian memikirkan jawabannya, silakan berhenti sejenak !
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Senin, 14 April 2014
cerita cinta dari dalam mushola
Selasa, 08 April 2014
Ketika aku memandang dengan ‘kacamata’ hati
© aya Bangku kosong di trotoar senayan |
Anggap saja aku bukan aku. Bahkan aku sendiri tak mengerti mengapa aku tiba-tiba menjadi seperti ini. Mungkin, aku hanya sedang merindukan-Nya, atau diam-diam, aku selalu merindukan-Nya. Entahlah. Tak perlu kau tahu jawabannya, tak penting juga kau habiskan waktu sepersekian menit untuk memikirkan ataupun menerka-nerka jawaban tersebut. Tidak perlu. Sekali lagi ku tegaskan, tidak perlu !
Kau cukup memahaminya. Aku sedang ingin di pahami.
Minggu, 23 Maret 2014
Life Pengangguran
Lautan pengangguran yang sengaja di tangkep kamera hape Aya |
“Aduh Ay, susah banget cari kerja”“Aku mau ikut kayak kamu, ngebolang”“Gue borrrring banget Ya, nyari kerja tuh susah banget, sumpah ! Maen aja yuuuuk !”“Yaelah Ya, boro-boro lowongan, gue aja mau keluar ini”“Batas usia maksimal 22 tahun, kamu lulusan 2013 apa 2012 ?”
Selasa, 18 Maret 2014
Trekking ‘ban’ di lautan pasir
© salah satu guide |
Ini adalah pelunasan hutang rasa bersalah saya kepada Desi, salah satu teman yang saya tidak ajak ke Dieng tempo lalu.
Januari lalu, saya menyebar racun ke nyaris semua teman yang ada di contact mobile saya. Begini isinya,
‘ke bromo yuuk. Tanggal 14-17 maret, 700ribuan-lah kurang lebih, udah bersih dari Jakarta. Ayok ah ..’
Beberapa menit kemudian, tak satu balasan pun masuk. Ini yang paling saya tidak suka, mencari teman perjalanan. Dan ini pula yang menyebabkan saya lebih senang pergi sendirian. Susah sekali mencari teman perjalanan itu.
Rabu, 12 Maret 2014
Tentang saya yang menyukai ‘sepi’ namun senang dalam ‘keramaian’
Mungkin bukan rahasia umum lagi kalau saya adalah seseorang yang begitu mencintai ‘masa lalu’.
‘Masa lalu’ yang saya maksud adalah masa dimana saya masih kanak-kanak. Dalam beberapa tulisan saya, saya pernah menceritakan tentang masa-masa menyenangkan itu.
Sabtu, 08 Maret 2014
OUT OF THE COMFORT ZONE
Akhir-akhir ini saya senang
sekali membaca sedikit tentang sosok Socrates1.
Dalam pencarian saya yang mencoba mengenali sosoknya, saya menemukan satu
pemikiran Plato2 tentang
teori goa yang di tulis di dalam Republic,
salah satu karya terkenalnya.
Jika saya simpulkan dalam
pemahaman saya sendiri, begini, mereka (orang-orang yang berada di dalam goa)
sudah merasa nyaman dengan kehidupannya, mereka hanya bisa melihat
bayang-bayang keadaan di luar goa hanya dari pantulan tembok goa dengan cahaya
api unggun yang ada disana. Tanpa pernah keluar, dan merasakannya sendiri.
Mereka terlalu nyaman berada di dalam kebiasaannya. Sampai pada akhirnya,
seorang dari mereka memutuskan untuk keluar dari zona nyaman tersebut. Dan apa
yang ‘seseorang itu’ dapati di luar goa ? Sesuatu yang jauh dari pemikiran
sebelumnya, pemikiran-pemikiran yang tercipta selama masih ada di dalam goa.
Seseorang tersebut menemukan banyak kenyataan, bukan sekedar pemikiran. Dunia
yang sebenarnya, nyata dengan keadaan alam semesta yang sesungguhnya. Lalu,
seseorang itu kembali ke dalam goa, memberitahukan kepada para penghuni goa,
bahwa di luar sana jauh dari apa yang hanya bisa di lihat di dinding goa itu. Seseorang
itu mengajak para penghuni goa untuk keluar. Tapi tak seorang pun yang percaya,
para penghuni itu malah membunuh seseorang itu.
Minggu, 02 Maret 2014
if it’s not madness, it’s not love (Jika tidak gila, itu bukan cinta)
“Du, Dana jatuh dari tebing. Tadi dia lagi latihan, mungkin telapak tangannya licin, pengikatnya juga enggak kekunci. Dana jatuh, dan sampai sekarang enggak sadarkan diri, Du”
Lembaran-lembaran kertas yang ada di dalam genggamanku jatuh seketika, tak ada kata yang melesat dari mulutku. Aku berlari, berlari sekencang mungkin ke lapangan, tempat Dana berlatih climber.
“Nyun, Nyun .. bangun Nyun. Nyun .. Nyun bangun !!”
Rabu, 26 Februari 2014
Tak ingin sekedar menjadi ‘seonggok daging yang punya nama’
“BERMIMPILAH SETINGGI LANGIT .. JIKA ENGKAU JATUH. ENGKAU AKAN JATUH DIANTARA BINTANG-BINTANG.”
Kutipan itu sengaja ku pasang di sebelah cermin berukuran sedang yang ku tempelkan di tembok ruangan tempat tinggalku. Kontrakkan sepetak.
Kau tahu kenapa ? Agar setiap detik aku dapat melihatnya. Ya, aku senang sekali bercermin. Menurut beberapa wanita, aku adalah laki-laki yang tampan. Itu bukan karanganku, beberapa wanita pernah mengatakan hal itu secara langsung kepadaku.
Minggu, 23 Februari 2014
Rendezvous kedua
Banyak yang bilang kalau pertemuan pertama berkesan. Bahkan semua hal yang di labeli dengan kata ‘pertama’ pastilah berkesan. Aku membenarkan pernyataan itu.
Beberapa bulan berlalu setelah pertemuanku denganmu. Pertemuan yang sama sekali tak ku inginkan. Pertemuan tanpa rencana di luar kendaliku.
Jikalah ada kata ‘pertama’ secara tak langsung aku berharap akan ada ‘kedua’, ‘ketiga’ dan seterusnya.
Rendezvous pertama
Kebetulan. Awalnya aku berpikir hanya kebetulan. Namun bukankah sebelumnya aku mengatakan tak pernah ada yang benar-benar kebetulan di dunia ini. Semua telah terencana, begitu pula pertemuan kita. Kau dan aku.
Sabtu, 22 Februari 2014
bicara soal 'rasa'
Kau hadir tanpa pernah ku harapkan. Kau tahu ? Sejujurnya, aku telah mengenalmu lebih dulu. Pertama kali ku dengar namamu di sebut, entah mengapa aku merasa kita jodoh. Konyol, mungkin kau akan menganggapku konyol. Bahkan dunia pun akan beranggapan serupa. Tapi memang itu yang kurasakan ketika pertama kali mendengar namamu dari seorang teman.
Kau percaya jodoh, bukan ?
Kau percaya jodoh, bukan ?
Kamis, 20 Februari 2014
Indah. Namanya Indah.
“Ini nasi, anggep aja mantannya, terus dimakan deh kayak gini.”
Ucapnya sambil memasukkan sesuap nasi dan mengunyahnya keras-keras. Kata-kata itu mengalir, ketika saya sedang tidak nafsu makan karena habis di selingkuhi oleh ‘pacar’ yang telah berganti ‘mantan’.
Indah, namanya Indah.
Ucapnya sambil memasukkan sesuap nasi dan mengunyahnya keras-keras. Kata-kata itu mengalir, ketika saya sedang tidak nafsu makan karena habis di selingkuhi oleh ‘pacar’ yang telah berganti ‘mantan’.
Indah, namanya Indah.
Rabu, 19 Februari 2014
Lo kapan ? .. .. #kondangan
Udah 2014 nih, masih aja jomblo ..
Ini lagi, 2014 meeeeen .. masih aja kepoin mantan (tiga tanda seru)
#mendadaktandaserudikeyboardilang
Nah, itu ngapain buka-buka foto masa lalu ? Belum bisa move on ? Hemmm ..
“Aya, eh lo kapan nyusul ?”
Saya yang lagi jilatin tulang
ayam mendadak berhenti melakukan aktifitas tersebut. Beberapa detik, telapak
tangan yang sedang menggenggam tulang ayam dan berada di depan mulut, kedua
mata yang ‘eyeliner’ nya udah luntur, dan bibir yang basah karena minyak dari
kerupuk udang. Beberapa detik saya terdiam, mencerna baik-baik pertanyaan
tersebut.
“Lo kapan ?”
PELOPOR TIGA 2003
Yts,
Pelopor, tiga 2003
Jangan pada ketawa lo,
enggak tau kenapa, gue ngebiarin jari-jari gue ngetik tulisan ini buat kalian.
Mungkin, efek lagi nganggur kali ya, jadi apa aja melintas. Dan, gue lagi
kangen sama kebiasaan kita. Hah’ bukan sama elo, elo pada. Tapi sama kebiasaan
yang pernah kita lewatin. Beuuuh, jadi dramatis.
Inget gak, waktu pertama
kali kita merapat, menggabungkan pengurus dua kelas yang terpisah. Siapa aja
ya, yang nampakin mukanya waktu itu ? Iya, di rumah Ima, basecamp kita dulu. Yang gue inget sih, Kolay masih pake motor
bebek item ceper, yang kalo ada polisi ngorok, harus di angkat. Dan, Ipul,
masih doyan jalan kaki. Panjul juga ada, gak berubah. Ada Ade hilman juga.
Aang, sama Rukin. Ah, gue enggak begitu inget. Tapi gue inget, kalo gue sama
Ratna hadir disana. Tentu juga Ima. Kita masih malu-malu, belum malu-maluin
kayak sekarang. Ngomong juga masih di atur, takut nyinggung. Enggak kayak
sekarang.
Minggu, 16 Februari 2014
Hanya sedang merindukan masa masa itu ..
“Kak, masa katanya kalo gue PKL, di bayarnya paling tiga ratus ribu sebulan. Kecil banget yaaa ..”
Tiga ratus ribu per bulan selama PKL ? ah, ngedenger keluhan adek gue itu, kembali mengingatkan gue akan masa-masa itu.
Dahulu kala, sekitar tahun 2008, sebelum facebook terkenal seperti saat ini, sebelum gadget menjadi kebutuhan primer, sebelum kamera SLR suka di kalungin ke mall, sebelum terciptanya tongsis, sebelum adanya tim sukses di balik cewek-cewek cantik dan cowok-cowok ganteng (baca:Camera360), sebelum munculnya predikat cabe-cabean dan terong-terongan, sebelum semua orang bebas berkicau, dan sebelum malaikat Rokib punya asisten.
Tiga ratus ribu per bulan selama PKL ? ah, ngedenger keluhan adek gue itu, kembali mengingatkan gue akan masa-masa itu.
Dahulu kala, sekitar tahun 2008, sebelum facebook terkenal seperti saat ini, sebelum gadget menjadi kebutuhan primer, sebelum kamera SLR suka di kalungin ke mall, sebelum terciptanya tongsis, sebelum adanya tim sukses di balik cewek-cewek cantik dan cowok-cowok ganteng (baca:Camera360), sebelum munculnya predikat cabe-cabean dan terong-terongan, sebelum semua orang bebas berkicau, dan sebelum malaikat Rokib punya asisten.
Jumat, 14 Februari 2014
Nyasar is unforgettable moment ..
‘nyasar adalah kesampaian yang tertunda’
Atau kalo kata mba W, yang di kutip Amrazing dalam the Journeys 3
‘enggak ada yang namanya nyasar, adanya, elo pergi ke tempat yang belum pernah lo kunjungi. Elo bukan nyasar, tapi elo mengambil jalan yang berbeda untuk mencapai tujuan elo’
Gue enggak inget kapan pastinya pertama kali gue berkenalan dengan teman setia bernama ‘nyasar’. Gue enggak inget kapan dia menjabat tangan gue, mengajak berkenalan dan meminta gue untuk menjadikannya teman. Gue enggak inget.
Selasa, 11 Februari 2014
Gue lupa rasanya lapar ..
Dilema pas di mall tadi sore ~
Otak jahat “ayo makan, ke solaria kalo enggak gokana”
Otak baik “Bakso aja Aya, ingat lo harus ngirit. Lagi nganggur.”
Otak jahat “Ya ampuuun, buat makan sendiri aja sayang.”
Otak baik “Kemaren kan abis ngebolang, terus makan mahal juga. Hari ini makan
nyaris gocap lagi satu kali makan ? pikirin baik-baik”
Otak jahat “Rezeki mah enggak kemana kelesss. Ayo makan, makan .. nasi goreng seafood
solaria, beef ebimaki gokana, mie ramen ..”
Otak baik “Makan bakso aja di pinggir jalan. Paling sepuluh ribu.”
Jumat, 07 Februari 2014
'NGANGGUR' adalah Hadiah berbentuk 'WAKTU'
Jadi pengangguran emang
menyenangkan, cuma selama ATM masih buncit. Ya, ATM pun enggak selamanya
buncit, secara perlahan, ia akan mengalami turun berat badan yang super
drastis.
“Jangan pernah menyia-nyiakan waktu, walaupun kita sedang tidak
bekerja.” Pesan pak Ari winanto, mantan Dirut perwakilan Indonesia, PT
Sanyo Elektronic Indonesia dalam acara ‘Musniklub PUK SPEE FSPMI PT Sanyo
Elektronic Indonesia’ di RM W2O (Cibitung), rabu kemarin.
Ya. Waktu tidak patut untuk di
sia-siakan begitu saja. Ia akan tetap berjalan sekalipun kita berhenti untuk
sekian lama. Waktu tidak akan pernah menunggu, kita yang harus mampu mengiringi
setiap geraknya.
Minggu, 02 Februari 2014
KEMBALI
“Jadi, kau memutuskan untuk
kembali menari, melatih menari ?” Rana masih diam di posisinya, bersandar pada
kaca besar yang menjadi penutup sisi gedung berlantai tiga itu. Tak ada
tanggapan apapun yang diberikannya sebagai jawaban. Raut wajahnya datar. Pertanyaan
itu melesat begitu saja tanpa ingin ia jawab. Sudahlah, orang yang bertanya pun
sepertinya sudah mengerti apa jawaban yang akan keluar dari mulutnya.
“Baiklah. Kembalilah melatih
mulai besok sore, murid-muridmu tentu akan dengan senang hati menerimamu
kembali.” Wanita yang mengenakan jaket tebal untuk menutupi lekuk tubuhnya yang
hanya terbalut tangtop ketat itu mulai mengemas beberapa barang yang berserakan
di meja, di dalam ruangan itu.
“Aku harap, Rana benar-benar
telah kembali.” Ucapnya sambil berlalu meninggalkan gadis yang masih diam sejak
satu jam lalu. Sejak kakinya kembali melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
Jumat, 31 Januari 2014
Pedagang asongan
Gambir, 2000
Sebut saja pak Domeh, beliau adalah
bapak–bapak setengah baya yang masih tangguh. Pak Domeh pedagang asongan di
stasiun Gambir. Dia punya anak cewek satu–satunya dan masih sekolah dasar kelas
dua. Bu Domeh, isteri pak Domeh hanya seorang buruh cuci yang di gaji bulanan,
dan sayangnya majikan Bu Domeh sangat pelit dan tidak bisa di harapkan. Namun
bu Domeh tetap bertahan untuk mengais rezeki yang halal.
Suatu
ketika, Imeh anak semata wayang mereka ingin mengikuti ujian dan di haruskan
melunasi spp bulanannya dan tunggakkan lainnya sebesar empat puluh lima ribu
rupiah. Bu Domeh dan Pak Domeh bingung, mereka sama sekali tidak mempunyai uang
simpanan. Sedangkan waktu yang tersisa hanya satu hari.
“Pak,
gimana ini ? senin hari terakhir buat Imeh ngelunasin tunggakkan. Sekarang udah
hari sabtu, tinggal besok doang pak. Apa Imeh enggak usah lanjut aja sekolahnya
?” Bu Domeh putus asa.
“Bapak
juga bingung bu, paling Bapak dapat sehari lima belas ribu. Buat makan kita,
lima belas ribu juga udah kerja dari gelap.”
“Terus .. gue harus bilang WOW gitu ?”
Apalagi ini ? Enggak. Enggak gitu.
“Terus
?” Gitu doang tanya bu Domeh.
Dalam
kegalauan kedua orang tersebut, tiba–tiba sang anak datang. Imeh baru pulang
ngaji.
“Assalammualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Senin, 27 Januari 2014
S.E.I
Sei, begitu para penghuniku biasa
menyebut namaku.
Juli nanti, usiaku genap tujuh
belas tahun, usia transisi dari remaja beranjak dewasa. Usia yang selalu di
tunggu-tunggu untuk suatu perubahan. Namun sayang, di usia ke tujuh belasku
nanti, aku tak dapat merayakannya bersama para penghuniku lagi. Aku sedih. Jujur,
aku sangat sedih.
Yang aku tahu, ditinggalkan
sedikit lebih menyedihkan jika harus dibandingkan dengan meninggalkan.
Sepertinya tidak adil jika para
penghuniku terus memakiku. Mungkin mereka sedang tidak ingat, kalau telah
banyak hal yang di lewatinya bersamaku. Mengubah mereka yang semula malas
menjadi rajin, mereka yang mungkin dulu bermental kapas menjadi baja, menjadi
saksi pertemuan mereka yang sejak awal tak saling kenal lalu menyatu menjadi
pasangan yang bahagia, menyaksikan hubungan-hubungan baru yang tercipta, dan
yang tak mungkin terpungkiri, menemani mereka menghabiskan cukup banyak waktu untuk
mencari rupiah. Sekali lagi ku katakan, mungkin para penghuniku sedang tidak
ingat. Tidak, aku tidak mengatakan kalau mereka lupa, aku yakin, mereka hanya
sedang tidak ingat.
Aku tidak tahu, penghuni baru
seperti apa yang akan ku jumpai nanti, atau aku tidak akan pernah lagi memiliki
penghuni. Entahlah.
Minggu, 26 Januari 2014
Letaknya di hati ..
“Kita cinta sama
Allah, Allah makin cinta sama kita. Kita luangin waktu banyak buat Allah, Allah
ngasih waktu yang enggak ada abisnya buat kita. Kita benci sama Allah, Allah
tetap cinta sama kita”
Deg.
Ada hentakan berat yang terasa di dalam hati saya, walau tak
terlihat, namun rasanya sungguh menyesakkan.
“Aya, sekarang tanggal 26 Januari, pas banget setahun kita
ikut pengajian ini,” ucap Putri yang duduk di sebelah saya, saya diam, mencoba
mengingat, “lo ingat enggak, abis kita ngaji dari sini, gue sms lo, yang Rafi
ahmad kena kasus narkoba.” Saya masih terdiam, “emang iya ?” hanya kalimat itu
yang terucap dari mulut saya, kalimat yang membuat Putri mendesah panjang dan
mengalihkan pandangannya dari saya.
Senin, 13 Januari 2014
Sarang gonggo
@anissusanti tetap nulis ya .. pembaca tetap kamu nambah satu, aku :)
Flashback. Dulu, alasan utama gue bikin blog cuma untuk dijadiin
tempat penyimpanan naskah-naskah gue yang di tolak penerbit. Ya, berhubung di
tolak, kan enggak mungkin ada yang baca. Makanya, gue masukin ke blog, siapa
tau ada yang mau baca. Siapa tau .. ..
Tapi ? hah’ sama saja.
Gue harus ngancem-ngancem dulu,
supaya orang-orang mau buka blog gue. Gue berkoar-koar .. promosi ..
“Eh, gue punya blog lho.”
“Eh, buka blog gue dong !”
“Pake paket internet gak ? Buka
blog gue deh !”
Gue ibarat tukang kue putu yang
bunyi nyaring ‘tuuuuut’ .. dan enggak bakalan berhenti sebelum ada yang beli.
Iya, gue begitu. Promosi sana sini, minta orang-orang untuk masuk blog gue dan
membacanya. Tapi jawabannya, pada begini .. ..
“Ada apaan sih emang di blog lu
?”
“Gue enggak suka baca.”
“Entar deh gue liat.” Entaaar ..
kalo inget !
Sabtu, 11 Januari 2014
‘Wanita malam tak tau diri’
Jika boleh jujur, aku ingin
berhenti dari pekerjaan ini. Bukan bosan alasan utamaku, karena sejak awal pun
aku tidak menyukainya.
Aku ingin bertanya pada kalian,
jika kalian di paksakan untuk melakukan pekerjaan yang tidak kalian sukai, apa
kalian akan tetap melakukannya ? ah, sudahlah, tak perlu di jawab, karena
kalian hanya ilalang yang kubutuhkan untuk menjadi pendengar baikku.
Aku rindu dengan aku yang dulu,
aku yang ketika itu masih anak-anak. Anak-anak selalu bebas bermain, selalu
bebas berkata-kata, selalu bebas melakukan kesalahan, selalu bebas berteman
dengan siapapun. Aku rindu aku yang dulu.
Dulu, ibu selalu berkata padaku ‘apapun
yang terjadi, kamu jangan pernah ninggalin sholat. Sholat itu tiangnya agama,
kalau tiangnya saja enggak bisa berdiri, bagaimana dengan sekitarnya’ itu pesan
ibu yang ku ucapkan juga setiap pagi kepada anakku.
Dan syukurlah, anakku menjalankan
pesan tersebut. Anak itu, ia begitu berharga, ia tumbuh dengan keadaan fisik
yang nyaris sempurna. Lihat saja, bibirnya tipis dengan warna cerah seperti
senja, hidungnya tinggi dengan ujung yang lancip, kedua matanya bulat seperti
bola pimpong dan bulu-bulu di sekitar matanya melengkung dengan baik. Jika ia
tersenyum akan muncul dua lubang di sisi-sisi pipinya yang putih.
Yang Senja tunggu
Sepasang kaki itu terus berayun
di ujung dermaga tua yang tak terurus. Sebenarnya nyaris tak dapat dipercaya
kalau dermaga kayu dengan warna hitam itu tak terurus. Bagaimana tidak, dermaga
yang hanya mempunyai satu sisi bagian yang dapat di sandari dengan deretan alas
yang bisa ditapaki itu masih kokoh berdiri. Mungkin dermaga itu bertahan untuk
menjadi penenang bagi siapa pun yang memerlukannya. Ya. Mungkin.
Lima jam sudah ia duduk di bagian
ujung dermaga ini, entah apa yang dilakukannya. Lima jam lalu, ia melangkah
pelan-pelan hingga sampai di ujung dermaga. Kedua tangannya ia letakkan ke bebelakang
untuk menyangga tubuhnya, kakinya tak berhenti berayun, sesekali ia memejamkan
mata, tersenyum, lalu mendesah panjang.
Malam tadi, sebelum akhirnya ia
memutuskan untuk kembali ke dermaga yang sebelumnya tidak pernah lagi ingin di
kunjunginya, sejak hari itu. Gadis yang memakai kerudung merah marun itu baru
saja menerima lamaran seseorang. Semalam. Ya. Tidak lama lagi, ia akan menikah.
Langganan:
Postingan (Atom)